HermanAnis.com. Teman-teman semua, bahasan kita kali ini masih terkait dengan Implementasi Kurikulum Merdeka, yakni, Perbedaan Asesmen Formatif dan Sumatif. Asesmen atau penilaian merupakan suatu proses pengumpulan data. Ini merupakan cara pendidik untuk mengumpulkan data tentang pembelajaran (Hanna & Dettmer, 2004). Data tersebut memberikan gambaran tentang serangkaian kegiatan dengan menggunakan berbagai bentuk asesmen seperti: pre-test, observasi, dan ujian.
Data yang dikumpulkan, kemudian digunakan untuk mengevaluasi kinerja peserta didik. Oleh karena itu, asesmen mengacu pada penilaian seorang pendidik untuk menentukan skor atau nilai total berdasarkan data penilaian. Data hasil asesmen menjadi dasar dalam dalam proses pengambilan keputusan. Hasil ini bermanfaat digunakan untuk merancang cara untuk melakukan perbaikan terkait kelemahan, kesenjangan, atau kekurangan yang telah diketahui.
Gambar di bawah ini menunjukkan proses sistematis asesmen, evaluasi, dan pengambilan keputusan. Hasil (data) asesmen (ujian, observasi, esai, refleksi diri) dievaluasi berdasarkan penilaian terhadap data tersebut. Apa yang harus dilakukan selanjutnya—langkah pengambilan keputusan, didasarkan pada evaluasi.
Gambar di bawah ini menunjukkan proses sistematis asesmen, evaluasi, dan pengambilan keputusan. Data hasil asesmen (ujian, observasi, esai, refleksi diri) dievaluasi yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran didasarkan pada data hasil asesmen, sementara pengambilan keputusan didasarkan atas hasil evaluasi.
Baca Tentang : Proses Perencanaan Kegiatan Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka
Ada tiga jenis asesmen:
- asesmen diagnostik,
- asesmen formatif, dan
- asesmen sumatif.
Berikut ini perbedaan mendasar antara kegia jenis asesmen tersebut.
Baca juga: Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
A. Asesmen Diagnostik, Formatif dan Sumatif
Perbedaan asesmen diagnostik, formatif dan sumatif secara ringkas dapat Anda lihat dalam info grafis di bawah ini.
1. Asesmen Diagnostik
Asesmen atau penilaian diagnostik dapat membantu pendidik mengidentifikasi pengetahuan awal , keahlian dan keterampilan peserta didik pada suatu topik/mata pelajaran. Hasil asesmen ini bermanfaat untuk mengklarifikasi kesalahpahaman/miskonsepsi sebelum pembelajaran di lakukan (Just Science Now!, nd). Mengetahui kemampuan awal dan kelemahan siswa dapat membantu pendidik dalam merencanakan pembelajaran.
2. Asesmen Formatif
Asesmen formatif bertujuan untuk memperoleh informasi terkait proses pembelajaran. Hasil asesmen ini di jadikan dasar dalam pemberian umpan balik untuk perbaikan pembelajaran. Penilaian ini selain mengukur kemajuan siswa, juga digunakan menilai efektivitas pendidik dalam membelajarkan siswa.
Asesmen ini dapat di lakukan melalui observasi dan/atau mensurvei aktivitas siswa. Instrumen tersebut di gunakan untuk menentukan apakah aktivitas pembelajaran yang di terapkan efektif, sehingga dapat di gunakan kembali (atau perlu di modifikasi) atau tidak.
Fokus utama penilaian formatif adalah mengidentifikasi topik materi dalam pembelajaran yang mungkin memerlukan perbaikan. Penilaian ini bertindak sebagai ukuran kemajuan belajar siswa dan ukuran efektivitas pembelajaran. Contoh lain, Guru dapat secara informal mengajukan pertanyaan/soal terkait ujian akhir semeter. Simulasi ini untuk mengetahui apakah mereka benar-benar memahami materi yang telah di pelajari.
Penilaian formatif ini memungkinkan Anda untuk “memikirkan kembali” dan kemudian “menyampaikan kembali” materi tersebut untuk memastikan siswa berada pada jalur yang benar. Merupakan praktik yang baik untuk menerapkan jenis penilaian ini untuk “menguji” pengetahuan siswa sebelum mengharapkan mereka semua dapat mengerjakan ujian dengan baik.
Fokus utama penilaian formatif adalah mengidentifikasi bagian-bagian atau topik apa saja dalam pembelajaran yang memerlukan perbaikan.
