Teori Belajar Sibernetik menurut para Ahli

Teori Belajar Sibernetik 2

HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada kesempatan ini kita akan membahas salah satu teori belajar yang perlu di pahami oleh pendidik, yaitu Teori Belajar Sibernetik. Teori belajar sibernetik merupakan pendekatan yang melibatkan pemahaman sistematis tentang proses belajar dan bagaimana sistem belajar berinteraksi dengan lingkungannya.

A. Pengenalan teori belajar sibernetik

Teori belajar sibernetik adalah yang paling baru dari semua teori belajar yang di kenal. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun yang lebih penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting adalah system informasi yang di proses karena informasi akan menentukan proses.

Asumsi lain teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar ideal untuk segala situasi yang cocok untuk semua siswa. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif, yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik. Namun yang lebih utama lagi adalah system informasi yang akan di pelajari siswa (Thobroni, 2017).

Cybernetics (Wiener, 1948), studi tentang proses-proses kendali umpan balik komunikasi, menambah sebuah kualitas yang esensial kepada teori siste. Pusat perhatian sibernetika atau cybernetics juga dapat di artikan sebagai sistem di atur melalui arus yang kontinu mengenai informasi umpan balik yang terjadi di dalam system (Budyatna, Muhammad: 2015).

Selanjutnya Stepen dan Karen dalam bukunya teori komunikasi jilid 2 memberikan pengertian bahwa sibernetik merupakan teori yang mengkonseptualisasikan komunikasi sebagai pemrosesan informasi. Semua sistem yang kompleks, termasuk computer dan perangkat elektronik. Teori sibernetik ini membahas perbedaan antara komunikasi manusia dan jenis sistem pemrosesan informasi lain (Stephen W. Littlejohn: 2016)

Dari beberapa uraian para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa teori sibernetik adalah pemrosesan informasi atau umpan balik yang terjadi dalam suatu proses belajar mengajar yang berupa pesan atau informasi.

Baca Juga: Teori Belajar Konstruktivisme menurut Ahli

1. Definisi sibernetik dan bagaimana teori ini berhubungan dengan belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Norbert Wierner, istilah sibernetika dalam bahasa inggris yaitu cybernetics. Ia mendefinisikan sibernetika sebagai sebuah ilmu kontrol dan komunikasi. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu Norbert Wierner, istilah sibernetika dalam bahasa inggris yaitu cybernetics. Ia mendefinisikan sibernetika sebagai sebuah ilmu kontrol dan komunikasi.

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat di tentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan di pelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan di pelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

Penerapan teori sibernetik dalam proses belajar mengajar, paling tidak mengikuti langkah-langkah antara lain:

  1. Menentukan tujuan instruksional
  2. Menentukan materi pelajaran
  3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut
  4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi
  5. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
  6. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan pelajaran.

Jadi teori belajar sibernetik ialah cara belajar yang lebih menitik beratkan pada sistem informasi media pembelajaran atau ilmu pengetahuan tentang komunikasi (Ridwan Abdullah Sani, 2016).

2. Sejarah perkembangan teori belajar sibernetik dan tokoh-tokohnya

Sejarah perkembangan teori belajar sibernetik melibatkan kontribusi beberapa tokoh penting yang telah memberikan pemikiran dan konsep yang mendasar dalam pengembangan teori ini. Berikut ini adalah beberapa tokoh dan pendapat mereka yang berperan dalam sejarah perkembangan teori belajar sibernetik:

a. Norbert Wiener

Norbert Wiener adalah seorang matematikawan dan filsuf yang di anggap sebagai salah satu bapak sibernetik. Wiener mengembangkan konsep dasar sibernetik dan memperkenalkan istilah “sibernetika” dalam bukunya yang berjudul “Cybernetics: Or Control and Communication in the Animal and the Machine” pada tahun 1948. Dia menyajikan gagasan tentang bagaimana sistem dapat mengatur dan mengendalikan dirinya sendiri melalui umpan balik (feedback).

b. Gregory Bateson

Gregory Bateson adalah seorang antropolog, ilmuwan sosial, dan ahli sibernetik. Bateson mengembangkan konsep “belajar melalui perbedaan” dalam teori belajar sibernetik. Dia mengemukakan bahwa belajar terjadi ketika individu membandingkan perbedaan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi sebenarnya.

c. Heinz von Foerster

Heinz von Foerster adalah seorang ilmuwan yang memainkan peran penting dalam pengembangan teori belajar sibernetik. Von Foerster menekankan pentingnya konstruksi realitas yang subjektif dan pemberdayaan individu dalam proses belajar. Dia berpendapat bahwa individu adalah konstruktor aktif dalam menciptakan pemahaman dan makna mereka sendiri.

