HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada kesempatan ini kita masih membahas tentang Teori Belajar menurut para Ahli yakni Teori Belajar Tolman. Teori Belajar Tolman, memandang bahwa rasio perilaku di tentukan oleh pengalaman kolektif yang berasal dari tindakan yang berbelok ke setiap arah saat di titik pilihan dalam beberapa kali percobaan.
Variable lingkungan, perbedaan individual, dan variable intervening berpengaruh terhada perilaku. Tolman seorang behavioris secara metodologi dan teori kognitif dalam hal metafisik.
A. Biografi Edward Chace Tolman
Edward Chace Tolman lahir di Newton, Massachusetts, tahun 1886 dan meninggal pada tahun 1959. Tolman meraih gelar B.S dari Massachusetts Institute of Technology di bidang elektronika pada tahun 1911. Gelar M.A (1912) dan Ph.D (1915) diperoleh dari Harvard University pada bidang psikologi.
Tolman lalu mengajar di Universitas Northwestern (1915-1918) kemudian pindah ke Universitas California dan menetap di sana. Meskipun kemudian ia mengundurkan diri karena menolak untuk menandatangani sumpah setia yang di anggapnya sebagai pelanggaran kebebasan akademik.
Namun, Tolman kemudian kembali ke Universitas California atas permintaan para profesor. Tolman menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai tokoh pembangkang. Edward Chace Tolman menentang perang saat perang sedang popular dan menentang behaviorisme Watsonian ketika behaviorisme menjadi aliran Psikologi terpopuler.
Tolman percaya bahwa adalah mungkin untuk bersikap objektif saat mempelajari perilaku molar (pola perilaku yang besar, utuh dan bermakna). Berbeda dengan behavioris, Tolman memilih mempelajari perilaku molar secara sistematis.
B. Belajar menurut Tolman
Teori belajar Tolman dapat di katakan sebagai campuran antara Teori Gestalt dan Behaviorisme. Setelah lulus dari Harvard Tolman pergi ke Jerman dan bekerja dengan Koffka. Keberadaan teori Gestalt terhadap proses teori Tolman mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Sikapnya yang senang terhadap teori Gestalt tidaklah menghalangi perhatiannya terhadap behaviorisme.
Tolman memperhatikan ada sedikit nilai dalam introspective approach (pendekatan instropektif), padahal Tolman merasakan psikologi merupakan objektif yang komplit. Pemikirannya bertentangan dengan para behavioris yang menyatakan unit perilaku bisa dipelajari sebagai unsur-unsur yang terpisah.
Para behavioris seperti Pavlov, Guthrie, Hull, Watson, dan Skinner di gambarkan Tolman sebagai “Psychology of Twitchism” karena mereka melihat segmen-segmen perlilaku yang besar dapat dibagi menjadi segmen-segmen kecil, seperti reflek-reflek yang selanjutnya dianalisis. Tolman memandang dengan menjadikan elemen-elemen kecil, sesungguhnya behavioris telah membuang artinya secara utuh.
Akan tetapi dia juga yakin bahwa hal seperti itu mungkin juga untuk dijadikan sebagai objek ketika belajar tentang molar behavior secara sistematis. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa Tolman seorang behavioris secara metodologi dan teori kognitif dalam hal metafisik. Dengan kata lain, ia belajar behavior untuk menentukan proses kognitif.
1. Perilaku Molar
Karakteristik utama molar behavior (perilaku molar) adalah perilaku itu purposif (memiliki tujuan), yaitu selalu diarahkan untuk suatu tujuan. Tolman tidak pernah berpendapat bahwa perilaku dapat dibagi-bagi menjadi unit-unit kecil untuk tujuan studi; dia menganggap bahwa seluruh pola perilaku memiliki makna yang akan hilang jika diteliti dari sudut pandang elementistik.
Jadi menurut Tolman, perilaku molar merupakan sebuah Gestalt yang berbeda dari “serpihan” yang menyusun perilaku itu. Dengan kata lain, pola perilaku purposif dapat di lihat sebagai Gestalten behavioral.