Berikut beberapa point penting dalam asesmen formatif,
- Metode evaluasi yang di lakukan untuk evaluasi proses pemahaman siswa, kebutuhan pembelajaran, dan kemajuan akademik selama pembelajaran.
- Asesmen formatif memantau pembelajaran siswa dan memberikan umpan balik yang berkala, dan berkelanjutan.
- Bagi siswa, asesmen formatif berfungsi membantu siswa mengidentifikasi kekuatan dan aspek yang perlu di kembangkan.
- Bagi guru dan sekolah, asesmen formatif berfungsi memberikan informasi mengenai tantangan apa saja yang di hadapi siswa dalam proses pembelajaran projek sehingga dukungan yang memadai dapat di berikan.
- Asesmen formatif dapat di berikan oleh guru, teman, atau diri sendiri.
3. Asesmen Sumatif
Asesmen sumatif berlangsung setelah pembelajaran selesai. Penilaian ini dapat memberikan informasi serta umpan balik yang merangkum proses belajar mengajar. Contoh asesmen sumatif yang sering di gunakan adalah rubrik. Rubrik ini di kembangkan berdasarkan standar dan tujuan/capaian pembelajaran dalam kurikulum. Rubrik dapat di berikan kepada siswa sebelum mereka mulai pengerjaan suatu proyek tertentu.
Penilaian sumatif di berikan pada akhir semester untuk menilai seberapa baik penguasaan materi yang telah di pelajari. Hasil asesmen sumatif di nyatakan dalam bentuk nilai tertentu. Nilai tersebut menunjukkan tingkat penguasaan pengetahuan setiap siswa.
Nilai tersebut menjadi dasar bagi suatu satuan pendidikan dalam memberikan keputusan apakah siswa dapat secara melanjutkan ke tahapan selanjutnya? Ke pembelajaran berikutnya dalam kurikulum? Ke tingkat kedudukan akademis berikutnya? Data hasil penilaian ini menjadi dasar dalam pembuatan/pengambilan keputusan.
Penilaian sumatif lebih berorientasi pada produk dan menilai produk akhir, sedangkan penilaian formatif berfokus pada proses menuju penyelesaian produk. Setelah proyek selesai, tidak ada revisi lebih lanjut yang dapat di lakukan. Namun jika siswa di perbolehkan melakukan revisi, maka penilaian menjadi formatif, di mana siswa dapat memanfaatkan kesempatan untuk melakukan perbaikan.
Beikut beberapa point penting dalam asesmen sumatif.
- Metode evaluasi yang di lakukan di akhir pembelajaran.
- Asesmen sumatif seringkali memiliki taruhan tinggi karena berpengaruh terhadap nilai akhir murid sehingga sering di prioritaskan siswa daripada asesmen formatif.
- Umpan balik dari asesmen hasil akhir ini (sumatif) dapat di gunakan untuk mengukur perkembangan siswa untuk memandu guru dan sekolah merancang aktivitas mereka untuk projek berikutnya.
Penilaian sumatif lebih berorientasi pada produk dan menilai produk akhir, sedangkan penilaian formatif berfokus pada proses menuju penyelesaian produk.
Baca Juga: Contoh Angket Motivasi Belajar
4. Keterkaitkan antara asesmen formatif dan formatif dengan Assessment for learning, assessment as learning dan assessment of learning
Saat ini, assesment of learning adalah asesmen yang paling dominan dilakukan oleh guru. Dalam kurikulum merdeka, diharapkan pendidik lebih mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning. Selain itu jumlah asesmen formatif sebaiknya lebih banyak dari jumlah asesmen sumatif.
Tujuan asesmen formatif adalah untuk perbaikan dan pengembangan diri. Asesmen formatif dapat membantu mereka mendapatkan nilai yang lebih baik dalam asesmen sumatif di akhir, juga untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Sehingga, perlu di bangun keterkaitan antara asesmen sumatif dan formatif. Dengan merancang asesmen formatif yang berkontribusi pada tugas sumatif dapat menurunkan beban kerja siswa dan memperjelas relevansi tugas formatif.
Dengan demikian ini dapat mengubah paradigma belajar yang menitikberatkan pada nilai menjadi belajar yang menitikberatkan pada proses. Jika ketergantungan pada asesmen sumatif masih terjadi dengan umpan balik yang sedikit, maka dapat menghambat proses siswa untuk “mengalami pengetahuan”.
Berdasarkan jenisnya yakni assessment for learning, assessment as learning dan assessment of learning, perbedaan antara asesmen formatif dan sumatif juga dapat di lihat dalam info grafis di bawah ini.