d. Gordon Pask

Gordon Pask adalah seorang psikolog dan ahli sibernetik. Pask mengembangkan konsep “konversi interaksi” dalam teori belajar sibernetik. Dia menekankan pentingnya interaksi antara individu dan lingkungannya dalam proses belajar dan pengembangan pemahaman.

e. Stafford Beer

Stafford Beer adalah seorang konsultan manajemen dan ahli sibernetik. Beer mengembangkan konsep “manajemen sibernetik” yang menerapkan prinsip-prinsip sibernetik dalam pengelolaan organisasi. Dia melihat organisasi sebagai sistem yang kompleks dan berpikir bahwa prinsip-prinsip sibernetik dapat membantu dalam memahami dan mengelola organisasi secara efektif.

f. W. Ross Ashby

W. Ross Ashby adalah seorang ilmuwan komputer dan ahli sibernetik. Ashby mengembangkan konsep “homeostasis ultrasibernetik” yang menjelaskan tentang regulasi sistem untuk mencapai keseimbangan dinamis dalam menghadapi perubahan lingkungan. Dia juga mengusulkan konsep “mesin belajar” yang merupakan model matematika untuk memahami proses belajar adaptif.

g. Humberto Maturana dan Francisco Varela

Humberto Maturana dan Francisco Varela adalah dua biolog dan ahli sibernetik. Maturana dan Varela mengembangkan teori “autopoiesis” yang menjelaskan tentang sistem hidup yang mampu mempertahankan diri sendiri dan membangun kembali diri mereka sendiri melalui proses belajar. Mereka juga berkontribusi pada pemahaman tentang konstruksi realitas subjektif dan peran penting persepsi dalam belajar.

h. Niklas Luhmann

Niklas Luhmann adalah seorang sosiolog dan teoretikus sistem. Luhmann mengembangkan teori sistem sosial yang berakar dalam konsep sibernetik. Dia melihat masyarakat sebagai sistem kompleks yang beroperasi melalui umpan balik (feedback) dan mengadopsi prinsip-prinsip sibernetik dalam menjelaskan komunikasi dan interaksi sosial.

i. Seymour Papert

Seymour Papert adalah seorang matematikawan dan pendidik. Papert mengembangkan konsep “konstruksionisme” yang menerapkan prinsip-prinsip sibernetik dalam pendidikan. Dia menekankan pentingnya memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi dan interaksi dengan lingkungan dan teknologi.

j. William T. Powers

William T. Powers adalah seorang psikolog dan ahli sibernetik. Powers mengembangkan “teori kendali perilaku” yang menerapkan prinsip-prinsip sibernetik dalam pemahaman perilaku manusia. Dia mengusulkan bahwa perilaku manusia di kendalikan oleh proses sibernetik internal yang melibatkan umpan balik (feedback) antara tujuan, tindakan, dan konsekuensi.

Semua tokoh ini memberikan kontribusi penting dalam perkembangan teori belajar sibernetik dengan pendapat, teori, dan konsep mereka. Dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan perspektif, teori belajar sibernetik terus berkembang dan mempengaruhi berbagai bidang seperti pendidikan, psikologi, ilmu komputer, dan manajemen.

Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik di kembangkan oleh beberapa tokoh, di antaranya Landa, Pask dan Scot (Telaumbanua, Arozatulo. dkk: 2022).

a. Landa

Landa merupakan salah seorang psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berpikir, yaitu sebagai berikut;

  1. Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergent dan lurus menuju ke satu target tertentu. Contoh; kegiatan menelpon, menjalankan mesin mobil dan lain-lain.
  2. Cara berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergent menuju ke beberapa target sekaligus. Contoh: operasi pemilihan atribut geometri, penemuan cara-cara pemecahan masalah dan lain-lain. (Thobroni, 2015: 158).

Ridwan Abdillah Sani (2013: 36) berpendapat sama, penganut aliran sibernetik Landa menggunakan model pendekatan berpikir algoritmik dan heuristic. Proses berpikir algoritmik adalah proses berpikir yang sistematis, secara bertahap, konvergen, dan linier menuju satu sasaran/tujuan tertentu.

Contoh anologi model algoritmik adalah kegiatan menjalankan mesin mobil, dimana dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang dilakukan dijalankan secara berurutan. Proses berpikir heuristik adalah cara berpikir divergen, menuju beberapa sasaran/tujuan sekaligus. Contoh berpikir heuristik adalah memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda atau multitafsir.

Pendekatan heuristik menuntut peserta didik berpikir divergen dengan memikirkan alternatif jawaban dan beberapa sasaran. Contoh penerapan pembelajaran yang melibatkan proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah menggunaka metode problem solving.