Contoh bentuk perilaku yang di namakan Tolman (1932) sebagai molar, misalnya: seekor tikus yang berlari di simpang siur jalan (maze), seekor kucing yang keluar dari puzzle box, anak-anak yang saling bercerita tentang pikiran dan perasaan mereka.
2. Behavioristik Purposif
Teori Tolman di sebut sebagai purposive behaviorism (behaviorisme purposif) sebab ia berusaha menjelaskan perilaku yang di arahkan untuk mendapatkan tujuan, atau purposive behavior (perilaku purposif atau bertujuan). Menurut Tolman, istilah purposive di gunakan untuk mendeskripsikan perilaku, sebagaimana kata lambat, cepat, benar, salah atau belok kanan bisa di pakai untuk menjelaskan perilaku.
Tolman (1932) mengatakan “menurut behaviorisme purposif, perilaku adalah bertujuan, kognitif dan molar, namun ia tetaplah behaviorisme. Stimuli dan respon serta penentu perilaku dari respons adalah hal-hal yang akan di teliti”. Tolman menggunakan istilah purposive semata-mata untuk memberikan dekripsi. Oleh karena itu, nampak “as if (seolah-olah)” perilakunya adalah goal-directed atau purposive.
Dalam hal ini ada persamaan antara Guthrie dan Tolman. Menurut Guthrie perilaku tetap berlaku sepanjang pemeliharaan stimuli disajikan oleh beberapa status kebutuhan (need). Sedangkan menurut Tolman perilaku “as if” merupakan goal yang diarahkan sepanjang organisme sedang mencari-cari sesuatu yang ada di lingkungannya.
B. Teori Belajar Tolman
Tolman memperkenalkan penggunaan variabel campuran dalam riset psikologis, dan kemudian Hull meminjam gagasan itu darinya. Keduanya menggunakan variabel campuran yang serupa dalam penelitiannya. Namun bagaimanapun juga, Hull lebih banyak mengembangkan dan mengelaborasi teori belajar dari pada yang di lakukan Tolman.
Untuk memahami teori belajar atau proses belajar, Tolman memperkenalkan asumsi-asumsi yakni:
1. Apa yang di pelajari Tolman?
Teori behaviorisme, seperti Pavlov, Watson, Guthrie dan Hull mengatakan bahwa asosiasi stimulus-respon adalah di pelajari yang melibatkan hubungan S-R yang kompleks. Tolman memulai dari teori Gestalt dengan mengatakan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses menemukan hal-hal tertentu dalam lingkungan.
Melalui eksplorasi, organisme menemukan kejadian tertentu akan menimbulkan kejadian lain atau satu isyarat akan menghasilkan isyarat lain. Misalnya, kita belajar bahwa ketika jam menunjukkan pukul 5 sore (S1), maka makan malam akan segera siap (S2). Karena itu teori Tolman disebut teoretis S-S, bukan S-R.
Menurut Tolman, belajar adalah proses yang tidak membutuhkan motivasi. Dalam soal ini, Tolman sepakat dengan Guthrie dan bertentangan dengan Thorndike, Skinner dan Hull . Menurut Tolman, apa yang dipelajari “ada di sana”; organisme mempelajari apa-apa yang ada di lingkungan.
Organisme belajar bahwa jika belok kiri, ia akan menemukan sesuatu, dan jika ia belok kanan, dia akan bertemu sesuatu yang lain. Pelan-pelan ia mengembangkan gambaran tentang lingkungan yang dapat di gunakan untuk menjelajahinya.
Tolman menyebut gambaran ini sebagai cognitive map (peta kognitif). Setelah organisme mengembangkan peta kognitif, ia dapat mencapai tujuan tertentu dari banyak arah. Organisme akan memilih rute terpendek atau rute yang tidak membutuhkan banyak kerja atau tenaga, ini di namakan principle of least effort (prinsip usaha terkecil).
