HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada kesempatan kali ini kita masih akan membahas tentang teori-teori belajar dengan fokus pembahasan adalah Teori Belajar Norman. Teori Belajar Norman memperkenalkan teori belajar dengan pendekatan proses informasi. Dalam tulisan ini akan dibahas sejarah, pandangannya terkait teori belajar, dan kritik-kritik terhadap pandangan dari tokoh kita ini.
Seperti di ketahui bebrapa tokoh yang tergolong teori belajar kognitif, yakni Gestalt, Jean Peaget, Tolman, Albert Bandura. Dalam bahasan kali ini kita akan membahas teori kognitif dalam Olson dan Hergenhahn menurut pandangan Donald A. Norman. Siapa dia? Bagaimana pemikirannya? Dan kenapa dia di golongkan dalam kelompok teori kognitif, apakah pemikirannya termasuk yang baru atau sudah ada sebelumnya? inilah yang akan menjadi fokus pembahasan kita.
A. Biografi Donald A. Norman
Dalam bukunya An Introduction to Theories of Learning, Olson dan Hergenhahn memilih Donald A. Norman sebagai representasi dari psikologi proses informasi (information processing of psychology) karena ketertarikan secara khusus pada belajar dan secara konsern serta komprehensif mendalami hal itu dari pada kerja yang lainnya.
Donald A. Norman lahir tahun 1935. Beliau adalah profesor psikologi pada University of California, San Diego. Beliau juga menjabat sebagai Direktur pada Institute for Cognitive Science dan pimpinan disiplin program doctoral di Cognitive Science.
Norman menerima gelar kesarjanaannya dari Massachusetts Institute of Technology dalam bidang Electrical Engineering pada tahun 1957.
Beliau menerima gelar Masternya dari University of Pennsylvania dalam bidang Electrical Engineering pada tahun 1959 dan gelar Doktornya diperoleh dari institusi yang sama dalam bidang psikologi matematika di tahun 1962.
Kemudian menjadi dosen dan peneliti di Harvard University dari tahun 1963 hingga dia bergabung pada sebuah fakultas di University of California, San Diego, di mana dia berada sejak saat itu.
B. Teori Belajar menurut Donald A. Norman
Olson dan Hergenhahn, dalam bukunga An Introduction to Theories of Learning membagi toeri belajar menjadi empat kelompok yaitu teori fungsionalistik, teori asosianistik, teori kognitif dan teori neurophysiologi. Teori belajar dari Norman ini terrgolong dalam bahasan teori kognitif. Dalam buku tersebut, Olson dan Hergenhahn memasukkan Norman sebagai wakil dari teori belajar dengan pendekatan proses informasi.
Karena apa yang di lakukan Norman dengan pendekatan proses informasinya tidak lain merupakan teori behavioristik (teori operant conditioning), teori kognitif yang beranggapan bahwa reinforcement itu penting dalam belajar, dengan alasannya berbeda.
Menurut teori behavioristik, reinforcement memperkuat respon atau tingkah laku, sedangkan teori kognitif memandang reinforcement sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberitahukan tentang apa yang mungkin terjadi kalau tingkah laku di ulang-ulang.
Menurut teori ini pula, reinforcement berfungsi untuk mengurangi ketidak pastian dan karenanya mengarah ke pemahaman dan penguasaan.
C. Landasan Teori Belajar Norman
Menurut Olson dan Hergenhahn, kemunculan Teori Belajar Norman atau teori psikologi proses informasi dilatar belakangi oleh pemikiran:
- Psikologi S-R yang berpandangan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan secara otomatis, seperti cara mesin.
- Psikologi kognitif yang di dorong oleh Tolman, Bandura dan Peaget yang lebih menekankan pentingnya informasi, harapan, keyakinan dan skemata.
- Cybernetik, yang berpandangan bahwa manusia secara konstan menguji sensory input melawan beberapa standard dan kemudian jika ada ketidak cocokan di antara keduanya, maka yang menarik pada kesesuaian tingkah laku hingga ketidak cocokan di hilangkan.
- Robotology, yang sukses menciptakan suatu jenis mesin dan peralatan yang secara sukses menirukan aktifitas tertentu kehidupan organisme.
- Teori informasi, yang menkonsep tindakan sebagai sesuatu cara yang obyektif pengukuran informasi dan menunjukkan bagaimana infromasi di kodekan dengan sistem komunikasi.
- Komputer, komputer yang bertindak sebagai model kekuatan dengan studi proses kognitif manusia.
D. Prinsip-prinsip dan Implementasi Teori Belajar Norman
Donald A. Norman banyak menulis buku dan artikel yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan teori-teori belajar. Bahwa Norman ini walaupun secara biografis tidak linier dalam bidang pembelajaran, akan tetapi pada kenyataanya beliau lebih intens untuk melalukan penelitian-penelitian tentang pembelajaran yang lebih menitik tekankan kepada proses kognitif.