Abdul Hamid (2009: 48) menjelaskan, pemikiran Landa sebagai tokoh teori sibernetik tetap di landasi bahwa proses belajar yang penting adalah sistem informasi dari materi yang akan di pelajari. Belajar adalah pengolahan informasi, maka guru yang baik adalah guru yang tahu persis informasi dari materi yabng akan dibahas, tahu sistem-sistem berpikir dari pebelajar, dan tahu cara “mengklopkan” sistem informasi materi dengan sistem pebelajar.

Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak dipelajari itu atau masalah yang hendak di pecahkan (atau dalam istilah yang lebih teknis sistem inforamsi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Satu hal lebih tepat disajikan dalam urutan teratur, linier, sekunsi, satu hal lain lebih tepat di sajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberikan keleluasaan kepada pebelajar untuk beriminasi dan berpikir.

b. Pask dan Scott

Tokoh sibernetik yang lain adalah Pasck dan Scott yang memperkenalkan tipe peserta didik yang holistik dan tipe serial. Peserta didik tipe holistik cenderung mempelajari sesuatu dari tahap yang paling umum ke tahap yang paling khusus, sedangkan peserta didik tipe serial cenderung berpikir algoritmik. (Ridwan Abdullah Sani, 2013:36).

Selanjutnya, Pembelajaran sibernetik sering di sinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks pendidikan. Umpan balik dari peserta didik ini memungkinkan guru untuk dapat mengetahui apakah materi yang di sampaikan telah dipahami dan apa kesulitan peserta didik dalam memahami informasi. Berdasarkan umpan balik tersebut, siswa juga dapat memutuskan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.

Sementara pendekatan serialis yang di usulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir dengan cenderung melompat ke dalam, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Contohnya, saat melihat lukisan, bukan detaildetail yang di amati terlebih dahuu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil (Thobroni, 2015:158).

Pendekatan yang berorientasi pada pengelolahan informasi menekankan beberapa hal seperti “ingatan jangka panjang (Long Time Memory) dan sebagainya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan informasi.

Menurut teori sibernetik, agar proses belajar berjalan seoptimal mungkin bukan hanya cara kerja otak yang di pahami tetapi juga lingkungan yang memengaruhi mekanisme itu perlu di ketahui (Abdul Hamid, 2009:5051).

Baca Juga: Teori Belajar Behavioristik Menurut Ahli

B. Dasar-dasar teori belajar sibernetik

Teori belajar sibernetik didasarkan pada prinsip-prinsip sibernetika, yang merupakan studi tentang kontrol dan komunikasi dalam sistem. Teori ini menganggap belajar sebagai suatu proses di mana individu atau sistem belajar mengubah perilaku mereka berdasarkan umpan balik dari lingkungan atau dari hasil tindakan mereka sendiri. Dalam teori ini, belajar dipahami sebagai suatu proses pengendalian dan pengaturan yang melibatkan adaptasi dan perubahan berkelanjutan.

1. Konsep umpan balik (feedback) dan peranannya dalam belajar

Dalam teori belajar sibernetik, umpan balik (feedback) adalah mekanisme penting yang mempengaruhi belajar. Umpan balik terjadi ketika individu atau sistem menerima informasi tentang hasil tindakan atau perilaku mereka. Umpan balik dapat berupa umpan balik positif (menguatkan perilaku yang diinginkan) atau umpan balik negatif (mendorong perubahan perilaku).

Olehnya itu, umpan balik membantu individu atau sistem untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memodifikasi perilaku mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan menerima umpan balik, individu atau sistem dapat melakukan perubahan dan penyesuaian dalam proses belajar.

2. Konsep kontrol dan pengaturan dalam proses belajar

Konsep kontrol dan pengaturan dalam teori belajar sibernetik menekankan peran individu atau sistem dalam mengendalikan dan mengatur diri mereka sendiri dalam proses belajar. Individu atau sistem dianggap sebagai agen aktif yang terlibat dalam mengontrol dan mengatur perilaku mereka untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam konteks belajar, konsep ini melibatkan penggunaan umpan balik dan pemantauan terus-menerus terhadap hasil dan perubahan yang terjadi. Individu atau sistem beradaptasi dan mengubah perilaku mereka sesuai dengan umpan balik yang mereka terima, sehingga mencapai pengaturan yang lebih baik untuk mencapai tujuan belajar.