2. Konfirmasi vs Penguatan
Senada dengan Guthrie, Tolman menganggap konsep penguatan tidak penting sebagai variabel belajar, tetapi ada kemiripan antara apa yang di namakan Tolman sebagai konfirmasi dengan apa yang behavioris namakan penguatan. Selama pengembangan peta kognitif, ekspektasi di pakai oleh organisme. Ekspektasi adalah perkiraan tentang apa yang akan muncul.
Ekspektasi tentatif awal di namakan hypotheses (hipotesis), dan hipotesis ini akan di konfirmasi atau di bantah berdasarkan pengalaman. Hipotesis yang dikonfirmasi akan dipertahankan, dan yang tidak terkonfirmasi (dibantah) akan diabaikan. Melalui proses ini peta kognitif terus berkembang.
Dalam proses pengambilan keputusan dalam persepsi, terdapat empat tahapnya yakni,
- Kategorisasi primitive, di mana objek atau peristiwa yang di amati di isolasi dan di tandai berdasarkan ciri-ciri khusus.
- Mencari tanda (cue search), di mana peneliti secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi-informasi tambahan untuk memungkinkannya melakukan kategorisasi yang tepat.
- Konfirmasi, terjadi setelah objek mendapatkan penggolongan sementaranya.
Pada tahap ini peneliti tidak lagi terbuka untuk sembarang masukan, melainkan ia hanya menerima tambahan informasi yang akan memperkuat konfirmasi keputusannya. Masukan-masukan yang tidak relevan di hindari. - Konfimasi tuntas, di mana pencarian tanda-tanda di akhiri. Tanda-tanda baru di abaikan dan tanda-tanda yang tidak konsisten dengan kesimpulan juga di abaikan
3. Vicarious Trial and Error
Tolman mengamati karakteristik tikus dalam kebingungan (jalan simpang siur). Sehingga ia bisa memanfaatkannya sebagai pendukung untuk menafsirkan teori belajarnya.
Seekor tikus sering berhenti pada suatu titik tertentu dan memandang sekelilingnya seolah-olah berpikir tentang berbagai alternatif yang ada. Kegiatan seperti ini (berhenti dan memandang sekelilingnya) yang di sebut Tolman sebagai Vicarious Trial and Error, sehingga organisme itu bisa membuat kesimpulan sendiri dari berbagai kegiatan yang telah di lakukannya.
Jadi belajar itu terjadi dari percobaan-percobaan yang telah di lakukan sehingga memperoleh pengalaman dan belajar terjadi dari kesalahan-kesalahan yang di lakukan sampai akhirnya memperoleh titik optimal ataupun kesempurnaan dari kegiatan-kegiatan yang sebelumnya telah di lakukan. Hal ini terjadi pada semua pembelajaran begitu juga dalam hal olahraga yang banyak mengutamakan keterampilan gerak.
4. Learning Versus Performance
Sebagaimana di ketahui bahwa, Hull membedakan antara learning dan performance. Hull menyatakan bahwa banyaknya jumlah percobaan (trial) yang di perbuat merupakan satu-satunya variabel belajar. Sedangkan variabel-variabel lainnya, yang ada dalam sistemnya merupakan variabel capaian (performance). Sehingga performance dapat di maksudkan sebagai perwujudan belajar ke dalam perilaku.
Hal seperti ini penting bagi Hull, begitu pula dengan Tolman. Menurut Tolman, kita mengetahui banyak hal tentang lingkungan di sekitar kita, akan tetapi, kita hanya akan melaksanakan informasi atau pengetahuan itu ketika kita harus melakukannya.