Baca Juga : Konsep Asesmen Nasional (AN)
Proporsi fungsi Assessment as, for, dan of learning dan kaitannya dengan asesmen formatif dan sumatif dalam kurikulum merdeka diberikan dalam gambar 4.
Baca selengkapnya: Perbedaan antara Assessment as, for, dan of learning
B. Perbedaan Asesmen Formatif dan Sumatif berdasarkan tujuan
Perbedaan asesmen formatif dan sumatif berdasarkan tujuan diberikan dalam info grafis di bawah ini.
Baca juga: Penyusunan LKPD dan Instrumen Penilaian
C. Perbedaan berdasarkan jenis instrumen
Berikut beberapa perbedaan asesmen diagnostik, formatif dan sumatif berdasarkan jenis instrumen dan cara pengukurannya.
1. Penilaian Diagnostik
Jenis atau bentuk asesmen diagnostik yang dapat di gunakan di antaranya adalah;
- Pra-tes (Pre-tests), asesmen ini terkait penguasaan pengetahuan materi prasyarat
- Penilaian diri (Self-assessments), untuk mengidentifikasi keterampilan dan kompetensi
- Discussion board responses, untuk melihat melihat bagaimana respons peserta didik terhadap pernyataan yang berikan pendidikan. Ini dapat berbentuk google form, bulletin board, dll
- Wawancara (Interviews) singkat sekitar 10 menit setiap peserta didik
2. Jenis Asesmen Formatif
- Observasi kelas; siswa secara non-verbal umpan balik selama perkuliahan
- Latihan berupa pekerjaan rumah sebagai review untuk ujian dan diskusi kelas
- Jurnal refleksi yang direview secara berkala
- Diskusi atau tanya jawab, baik formal—terencana maupun informal—spontan
- Seminar atau konferensi antara pendidik dan siswa yang terjadwal/terencana
- Presentasi hasil kerja secara informal di lingkungan sekolah
- Umpan balik siswa dikumpulkan dengan secara berkala menjawab pertanyaan spesifik tentang instruksi dan evaluasi diri mereka terhadap kinerja dan kemajuan
3. Jenis asesmen Sumatif
- Ujian (ujian besar dan berisiko tinggi)
- Ujian akhir (penilaian yang benar-benar sumatif)
- Makalah (draf yang diserahkan sepanjang semester akan penilaian formatif)
- Proyek (fase proyek yang diserahkan pada berbagai titik penyelesaian dapat dinilai secara formatif)
- Portofolio (juga dapat dinilai selama pengembangannya sebagai apenilaian formatif)
- Pertunjukan
- Evaluasi siswa terhadap pembelajaran (efektivitas pembelajaran )
- Evaluasi diri Pendidik
Baca Juga: Persamaan dan Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Baca Juga: Komponen Modul Ajar dan RPP dalam Kurikulum Merdeka
D. Bentuk Asesmen Formatif dan Sumatif
Contoh bentuk asesmen tidak tertulis diantaranya adalah,
- Diskusi kelas
- Drama
- Produk
- Presentasi
- Tes Lisan
1. Diskusi kelas
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi siswa di depan publik dan mengemukakan pendapat.
- Melatih siswa untuk belajar berdemokrasi, mendengarkan dan menerima pendapat orang lain yang mungkin berbeda dengannya, juga merespons pendapat tersebut dengan cara yang sopan dan simpatis.
2. Drama
- Mengembangkan kemampuan seni peran dan berkomunikasi siswa.
- Mendorong siswa untuk melihat sebuah masalah dari perspektif yang berbeda sehingga dapat menumbuhkan jiwa empati dan berpikiran kritis siswa.
3. Produk
- Membuat model miniatur 3 dimensi (diorama), produk digital, produk seni, dll.
- Mengembangkan kreativitas
- Menanamkan pengertian mengenai sebuah peristiwa
4. Presentasi
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi
- Mendorong siswa untuk memahami topik presentasi dengan mendalam
5. Tes Lisan
- Kuis tanya jawab secara lisan
- Mengonfirmasi pemahaman siswa
- Menerapkan umpan balik
E. Umpan Balik dalam Asesmen Formatif dan Sumatif
Mengapa umpan balik penting? Umpan balik merupakan kumpulan informasi mengenai bagaimana seseorang melakukan suatu kegiatan yang berisi hal-hal baik yang sudah di lakukan, hal yang butuh perbaikan dan hal yang bisa di kembangkan untuk aktivitas selanjutnya.
