HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada pembahasan Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam kali ini, kita akan membahas bagaimana Proses Terjadinya Petir secara Fisika?
Fenomena Petir
Alam penuh dengan segala macam fenomena yang menakjubkan dan menarik. Ini membuat manusia terpesona selama berabad-abad sampai hari ini.
Salah satu fenomena tersebut adalah petir. Kilatan pada petir menampilkan pola zig-zag yang biasanya terlihat kurang dari setengah detik. Peristiwa ini menghasilkan luminolitas cahaya yang begitu terang hingga sekitarnya menyala dalam sekejap mata.
Meskipun ini merupakan pemandangan yang menarik, namun juga membuat rasa takut pada manusia. Dengan ledakan energi yang intens itu, petir bisa menebang pohon membuat kebakaran dan bahkan menyebabkan kematian. Rasa ketakutan ini bahkan dapat sangat di perkuat oleh suara keras Guntur.
Pada zaman dahulu, orang belum tertarik untuk membahas fenomena ini. Manusia dari berbagai budaya seperti Yunani dan Romawi menganggap peristiwa ini berasal dari dewa yang memerintah bumi dengan penangkal petir atau Guntur.
Baca Juga: Prinsip Kerja Elektroskop
Proses Terjadinya Petir secara Fisika
Hai proses terbentuknya petir di mulai dari menguapnya air dari permukaan bumi. Dari Danau, tanah, sungai, laut, kolam, dan dari pohon. Oleh proses transpirasi, air naik ke atmosfer dalam bentuk gas.
Udara yang naik ini merupakan udara hangat, yang kemudian membuat udara dingin bergerak, dan bersatu dengan udara hangat. Proses ini menyebabkan udara hangat meningkat pesat, dan membentuk awan yang besar dan padat.
Pada awan kumulonimbus atau awan badai. Selama badai itu terjadi, curah hujan partikel di wilayah yang lebih tinggi dari awan kemudian akan bertabrakan satu sama lain. Karena mereka bergesekan satu sama lain dalam arus kuat udara.
Ketika udara naik dan turun di udara, akibatnya udara ini bertabrakan dan bergesekan dengan banyak butiran-butiran air dan kristal es yang kemudian menciptakan muatan listrik statis yang mengandung muatan negatif dan positif dalam badai itu.
Beberapa kristal es dan butiran air, akan menjadi bermuatan positif. Sementara yang lain menjadi bermuatan negatif. Semakin lama, potensi listrik yang bermuatan positif dan negatif di awan, kemudian terpisah dari satu sama lain.
Dimana kristal salju bermuatan positif, bergerak ke bagian atas. Sementara cristal berat bermuatan negatif dan tetesan air turun ke bawah.
Bagian awan elektron atau muatan listrik negatif ini akan mencari dan menuju muatan listrik positif. Sehingga terbentuklah loncatan elektron yang berupa lidah api yang kita kenal dengan petir.
Karena bumi merupakan medan listrik yang amat besar dan tentunya mengandung muatan negatif dan positif. Maka, elektron dari awan juga bisa meloncat menuju bagian permukaan bumi yang juga bermuatan listrik.
Loncatan elektron ini juga terjadi ketika kita, mencoba mencolokkan barang elektronik kebagian listrik yang kadang muncul percikan api. Setelah petir meloncat ke tanah dari awan, petir akan kembali dari tanah menuju awan mengikuti saluran yang sama dengan jalur yang di laluinya.
Jalur kembalinya petir ini, menimbulkan panas dan meningkatkan suhu udara di sekitarnya, menjadi sekitar 27.000 derajat Celcius.
Karena proses terjadinya petir atau kilat membutuhkan sedikit waktu untuk pergi dari titik A ke titik B, sementara udara panas tidak memiliki waktu untuk bergerak, menyebabkan ruang pada udara menjadi terbelah.
Udara panas kemudian di konversi, meningkatkan tekanan udara menjadi 10-100 kali tekanan udara normal pada atmosfer. Tekanan udara ini akan meledak keluar dari saluran listrik, membentuk gelombang kejut partikel yang di kompresi ke segala arah. Sehingga menyebabkan munculnya suara ledakan atau suara guntur.
Baca Juga: Bagaimana Cara Melestarikan Budaya Bangsa?
Adik-adik semua, demikian tadi informasi proses terjadinya petir dan guntur.
Semoga bermanfaat
wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber:
- Buku elektronik Kemendikbud
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.