3. Perbedaan antara pendekatan sibernetik dengan pendekatan belajar tradisional

  1. Fokus pada sistem
    Pendekatan sibernetik dalam belajar menekankan pandangan sistemik, yaitu memandang individu atau sistem sebagai bagian dari sistem yang lebih besar. Pendekatan tradisional lebih cenderung fokus pada individu secara terisolasi.
  2. Konstruksi realitas subjektif
    Pendekatan sibernetik mengakui peran konstruksi realitas subjektif oleh individu atau sistem dalam belajar. Pendekatan tradisional sering kali lebih objektif dalam memandang pembelajaran.
  3. Pemahaman sebagai proses adaptif
    Pendekatan sibernetik memandang pemahaman sebagai hasil dari proses adaptif yang melibatkan pengendalian dan pengaturan berkelanjutan. Pendekatan tradisional cenderung melihat pemahaman sebagai akumulasi informasi.
  4. Peran umpan balik dan pengaturan diri
    Pendekatan sibernetik menekankan pentingnya umpan balik dan kemampuan pengaturan diri dalam belajar. Pendekatan tradisional seringkali lebih terfokus pada pemberian informasi dan instruksi eksternal.

Dengan perbedaan ini, teori belajar sibernetik menawarkan pendekatan yang lebih holistik dan dinamis dalam memahami proses belajar, yang melibatkan kontrol diri, adaptasi, dan pengaturan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik.

Baca Juga: Teori Belajar Kognitif menurut Ahli

C. Model-model belajar sibernetik

Teori Belajar Sibernetik 1

1. Model pengendalian sibernetik: penjelasan tentang bagaimana sistem belajar menggunakan umpan balik untuk mencapai tujuan yang diinginkan

Model pengendalian sibernetik menjelaskan bagaimana sistem belajar menggunakan umpan balik (feedback) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam model ini, sistem dipandang sebagai entitas yang mengumpulkan informasi tentang hasil tindakan atau perilaku mereka dan membandingkannya dengan tujuan yang ditetapkan.

Jika ada perbedaan antara hasil aktual dan tujuan, sistem akan menghasilkan umpan balik yang dapat memicu perubahan perilaku atau tindakan untuk mendekati tujuan yang diinginkan. Model ini menekankan pentingnya penggunaan umpan balik yang efektif untuk mengontrol dan mengarahkan proses belajar.

Sumber:
Konsep model pengendalian sibernetik didasarkan pada kontribusi Norbert Wiener dalam bidang sibernetik dan teori kontrol. Wiener mengembangkan konsep pengendalian otomatis dan teori umpan balik yang kemudian diaplikasikan dalam konteks belajar.

2. Model regulasi diri: menjelaskan kemampuan individu atau sistem untuk mengatur dan mengendalikan diri mereka sendiri dalam proses belajar

Model regulasi diri menjelaskan kemampuan individu atau sistem untuk mengatur dan mengendalikan diri mereka sendiri dalam proses belajar. Dalam model ini, individu atau sistem dianggap sebagai agen yang memiliki kemampuan untuk memantau dan mengatur perilaku mereka sendiri sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan.

Mereka menggunakan umpan balik dan pengamatan internal untuk mengevaluasi dan memodifikasi perilaku mereka. Regulasi diri melibatkan kemampuan untuk mengendalikan motivasi, mengatur waktu, mengelola sumber daya, dan mengarahkan upaya belajar secara efektif.

Sumber:
Konsep model regulasi diri dalam konteks belajar berhubungan dengan penelitian di bidang psikologi, terutama dalam psikologi pendidikan dan psikologi kognitif. Teori-teori seperti teori regulasi diri, teori belajar mandiri, dan teori konstruktivisme memberikan landasan untuk model regulasi diri dalam teori belajar sibernetik.

3. Model adaptasi dan evolusi: bagaimana sistem belajar dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan mengembangkan kemampuan baru seiring waktu

Model adaptasi dan evolusi menjelaskan bagaimana sistem belajar dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan mengembangkan kemampuan baru seiring waktu. Dalam model ini, belajar dipandang sebagai proses di mana sistem berevolusi melalui interaksi dengan lingkungan dan mengubah perilaku mereka untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Sistem belajar mengumpulkan informasi melalui umpan balik dan menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki, mengubah, atau mengembangkan strategi belajar yang lebih efektif. Model ini menekankan pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam proses belajar.

Sumber:
Konsep adaptasi dan evolusi dalam konteks belajar berkaitan dengan teori evolusioner, teori sistem kompleks, dan teori pembelajaran adaptif. Kontribusi dari tokoh-tokoh seperti Humberto Maturana, Francisco Varela, dan Gregory Bateson dalam bidang sibernetik dan teori sistem juga memberikan landasan untuk model adaptasi dan evolusi dalam teori belajar sibernetik.

Baca Juga: Teori Belajar Humanistik Menurut Ahli

D. Konsep penting dalam teori belajar sibernetik

1. Homeostasis: menjelaskan tentang keseimbangan internal sistem dan bagaimana perubahan lingkungan dapat memengaruhi belajar.

Dalam teori belajar sibernetik, homeostasis merujuk pada keseimbangan internal sistem atau individu. Konsep ini menggambarkan kemampuan sistem untuk menjaga stabilitas atau keadaan seimbang di tengah perubahan lingkungan yang terus-menerus. Homeostasis berfungsi sebagai titik referensi atau tujuan yang diinginkan dalam mencapai keseimbangan dan stabilitas.