Norman di golongkan sebagai salah satu tokoh dalam teori kognitif dengan spesialisasi sebagai tokoh Information Processing Psychology (psikologi pemrosesan informasi). Adapun Teori Belajar Norman tentang belajar di ungkap dalam buku An Introduction to Theories of Learning sebagai berikut:
1. Hukum pembelajaran (Law of Learning)
Adalah pemikirannya tentang belajar yang terwujud dalam tiga hukum, semuanya yang menekankan pada causal hubungan antara tindakan dan hasil. Meliputi:
- Hukum hubungan sebab akibat (The law of causal relationship). Adalah untuk suatu organisme untuk menghubungkan belajar antara suatu tindakan khusus dan suatu hasil, sesuatu yang harus menjadi suatu hubungan sebab akibat yang jelas di antara keduanya. Ini yang di sebut hukum hubungan sebab akibat.
- Hukum belajar sebab akibat (The law of causal learning). Dalam hukum belajar sebab akibat mempunyai dua bagian: pertama, untuk hasil yang di inginkan, organisme yang mencoba untuk mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat yang jelas pada hasil yang di inginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak di inginkan, organisme yang mencoba untuk menghindari tindakan-tindakan itu yang mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak di inginkan.
- Hukum umpan balik informasi (The law of information feedback). Dalam hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa sebagai informasi tentang peristiwa tersebut.
2. Cara pembelajaran (Modes of Learning)
Dalam kajian tentang mode-mode pembelajaran, Rumelhart and Norman (1981) memperlihatkan kedekatan hubungan antara pendekatan proses informasinya (information processing approach) dan pandangan Piaget tentang pengembangan pengetahuan (developmental knowledge).
Teori Belajar Norman dalam bentuk mode pembelajaran sebagai berikut:
a. Accretion (Pertumbuhan)
Merupakan penambahan pengetahuan pada skemata yang ada, tanpa mengubah strukturnya dalam cara-cara yang mendasar.
Contoh belajar mengendarai mobil yang sebelumnya tidak bisa mengendarainya. Norman (1982) menulis, agaknya kita telah memiliki kerangka pengetahuan tentang struktur automobil dan mekaniknya.
Namun, kita masih harus belajar tentang mobil baru dan bagian-bagiannya yang penting. Sebagaimana mobil kita memasukkan aspek-aspek baru ke dalam memory sesuai dengan bentuk maupun caranya.
b. Structuring (Penyusunan)
Ketika keberadaan skemata tidak memperkenankan negosiasi dengan lingkungan secara efektif. Norman, menunjukkan kepada belajar skemata sebagai struktur, namun banyak kesulitan jenis belajar ini.
Penggunaan contoh di atas, ketika orang pertama kali belajar bagaimana mengendarai sesuatu, maka ia harus belajar suatu skema mengendarai; tugas yang sulit ini di kerjakan, meskipun dapat di terapkan pada hampir semua automobil dengan relatif menyenangkan.
c. Tuning (penyelarasan)
Merupakan penyesuaian suatu skema pada suatu jenis situasi hubungan yang luas. Tuning mencoba memasukkan hal yang amatir pada bentuk yang ahli dan ini menunjukkan keterlambatan jenis belajar.
Dalam proses ini di tuntut untuk selalu menyelaraskan dengan yang lebih mampu, yang amatir harus selaras dengan yang ahli. Hal ini tidak mudah dan akan membutuhkan waktu yang banyak untuk menyelaraskannya.
d. Learning by analogy (pembelajaran dengan analogi)
Model ini menurut Norman berisi bahwa belajar skemata baru selalu di hubungkan dengan skemata yang sudah ada.
Dalam proses ini beranggapan bahwa skemata yang ada merupakan suatu analogi yang sempurna untuk yang lain, padahal belajar dengan analogi ini hampir selalu kurang sempurna.
3. Memory (Ingatan)
Menuut Ellis dan Hunt (1993) Memory atau ingatan menunjuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime).
Seseorang dapat menyimpan kode nomor telepon tertentu dalam ingatannya untuk jangka waktu kurang dari satu detik, atau sepanjang hayatnya.
Hampir semua aktifitas manusia selalu melibatkan aspek ingatan. Oleh karena itu ingatan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses kognitif manusia.
Sementara itu, Menurut Norman bahwa terdapat tiga hal yang harus di kelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu akuisisi (acquisition), retensi (retention) dan mengingat kembali (retrieval).
Adapun memory menurut Olson dan Hergenhahn terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Sensory memory (SM)
Sensory memory atau sensory store adalah bermula ketika reseptor di aktifkan dan berakhir selama satu detik, sebagaimana memory menyimpan banyak sekali informasi, tetapi informasi yang tersedia hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat.
b. Short term memory (STM)
Short term memory di sebut juga short term store dan primary memory. Merupakan materi memory yang di seleksi dari sensory memory untuk di proses terlebih dahulu sebagaimana memory berakhir selama 15 detik. Dengan kata lain proses penyimpanan suatu informasi hanya membutuhkan waktu yang cukup singkat dan untuk jangka waktu yang cukup singkat pula.
c. Long term memory (LTM)
Long term memory di sebut juga long term store dan secondary memory. Adalah jika materi dalam short term memory dilatih kembali cukup lama, hal itu menjadi bagian dri long term memory.
