HermanAnis.com – Teman-teman semua dalam kesempatan ini kita akan membahas satu topik hangat tentang sistem rekrutmen guru yakni Marketplace Guru. Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim membuat terobosan, dengan melalui Marketplace Guru sebagai jalan keluar dalam memenuhi formasi guru di seluruh Indonesia.
Untuk membantu Anda memahami apa sebenarnya itu marketplace guru, dalam tulisan ini akan diuraikan tentang 1) definsi marketplace dalam penerimaan guru, 2) sistem di berbagai negara, 3) negara yang telah menerapkan, 4) hasil dan dampak kebijakan, 5) kelebihan dan kelemahan, dan 6) pro kontra kebijakan marketplace guru.
Baca Juga: Perbandingan sistem penerimaan guru di Dunia (Amerika, Eropa, Afrika, Asia, dan Australia)
A. Apa itu marketplace penerimaan Guru?
Baca Juga: Apa itu Generasi sandwich?
Marketplace penerimaan guru adalah platform online yang menghubungkan antara guru yang mencari pekerjaan dengan sekolah atau institusi pendidikan yang mencari tenaga pengajar. Tujuannya adalah menyediakan ruang virtual di mana guru dapat menemukan, melamar, dan mendapatkan posisi pengajar yang sesuai dengan kualifikasi dan minat mereka.
Melalui sistem penerimaan guru ini, calon guru dapat membuat profil yang mencakup informasi tentang pendidikan, pengalaman mengajar, keterampilan, dan minat mereka. Sekolah atau institusi pendidikan yang menggunakan platform ini dapat mempublikasikan posisi pengajar yang tersedia, memeriksa profil guru yang sesuai dengan persyaratan mereka, dan menghubungi guru secara langsung melalui platform.
Dengan adanya sistem penerimaan guru ini, proses perekrutan guru dapat menjadi lebih efisien dan transparan. Guru dapat mengakses berbagai peluang pekerjaan yang tersedia di berbagai sekolah atau institusi pendidikan, sementara sekolah atau institusi pendidikan dapat dengan mudah menemukan dan mengevaluasi guru yang cocok dengan kebutuhan mereka.
Sumber:
Sharma, R. (2018). Teacher Recruitment and Retention: Innovative Approaches and Practices. International Journal of Educational Management, 32(4), 674-685.
B. Sistem marketplace dalam penerimaan guru di berbagai negara
Berikut adalah beberapa informasi tentang sistem marketplace dalam penerimaan guru di negara-negara yang telah menerapkannya:
1. Amerika Serikat
Teach for America: Teach for America adalah organisasi nirlaba yang menghubungkan individu yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam dengan kesempatan mengajar di sekolah-sekolah yang membutuhkan. Mereka menggunakan platform online untuk merekrut dan menempatkan guru di seluruh negara.
Sumber: Teach for America website (https://www.teachforamerica.org/)
TeachersPayTeachers: TeachersPayTeachers adalah marketplace online di mana guru dapat membeli, menjual, dan berbagi sumber daya pendidikan seperti materi pembelajaran, rencana pelajaran, dan aktivitas. Hal ini memungkinkan guru untuk mendapatkan sumber daya yang dibuat oleh guru lain dan mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual sumber daya yang mereka buat.
Sumber: TeachersPayTeachers website (https://www.teacherspayteachers.com/)
2. Inggris
TES (Times Educational Supplement): TES adalah marketplace online yang menyediakan sumber daya pendidikan, forum diskusi, dan lowongan pekerjaan bagi guru di Inggris dan internasional. Guru dapat mencari pekerjaan, berbagi pengalaman, dan mengakses sumber daya pembelajaran yang dibuat oleh guru lain.
Sumber: TES website (https://www.tes.com/)
3. Swedia
Skoljobb.se: Skoljobb.se adalah platform online yang menyediakan informasi tentang posisi pengajar yang tersedia di sekolah-sekolah Swedia. Guru dapat mencari pekerjaan, melamar, dan berinteraksi dengan pihak sekolah melalui platform ini.