Ketika ada perubahan dalam lingkungan, sistem belajar menggunakan umpan balik dan mekanisme pengendalian untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan agar keseimbangan tetap terjaga. Dalam konteks belajar, homeostasis melibatkan pengaturan dan penyesuaian perilaku atau pemahaman individu agar sesuai dengan perubahan yang terjadi di lingkungan.

2. Fleksibilitas: bagaimana sistem belajar dapat beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan dan mengubah perilakunya sesuai dengan kebutuhan

Fleksibilitas dalam teori belajar sibernetik merujuk pada kemampuan sistem belajar untuk beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan dan mengubah perilaku atau pemahamannya sesuai dengan kebutuhan. Sistem belajar harus mampu menghadapi tantangan baru, situasi yang tidak terduga, atau perubahan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitar. Fleksibilitas mencakup kemampuan untuk memperoleh dan memproses informasi baru, mengubah strategi belajar, dan menyesuaikan respons atau tindakan.

Dalam konteks belajar, fleksibilitas penting untuk mengatasi kompleksitas, menghadapi tantangan baru, dan memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam situasi yang berbeda-beda. Sistem belajar yang fleksibel mampu menyesuaikan perilakunya sesuai dengan kebutuhan dan memperbaiki strategi belajar sesuai dengan hasil umpan balik yang diterima.

Kedua konsep ini, homeostasis dan fleksibilitas, saling berhubungan dalam teori belajar sibernetik. Sistem belajar yang efektif harus mampu menjaga keseimbangan internal dan stabilitas (homeostasis) sambil tetap fleksibel dalam menghadapi perubahan lingkungan (fleksibilitas). Homeostasis menyediakan kerangka referensi atau tujuan yang diinginkan, sementara fleksibilitas memungkinkan adaptasi dan penyesuaian untuk mencapai tujuan tersebut dalam konteks yang berubah.

E. Penerapan teori belajar sibernetik dalam pendidikan

Penerapan teori belajar sibernetik dalam pendidikan
Sumber Gambar: bahan PPT Rina wijayanti

1. Penerapan konsep sibernetik dalam pengajaran dan pembelajaran

Dalam pembelajaran sibernetik harus ada umpan balik dari siswa kepada gurunya. Dengan adanya umpan balik tersebut, guru akan tahu apakah materi yang disampaikan kepada siswanya telah dipahami atau belum. Guru juga dapat mengetahui kesulitan siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Selain siswa, guru juga harus memberikan feedback berupa nilai dari hasil belajar siswa tersebut.

Selanjutnya siswa akan mengintropeksi diri dan menentukan tindakan yang akan dilakukan apabila hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
bagi usaha belajar selanjutnya.

Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya yang dikutip oleh M. Thobroni dapat diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

  1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
  2. Menentukan materi pembelajaran
  3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pembelajaran
  4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah algoritmik atau heuristik)
  5. Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
  6. Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran

Berikut ini adalah contoh penerapan konsep sibernetik dalam pengajaran dan pembelajaran:

a. Studi Kasus: Penggunaan Loop Umpan Balik dalam Pengajaran dan Pembelajaran

Deskripsi: Seorang guru matematika menggunakan konsep sibernetik untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam kelas. Dia menerapkan prinsip loop umpan balik untuk memahami dan merespons pemahaman siswa secara real-time.

b. Implementasi

  1. Pemantauan Pemahaman Siswa
    Guru ini menggunakan berbagai metode untuk memantau pemahaman siswa, seperti pertanyaan kelas, tugas individu, dan diskusi kelompok. Dia secara aktif mengamati interaksi dan respon siswa selama proses pembelajaran.
  2. Identifikasi Kesalahpahaman
    Dengan memperhatikan respon dan interaksi siswa, guru ini mengidentifikasi kemungkinan kesalahpahaman atau kesulitan yang dialami oleh siswa. Dia mencatat pertanyaan atau komentar siswa yang menunjukkan ketidakpahaman atau kebingungan.
  3. Memberikan Umpan Balik
    Setelah mengidentifikasi kesalahpahaman, guru ini memberikan umpan balik yang sesuai kepada siswa. Umpan balik ini dapat berupa penjelasan tambahan, contoh perhitungan, atau diskusi kelompok untuk memperjelas konsep yang rumit.
  4. Menerapkan Strategi Pembelajaran yang Sesuai
    Guru ini menggunakan umpan balik dan pemahaman siswa untuk memodifikasi dan mengatur strategi pembelajaran yang sesuai. Misalnya, jika banyak siswa mengalami kesulitan dengan konsep tertentu, guru ini dapat mengadakan sesi tutorial tambahan atau menyediakan sumber belajar yang lebih mendalam.
  5. Mengevaluasi Dampak Umpan Balik
    Setelah memberikan umpan balik, guru ini secara terus-menerus mengevaluasi dampaknya pada pemahaman siswa. Dia melihat perubahan dalam respon siswa, kemajuan dalam tugas, dan hasil evaluasi untuk mengukur efektivitas umpan balik yang diberikan.