Dalam status kebutuhan (need), organisme memanfaatkan apa yang telah di pelajarinya hingga sampai pada real testing (pengujian nyata) yang bisa menuangi kebutuhan itu. Beberapa point penting terkait dengan learning dan performance diantaranya adalah:
- Organisme membawa kepada bentuk problem-solving berbagai hipotesis, yang bisa jadi akan memanfaatkan percobaan untuk memecahkan masalah ini. Hipotesis ini sebagian besar di dasarkan pada pengalaman terdahulu. Tolman juga percaya bahwa beberapa strategi problem-solving bisa jadi merupakan pembawaan.
- Hipotesis yang survive, yaitu yang sesuai dengan kenyataan menjadikan maksud atau tujuan tercapai.
- Ketika ada berbagai tuntutan maupun alasan yang harus di penuhi, sebuah organisme akan memanfaatkan penggunaan informasi yang ada dalam peta kognitifnya. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan learning dan performance.
5. Latent Learning
Latent learning adalah belajar yang tidak di wujudkan dalam performance atau belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum hal tersebut di nyatakan dalam perilaku.
Konsep tentang latent learning sangat penting bagi Tolman, dan dia merasa sukses dalam mendemonstrasikan eksistensinya. Eksperimen terkenal yang di lakukan oleh Tolman dan Honzik (1930) melibatkan tiga kelompok tikus, yang mencoba belajar untuk memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur).
Kelompok pertama, tidak pernah di perkuat untuk dengan tepat melintasi jalan yang simpang siur itu. Kelompok kedua, selalu di perkuat (reinforced). Sedang kelompok ketiga, tidaklah di perkuat sampai hari ke-11 mengadakan percobaan. Kelompok terakhir inilah yang menarik bagi Tolman.
Teorinya tentang latent learning meramalkan bahwa kelompok ini akan belajar di simpang siur jalan itu, sama halnya dengan kelompok yang secara teratur di perkuat. Dan ketika penguatan (reinforcement) di perkenalkan pada hari ke-11, kelompok ini akan melakukan seperti halnya kelompok yang secara terus menerus di perkuat (reinforced).
Dari penggambaran di atas dapat di ambil sebuah gagasan, pada eksperimen kelompok pertama yang tidak pernah di perkuat maka dapat di simpulkan bahwa dalam pencapaian pembelajaran tersebut akan terjadi proses yang begitu panjang dan juga dengan tidak adanya kotrol penguatan maka kesalahan-kesalahan ataupun kekurangan-kekurangan yang terjadi di dalam pembelajaran tidak akan terlihat.
Dari kelompok eksperimen kedua yang secara terus menerus di berikan penguatan, kelompok ini akan tepat dan cepat mencapai tujuan dalam pencapaian pembelajaran, tetapi dengan adanya penguatan yang secara terus menerus maka menjadikan di dalam pembelajarannya terjadi ketergantungan terhadap penguatan-penguatan itu.
Pada kelompok eksperimen ketiga yang di berikan penguatan pada hari yang ke 11, ternyata pada hasil penelitiannya sama dengan kelompok eksperimen kedua. Pada kelompok ketiga ini, penguatan hanya di jadikan sebagai kontrol sehingga dalam proses pembelajaran secara mandiri dan tujuan dari pembelajaran tercapai karena adanya kontrol dari penguatan-penguatan tersebut.
Intisari dari Latent Learning
Latent learning adalah belajar yang tidak di terjemahkan ke dalam performa atau kinerja. Dengan kata lain, adalah mungkin hasil belajar akan tetap di simpan dalam jangka waktu yang lama sebelum ia di munculkan dam bentuk perilaku. Konsep belajar laten sangat penting bagi Tolman dan ia menganggap dirinya telah berhasil menunjukkan eksistensinya.
Pelenyapan Laten. Teoretisi penguatan seperti Pavlov, Hull, dan Skinner memandang pelenyapan (extinction) sebagai sebuah proses aktif. Menurut mereka, agar tidak terjadi pelenyapan, respons yang telah di perkuat sebelumnya harus di berikan tetapi tidak di perkuat. Menurut Tolman, belajar terjadi melalui observasi dan bebas dari penguatan.