Umpan Balik bagi guru berfungsi untuk memberi informasi perkembangan siswa dalam melakukan memodifikasi perbaikan pembelajaran di masa depan. Sedangkan bagi peserta didik, umpan balik berfungsi untuk membantu peserta didik mengetahui kelebihan dan kekurangan mereka, sehingga mereka dapat mengatur dan merasa berperan dalam proses pembelajaran mereka.
Memberikan umpan balik kepada sesama teman juga memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari satu sama lain. Umpan Balik yang Efektif Harus terdiri dari;
- feed up (mengklarifikasi tujuan dengan siswa),
- feedback (tanggapan atas pekerjaan siswa dan kemajuan mereka)
- feed forward (saran bagi siswa untuk di pakai di masa depan menggunakan data dari feedback).
Umpan Balik yang Efektif membutuhkan tujuan dan sasaran yang jelas dan dapat di mengerti oleh siswa dan guru., sehingga memungkinkan siswa untuk mengidentifikasi:
- apa yang mereka ketahui,
- apa yang mereka pahami,
- di mana mereka membuat kesalahan,
- di mana mereka memiliki kesalahpahaman
- kapan mereka terlibat / tidak terlibat dalam pembelajaran.
1. Umpan Balik Guru (Teacher Feedback)
Nah, berikut pertanyaan panduan untuk guru:
- Apa saja komponen penting yang perlu ada?
- Dokumen apa yang bisa di pakai guru untuk menjadi acuan penulisan umpan balik yang efektif dan objektif?
- Apakah ada format umpan balik yang sederhana dan mudah di pahami oleh siswa?
- Seberapa sering umpan balik harus di berikan?
- Seberapa panjang dan detail penulisan umpan balik yang efektif (apabila di berikan tertulis)?
- Bagaimana agar siswa tertarik untuk membaca umpan balik dan mendapatkan manfaat yang maksimal?
2. Umpan Balik Teman (Peer Feedback)
Nah, berikut pertanyaan panduan untuk siswa:
- Apa saja komponen penting yang perlu ada?
- Apa yang bisa kamu pakai untuk membantu kamu memberikan umpan balik yang efektif dan objektif bagi temanmu?
- Apa hal baik yang sudah dilakukan oleh temanmu?
- Apa hal yang bisa di perbaiki/ di kembangkan lagi oleh temanmu?
- Apa yang bisa di lakukan oleh temanmu agar karyanya bisa lebih baik lagi di kemudian hari?
- Informasi apa yang kamu rasa akan bermanfaat untuk membantu pengembangan diri temanmu?
3. Ladder of Feedback
Diagram grafis contoh praktik baik memberikan umpan balik secara berjenjang.
F. Ringkasan
Penilaian formatif dan sumatif memiliki tujuan berbeda dalam pendidikan. Asesmen formatif di tujukan untuk memantau pembelajaran siswa dan memberikan umpan balik berkelanjutan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Asesmen ini membantu mengidentifikasi dimana siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan asesmen sumatif di rancang untuk mengevaluasi pembelajaran pada akhir pembelajaran. Evaluasi di lakukan dengan membandingkan hasil asesmen dengan standar tertentu.
Kedua asesmen ini akan saling melengkapi, penilaian formatif menginformasikan penyesuaian instruksional, sedangkan penilaian sumatif memberikan evaluasi akhir terhadap prestasi siswa. Kedua jenis ini penting untuk pemahaman komprehensif tentang kemajuan siswa dan efektivitas pembelajaran.
Asesmen mengukur apa dan bagaimana siswa belajar, serta mengukur apakah metode pembelajaran secara efektif menyampaikan pesan yang di inginkan. Seorang pendidik perlu mengembangkan serangkaian strategi asesmen yang sesuai dengan semua aspek tujuan atau capaian pembelajaran yang di harapkan di capai peserta didik. Daripada mencoba membedakan antara asesmen formatif dan sumatif, mungkin lebih bermanfaat untuk mulai merencanakan strategi asesmen agar sesuai dengan tujuan atau capaian pembelajaran dan menerapkannya secara baik dalam pembelajaran.
References:
- Hanna, G. S., & Dettmer, P. A. (2004). Assessment for effective teaching: Using context-adaptive planning. Boston, MA: Pearson A&B.
- Just Science Now! (n.d.). Assessment-inquiry connection. http://www.justsciencenow.com/assessment/index.htm
- Bahan-paparan kemdikbud.
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.