b. Dampak dan Manfaat:

  1. Pemahaman Siswa yang Lebih Mendalam
    Dengan menerapkan konsep sibernetik dalam pengajaran, guru ini mampu memberikan umpan balik yang tepat waktu dan relevan kepada siswa, yang membantu mereka memperbaiki pemahaman dan mengatasi kesalahpahaman.
  2. Pengajaran yang Responsif dan Adaptif
    Guru ini mampu menyesuaikan metode pengajaran dan strategi pembelajaran berdasarkan umpan balik yang diterima. Ini memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
  3. Motivasi dan Keterlibatan Siswa yang Lebih Tinggi
    Dengan memberikan umpan balik yang memadai, siswa merasa didengar dan didorong untuk terus berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Studi kasus ini menggambarkan bagaimana konsep sibernetik, khususnya loop umpan balik, dapat diterapkan dalam pengajaran dan pembelajaran untuk memperbaiki pemahaman siswa, mengadaptasi pengajaran, dan meningkatkan keterlibatan siswa.

2. Peran teknologi dalam mendukung teori belajar sibernetik dalam konteks pendidikan

Teknologi memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung teori belajar sibernetik dalam konteks pendidikan. Berikut ini adalah beberapa peran teknologi dalam mendukung teori belajar sibernetik:

  1. Pengumpulan dan Analisis Data
    Dengan adanya sistem informasi dan platform pembelajaran digital, data dapat dikumpulkan secara otomatis, termasuk hasil tes, respons siswa, dan interaksi online. Kemudian, teknologi dapat digunakan untuk menganalisis data ini secara mendalam, memberikan wawasan tentang kemajuan individu siswa, dan mengidentifikasi area di mana perubahan perlu dilakukan.
  2. Sistem Pembelajaran Adaptif
    Sistem ini menggunakan data dan umpan balik real-time untuk menyesuaikan pengalaman pembelajaran dengan kebutuhan dan preferensi masing-masing siswa. Algoritme cerdas digunakan untuk menyesuaikan tingkat kesulitan, menawarkan materi tambahan yang relevan, atau memberikan panduan yang sesuai untuk membantu siswa dalam memahami konsep yang rumit.
  3. Umpan Balik Interaktif
    Teknologi memungkinkan umpan balik yang lebih interaktif dan mendalam dalam proses belajar. Misalnya, dengan adanya platform pembelajaran digital, siswa dapat menerima umpan balik langsung dari sistem atau guru dalam bentuk komentar, penilaian online, atau tanggapan langsung. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengenali kesalahan mereka, mengkoreksi pemahaman mereka, dan mengambil tindakan perbaikan dengan cepat.
  4. Kolaborasi dan Komunikasi
    Dalam konteks belajar sibernetik, kolaborasi dan komunikasi yang efektif penting untuk memperkuat umpan balik dan kontrol dalam proses belajar. Platform pembelajaran online, aplikasi kolaborasi, dan media sosial pendidikan dapat digunakan untuk memfasilitasi diskusi, kerja kelompok, dan berbagi pengetahuan antara siswa dan guru.
  5. Pengembangan Riset dan Inovasi
    Melalui akses ke basis data online, jurnal ilmiah, dan platform e-learning, guru dan peneliti dapat menjaga diri mereka tetap terinformasi tentang perkembangan terkini dalam teori belajar sibernetik dan menerapkan penemuan baru ke dalam praktik pembelajaran.

Teknologi memberikan alat yang kuat untuk pengumpulan data, analisis, umpan balik, kolaborasi, dan pengembangan riset, yang semua itu mendukung prinsip-prinsip sibernetik dalam belajar dan pengajaran.