6. Reinfocement Expectancy
Menurut Tolman, ketika kita belajar, kita menganalisa “situasi”. Term understanding I(pemahaman dalam waktu tetentu)selalu ada hubungannya dengan Tolman sebagaimana para behavioris. Dalam situasi problem-solving, kita belajar untuk memperoleh cara yang paling praktis. Kita belajar untuk mengharapkan terjadinya persitiwa tertentu, mengikuti peristiwa yang lain.
Seorang mahasiswa kuliah di Fakultas Keolahragaan, maka ia akan mengharapkan menjadi seorang ahli dalam olahraga karena menemukan reinforcer tertentu. Menurut pada ahli teori S-R, bahwa merubah reinforcer dalam teori belajar tidak akan mengganggu perilaku sepanjang kuantitas reinforcement tidak dirubah secara drastis.
Sedangkan menurut Tolman, ia memprediksikan, jika reinforcer di ubah, perilaku akan terganggu, karena reinforcement expectancy merupakan bagian dari apa yang di harapkan.
7. Aspek Formal Teori Belajar Tolman
Sebagai contoh teori Tolman (1938) yang lebih abstrak, dalam artikelnya yang berjudul “The Determiners at a Choice Point”, dalam contoh ini, titik pilihan itu adalah tempat di mana tikus akan memutuskan untuk berbelok kekiri atau ke kanan dalam jalur teka-teki berbentuk T.
Tolman berpendapat bahwa rasio perilaku di tentukan oleh pengalaman kolektif yang berasal dari tindakan yang berbelok ke setiap arah saat di titik pilihan dalam beberapa kali percobaan. Variable lingkungan, perbedaan individual, dan variable intervening berpengaruh terhada perilaku.
8. Formalisasi MacCorquodale dan Meehl Atas Teori belajar Tolman
MacCorquodale dan Meehl mendeskripsikan teori Tolman sebagai teori S1-R1-S2, di mana S1 menimblkan ekspektansi, R1 menunjukkan cara ekspektansi itu di tindaklanjuti, dan S2 menunjukkan apa perkiraan organisme tentang hal yang terjadi sebagai akibat dari tindakannya dalam situasi tertentu.
Dengan kata lain, organism tampak berpikir “dalam situasi ini (S1), jika saya melakukan ini (R1), maka saya akan mendapatkan pengalaman tertentu (S2)”
C. 6 Jenis Belajar Menurut Teori Belajar Tolman
Dalam artikel “there is more than one kind of learning”, Tolman (1949) mengusulkan enam jenis belajar.
1. Cathexes
Cathexis (jamak, cathexes = kateksis) adalah tendensi belajar untuk mengasosiasikan objek tertentu. Misalnya, ada makanan tertentu untuk memuaskan dorongan lapar dari seorang yang tinggal di suatu Negara.
Orang yang tinggal di daerah di mana biasanya makan ikan sudah menjadi kebiasaan cenderung akan mencari ikan untuk menghilangkan laparnya. Orang-orang itu mungkin tidak menyukai daging sapi atau spageti kerena menurut mereka, makanan itu tidak di asosiasikan dengan pemuasan dorongan rasa lapar.
2. Keyakinan ekuivalensi.
Ketika “subtujuan” memiliki efek yang sama dengan tujuan itu sendiri, maka subtujuan itu di katakan merupakan equivalence belief (keyakinan ekuivalensi). Walaupun ini mirip dengan apa yang oleh teoretisi S-R di namakan penguatan sekunder.
Tolman (1949) menganggap jenis belajar ini lebih berkaitan dengan “dorongan sosial” ketimbang dorongan fisiologis.
3. Ekspektasi medan.
Field expextancies (ekspektasi medan) berkembang dengan cara yang serupa dengan perkembangan peta kognitif. Organisme belajar bahwa sesuatu akan menimbulkan sesuatu yang lain. Setelah melihat isyarat tertentu, misalnya, ia akan berharap isyarat lain akan muncul.