Hal itu dalam long term memory di mana skemata di simpan. Sebagaimana memory berakhir dalam jangka waktu yang tak terbatas.
Hal ini dapat di pahami bahwa proses penyimpanan untuk tetap bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama bahkan seumur hidup.
4. Cognitive Engineering
Cognitive Engineering merupakan suatu bidang yang mengambil kenyataan dari ilmu pengetahuan kognitif dan diaplikasikan pada teknologi modern.
Dari sini menurut Norman setelah melakukan berbagai studi kasus bahwa kesalahan tidak pada kesalahan manusia, akan tetapi pada disain peralatan yang di opeasikan.
Sehingga dia mengklaim bahwa kesalahan tidak pada kesalahan operator, tetapi pada sistemnya. Ketertarikan Norman pada Cognitive engineering ini menelorkan bukunya yang berjudul The Psychology of Everyday Things (1988).
E. Kritik terhadap Teori Belajar Norman
Teori ini merupakan kelompok teori kognitif dan sebagai representasi dari Psikologi dengan pendekatan proses informasi. Sebelumnya kajian-kajian kognitif di pandang sebagai sesuatu yang misterius dan tidak mungkin akan dapat di kaji secara ilmiah.
Namun dengan keberadaan teori proses informasi ini memberikan kepercayaan bahwa tidak benar kognitif sebagai sesuatu yang misterius. Pendekatan proses informasi, khususnya yang d itampilkan oleh Norman mendorong sintesa sejumlah sifat manusia.
Sebagai contoh, Norman menekankan faktanya bahwa hasil tingkah laku manusia dari interaksi kondisi arus stimulus, memory pengalaman masa lalu, emosi, kepercayaan, sikap, pengaruh sosial dan budaya, dan kehadiran manusia laki-laki.
Menurut Norman, untuk memahami kebenaran mengapa manusia bertindak sebagaimana yang dia lakukan, kita harus memahami bagaimana variabel ini dan yang lain berinteraksi dengan yang lain. Teori ini tidak mendorong studi tingkah laku manusia yang terisolasikan seperti inteligensi, memory, formasi konsep, atau problem solving. Inilah kompleksitas dan kesempurnaan manusia diakui.
Pendekatan proses informasi cocok dengan teknologi komputer setidaknya dalam rentetan aplikasi yang lebih sederhana. Sebagaimana yang telah di ketahui, banyak tokoh psikologi proses informasi, tidak seperti ahli psikologi yang lain.
Komputer sekaligus suatu alat kekuatan penelitian dan suatu model yang membangkitkan fungsi kognitif manusia dan banyak ahli psikologi proses informasi menggunakan komputer sebagai caranya. Karena para ahli psikologi proses informasi sering menggunakan komputer untuk proses simulasi yang di pelajarinya, maka pendekatan ini disebabkan para ahli psikologi menjadi lebih tepat dengan konsep dan teorinya.
Sebagaimana telah kita catat, sebelum suatu teori dapat di masukkan dalam program komputer. Hal itu harus di nyatakan dengan jelas dan tepat, dan hal itu harus di konsistenkan dengan logic. Jika suatu program tidak jelas menjadi membosankan komputer.
Komputer tidak akan bekerja atau memproduksi hasil yang tidak berarti. Itulah pendekatan proses informasi pada psikologi yang menyediakan pelayanan yang sama sebagaimana belajar model matematika.
Yaitu, menyebabkan peneliti mengklarifikasi definisi istilah-istilahnya dan ketepatan dalam memformulasikan teori-teorinya.
F. Kesimpulan Teori Belajar Norman
Adanya psikologi proses informasi tidak bisa di lepaskan dari pada teori-teori belajar sebelumnya, baik itu asosianistik, kognitif maupun yang lain. Namun pada kenyataannya dalam teori psikologi proses informasi ini secara jelas menyatakan dengan jelas tentang aspek kognitif dari pada aspek behavioristiknya.
Teori Belajar Norman menunjukkan proses informasi terdiri dari input, proses dan output. Proses menunjukkan pengolahan/proses yang terjadi dalam memory, dengan memperkenalkan istilah kekuatan memory yang di bagi menjadi dua bagian yakni memory jangka pendek dan memory jangka panjang.
Dalam proses infromasi, suatu memory terkadang hanya mampu menampung informasi dalam jangka waktu tertentu. Di samping itu, Teori Belajar Norman ini bukanlah sesuatu yang baru, akan tetapi telah muncul pada masa sebelum Norman mengemukakan pemikiran-pemikirannya, namun dengan terminologi yang berbeda.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat membantu.
Baca Juga
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.