3. Studi kasus atau contoh praktis tentang penggunaan teori belajar sibernetik dalam pembelajaran

Berikut ini adalah sebuah contoh praktis tentang penggunaan teori belajar sibernetik dalam pembelajaran.

a. Studi Kasus: Sistem Pembelajaran Adaptif Berbasis Sibernetik dalam Pembelajaran Online

Deskripsi: Sebuah platform pembelajaran online menggunakan pendekatan sibernetik untuk mengembangkan sistem pembelajaran adaptif yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman masing-masing siswa. Sistem ini menggunakan umpan balik dan kontrol untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang personal dan efektif.

b. Implementasi

  1. Pemantauan
    Sistem ini secara terus-menerus memantau dan mengumpulkan data tentang kemajuan belajar setiap siswa, seperti jawaban tes, waktu yang di habiskan dalam materi tertentu, dan aktivitas online lainnya.
  2. Analisis dan Umpan Balik
    Berdasarkan data yang di kumpulkan, sistem menganalisis pemahaman siswa dan memberikan umpan balik yang sesuai. Umpan balik ini dapat berupa penjelasan tambahan, tugas tambahan, atau rekomendasi materi yang relevan untuk di perdalam.
  3. Pengaturan
    Sistem ini menggunakan kontrol adaptif untuk mengatur tingkat kesulitan dan kompleksitas tugas yang di berikan kepada siswa. Jika seorang siswa mengalami kesulitan, sistem akan menurunkan tingkat kesulitan untuk memberikan dukungan tambahan. Sebaliknya, jika siswa menunjukkan kemajuan yang baik, sistem akan meningkatkan tingkat kesulitan agar siswa tetap terstimulasi.
  4. Adaptasi
    Sistem ini mampu mengadaptasi isi pembelajaran berdasarkan preferensi dan kebutuhan individu siswa. Misalnya, jika seorang siswa menunjukkan minat yang kuat pada topik tertentu, sistem akan memberikan materi tambahan yang relevan dalam topik tersebut.
  5. Evaluasi dan Peningkatan
    Sistem ini secara terus-menerus mengevaluasi dan mengubah strategi pembelajaran berdasarkan hasil dan respons siswa. Data yang di kumpulkan di gunakan untuk mengidentifikasi area yang perlu di perbaiki dan memperbaiki sistem pembelajaran secara keseluruhan.

c. Dampak dan Manfaat

  • Personalisasi Pembelajaran: Dengan menggunakan teori belajar sibernetik, sistem ini mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang personal dan relevan bagi setiap siswa, memungkinkan mereka belajar dalam tingkat dan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan individu mereka.
  • Peningkatan Efektivitas: Sistem adaptif ini dapat membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran dengan memberikan umpan balik yang tepat waktu, menyesuaikan kesulitan tugas, dan memastikan bahwa siswa tetap terlibat dan terstimulasi.
  • Monitoring dan Evaluasi yang Mendalam: Dengan pengumpulan data yang terus-menerus dan analisis yang cermat, sistem ini memberikan wawasan mendalam tentang kemajuan belajar siswa, memungkinkan guru atau instruktur untuk mengambil tindakan yang tepat untuk mendukung perkembangan siswa.

Studi kasus ini menggambarkan bagaimana teori belajar sibernetik dapat di terapkan dalam konteks pembelajaran online untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang adaptif, efektif, dan personal bagi setiap siswa.

F. Kritik dan tantangan terhadap teori belajar sibernetik

Teori belajar sibernetik, meskipun memiliki kontribusi dan keunggulan yang signifikan, juga di hadapkan pada kritik dan tantangan tertentu. Berikut adalah beberapa kritik dan tantangan yang sering di hadapi dalam konteks teori belajar sibernetik:

1. Kritik terhadap asumsi-asumsi dasar dalam teori belajar sibernetik

  1. Kesederhanaan model
    Kritik terhadap teori belajar sibernetik mencakup kekhawatiran bahwa model-model yang di usulkan terlalu sederhana untuk memahami kompleksitas proses belajar manusia. Model-model sibernetik sering kali hanya mempertimbangkan variabel-variabel tertentu dan mungkin tidak dapat mengakomodasi faktor-faktor yang lebih kompleks yang memengaruhi belajar.
  2. Minimnya perhatian pada konteks sosial dan budaya
    Kritik juga mencakup keterbatasan teori belajar sibernetik dalam memperhitungkan konteks sosial dan budaya dalam proses belajar. Teori ini cenderung lebih berfokus pada individu dan sistem secara isolatif, tanpa mempertimbangkan pengaruh sosial, budaya, dan lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi belajar.
  3. Kurangnya peran kognisi dan konstruksi pengetahuan
    Beberapa kritikus berpendapat bahwa teori belajar sibernetik mungkin tidak memberikan penjelasan yang memadai tentang peran kognisi dan konstruksi pengetahuan dalam proses belajar. Mereka berpendapat bahwa aspek-aspek kognitif dan konstruktif dalam belajar mungkin tidak sepenuhnya tercakup dalam konseptualisasi sibernetik.