4. Mode medan-kognisi.
Jenis belajar yang kurang di yakini oleh Tolman adalah field-cognitif mode (mode medan-kognisi), yakni strategi, suatu cara, untuk menangani situasi pemecahan problem. Ini adalah tendensi untuk mengatur bidang perseptual dalam konfigurasi tertentu.
5. Diskriminasi dorongan.
Di skriminasi dorongan berarti bahwa organisme dapat menentukan keadaan dorongan mereka sendiri dan karenanya dapat merespon dengan benar.
Misalnya, di temukan bahwa hewan dapat di latih untuk berbelok ke suatu arah dalam jalur teka teki berbentuk T apabila mereka lapar, dan ke arah lain ketika haus. Tolman percaya pada dorongan fisiologis dan sosial, maka di skrimninasi dorongan adalah konsep penting baginya.
6. Pola motor.
Tolman menunjukkan bahwa teorinya berkaitan dnegan asosiasi ide dan tidak terlalu berhubungan dengan cara ide-ide itu menjadi di asosiasikan dengan perilaku. Belajar motor pattern adalah usaha untuk memecahkan kesulitan ini.
D. Pandangan Tolman tentang Pendidikan
Dalam banyak hal, Tolman dan Gestaltis sepakat mengenai praktik pendidikan: keduanya menekankan pentingnya pemikiran dan pemahaman. Menurut Tolman, murid perlu melakukan tes hipotesis dalam situasi problem. Dalam hal ini pendapat Tolman senada dengan teori faktor kesalahan Harlow, yang menyatakan bahwa belajar bukan hanya soal memberi respons atau strategi yang benar tetapi juga menghilangkan respons atau strategi yang salah.
Tolman dan teoretisi Gestalt akan mendukung diskusi kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Yang penting buat murid adalah punya kesempatan, secara individual atau sebagai anggota kelompok, untuk menguji ide-idenya secara memadai.
Menurut Tolman, belajar terjadi secara konstan. Para siswa, seperti orang lainnya, berusaha mengembangkan ekspektasi atau keyakinan yang sesuai kenyataan.
Guru penganut teori Tolman, membantu siswa dalam merumuskan hipotesis dan memberi pengalaman yang menginformasikan ketika hipotesis itu benar. Dengan cara itu, siswa mengembangkan peta kognitif yang akan memandu aktivitas mereka.
E. Kontribusi Teori Belajar Tolman
Pembahasan belajar laten oleh Tolman dan Honzik menjadi satu studi penting. Yang lainnya, eksperimen jalur teka-teki melingkar Tolman, Rithcie dan Kalish. Penelitian Tolman tentang belajar spasial (ruang) dan peta kognitif masih menjadi pedoman riset terhadap belajar ruang manusia dan nonmanusia.
Tetapi, kontribusi Tolman paling besar adalah temuan riset dan perannya sebagai tokoh antagonis bagi dominasi neobehaviorisme Hullian. Tolman percaya pada metode behaviorisme yang ketat dan dia memperluasnya ke perilaku molar dan kejadian mental.
F. Kritik terhadap Teori Belajar Tolman
Kritik ilmiah terhadap teori Tolman jelas valid. Teorinya tidak mudah di teliti secara empiris. Teorinya menggunakan banyak variabel individual, bebas dan intervening yang sulit untuk di jelaskan semuanya. Tetapi Tolman telah mengantisipasi kritik itu dan sepertinya tercermin dalam pernyataannya.
Malone (1991) mengemukakan kritik serius bahwa dengan penggunaan variabel intervening, Tolman membawa psikologi mundur ke orientasi mentalistik abad ke-19, bukan maju ke abad-20. Sebagai bukti dari kritiknya, Malone menunjukkan sedikitnya aplikasi dari teori Tolman.
Demikian uraian tentang teori belajar dari Edward Chace Tolman.
Sumber Rujukan
- Place vs. Response Learning: History, Controversy, and Neurobiology
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.