2. Tantangan implementasi teori belajar sibernetik dalam konteks pendidikan

  1. Kompleksitas penerapan
    Implementasi teori belajar sibernetik dalam konteks pendidikan bisa menjadi kompleks karena melibatkan berbagai faktor dan interaksi yang harus di pertimbangkan. Penerapan model-model sibernetik dalam praktik pembelajaran dapat memerlukan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep sibernetik dan keterampilan dalam menerapkan umpan balik dan pengaturan diri secara efektif.
  2. Tantangan dalam pengumpulan dan interpretasi data
    Penggunaan umpan balik dan pemantauan dalam teori belajar sibernetik membutuhkan pengumpulan dan interpretasi data yang akurat. Tantangan ini mencakup penentuan indikator yang relevan, pengukuran yang valid, dan analisis yang tepat untuk memperoleh umpan balik yang bermakna dan dapat di andalkan.
  3. Penerapan dalam sistem pendidikan yang terstruktur
    Teori belajar sibernetik mungkin menghadapi tantangan dalam penerapannya dalam sistem pendidikan yang terstruktur. Sistem pendidikan sering kali memiliki struktur dan kebijakan yang mapan, yang mungkin membatasi fleksibilitas dan adaptabilitas yang di inginkan dalam teori belajar sibernetik.

Dalam menghadapi kritik dan tantangan ini, penting untuk mempertimbangkan konteks dan kebutuhan khusus dalam menerapkan teori belajar sibernetik. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut di perlukan untuk memahami lebih lanjut potensi dan batasan teori ini dalam konteks pendidikan.

G. Kesimpulan

1. Ringkasan tentang teori belajar sibernetik dan relevansinya dalam konteks belajar

Teori belajar sibernetik merupakan pendekatan yang melibatkan pemahaman sistematis tentang proses belajar dan bagaimana sistem belajar berinteraksi dengan lingkungannya. Teori ini berfokus pada penggunaan umpan balik dan kontrol untuk mencapai tujuan belajar yang di inginkan. Konsep-konsep seperti homeostasis, fleksibilitas, dan adaptasi penting dalam teori ini.

Teori belajar sibernetik menawarkan pemahaman tentang bagaimana sistem belajar dapat beradaptasi, mengatur diri sendiri, dan mencapai keseimbangan dalam perubahan lingkungan. Dalam konteks belajar, teori ini dapat memberikan wawasan tentang bagaimana individu dan sistem belajar dapat meningkatkan kinerja mereka, mengatasi tantangan, dan mencapai tujuan belajar yang dii nginkan.

2. Potensi dan arah perkembangan masa depan teori belajar sibernetik

Teori belajar sibernetik memiliki potensi yang signifikan dalam memahami dan memperbaiki proses belajar. Dalam arah perkembangan masa depan, beberapa potensi dan fokus yang dapat di eksplorasi adalah sebagai berikut:

  1. Integrasi dengan penelitian kognitif
    Menggabungkan konsep-konsep sibernetik dengan pemahaman kognisi dan konstruksi pengetahuan dapat menghasilkan model belajar yang lebih komprehensif.
  2. Penerapan dalam konteks sosial dan budaya
    Mengembangkan teori belajar sibernetik agar lebih memperhitungkan peran faktor sosial, budaya, dan kontekstual dalam belajar.
  3. Penggunaan teknologi dan big data
    Pemanfaatan teknologi dan analisis data besar dapat memberikan peluang untuk memperoleh dan menganalisis umpan balik yang lebih akurat dan mendalam dalam proses belajar.
  4. Implementasi dalam pendidikan dan organisasi
    Melakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk menerapkan teori belajar sibernetik dalam konteks pendidikan formal dan organisasi untuk meningkatkan efektivitas dan adaptabilitas sistem pembelajaran.
  5. Interdisiplineritas
    Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain, seperti kecerdasan buatan, robotika, dan neurosains, dapat membuka potensi baru dalam memahami dan meningkatkan proses belajar.

Dengan menggali potensi ini dan menghadapi tantangan yang ada, teori belajar sibernetik dapat terus berkembang dan memberikan sumbangan yang berharga dalam memahami dan meningkatkan proses belajar manusia.

Baca selengkapnya: Teori Belajar Menurut Para Ahli

Sumber Rujukan

  • Arozatulo Telaumbanua, dkk. 2022. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Sibernetik Terhadap Kemampuan Mahasiswa Mengelola Pembelajaran Berbasis Digital. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, Vol 1, No 2, November 2022, Hal.60-69. DOI 10.56854/pak.v1i2.105.
  • Baharuddin. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
  • Budyatna, Muhammad. 2015. Teori-Teori Mengenai Komunikasi Antar Pribadi. Cet, I, h. 350 dan 351. Jakarta: Prenadamedia.
  • https://chat.openai.com/
  • Hamid, A. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Unimed Pres.
  • Littlejohn, Stephen W. 2016. Teori Komunikasi, Cet I, h.1158. Jakarta: Kencana.
  • Sani, R. A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Thobroni. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Teori Belajar Maslow

Herman Anis
6 min read

Teori Belajar Piaget

Herman Anis
6 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close