Sumber: Skoljobb.se website (https://www.skoljobb.se/)
4. Australia
Teachers on Net: Teachers on Net adalah platform online yang menyediakan lowongan pekerjaan untuk guru di seluruh Australia. Guru dapat mencari pekerjaan, mengunggah resume, dan melamar posisi pengajar di berbagai sekolah dan distrik.
Sumber: Teachers on Net website (https://www.teachers.on.net/)
Perlu dicatat bahwa informasi ini hanya memberikan gambaran umum tentang beberapa marketplace yang ada dalam penerimaan guru di negara-negara tersebut. Terdapat banyak marketplace lainnya yang mungkin juga terlibat dalam penerimaan guru di berbagai negara. Sumber-sumber yang disebutkan adalah website resmi dari masing-masing marketplace dan dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang cara kerja dan kebijakan tersebut.
Baca Juga: Peluang dan Tantangan Guru di Era Digital: Mendukung Kecakapan Hidup Abad 21 Peserta Didik
C. Negara yang telah menerapkan kebijakan sistem marketplace dalam penerimaan guru
Beberapa negara yang telah menerapkan kebijakan sistem marketplace dalam penerimaan guru adalah sebagai berikut:
- Amerika Serikat
Di Amerika Serikat, terdapat beberapa marketplace penerimaan guru yang populer seperti Teach for America, Teach.org, dan LinkedIn for Education. Sistem ini membantu guru mencari pekerjaan di berbagai sekolah dan distrik di seluruh negara.
Sumber:
Hess, F. M., & Ford, M. (2018). Teacher Marketplace Platforms in K-12 Education. American Enterprise Institute.
- Inggris
Di Inggris, Teach First adalah contoh marketplace penerimaan guru yang terkenal. Program ini menyediakan kesempatan bagi individu yang tidak memiliki latar belakang pendidikan formal untuk bergabung sebagai guru dan menawarkan pelatihan dan penempatan di sekolah-sekolah yang membutuhkan.
Sumber:
O’Dwyer, L. M., & Russell, S. K. (2016). Teacher Quality and Teacher Turnover: Marketplace Conditions, Structural Characteristics, and Teacher Shortages. American Educational Research Journal, 53(3), 245-274.
- Swedia
Di Swedia, terdapat platform online bernama Skoljobb.se yang menyediakan informasi tentang posisi pengajar yang tersedia di sekolah-sekolah Swedia. Guru dapat mencari pekerjaan, melamar, dan berinteraksi dengan pihak sekolah melalui platform ini.
Sumber:
Nair, S. S. (2019). Swedish Marketplaces for Teachers: Emerging Practices, Purpose, and Challenges. International Journal of Information Systems and Social Change (IJISSC), 10(2), 1-15.
D. Hasil dan dampak kebijakan sistem marketplace dalam penerimaan guru
Dampak kebijakan sistem marketplace dalam penerimaan guru di negara-negara yang telah menerapkannya dapat bervariasi. Beberapa dampak yang mungkin terjadi adalah:
1. Meningkatnya Aksesibilitas Pekerjaan
Sistem marketplace penerimaan guru dapat meningkatkan aksesibilitas pekerjaan bagi guru dengan menyediakan platform yang menghubungkan guru dengan sekolah atau institusi pendidikan yang mencari pengajar. Sistem ini dapat meningkatkan aksesibilitas bagi guru untuk menemukan dan melamar posisi pengajar yang sesuai dengan kualifikasi dan minat mereka. Ini dapat membantu mengurangi kesenjangan antara permintaan dan penawaran guru di beberapa daerah.
Sumber:
- Ladd, H. F. (2018). Teacher Labor Markets in the United States: A Review. Journal of Policy Analysis and Management, 37(2), 388-400.
2. Efisiensi dalam Pencarian Pekerjaan
Sistem marketplace dapat membantu mengoptimalkan proses pendaftaran dengan menyediakan platform online yang memungkinkan guru untuk mengunggah resume, mengisi formulir aplikasi, dan berinteraksi dengan pihak sekolah melalui satu platform. Hal ini dapat menghemat waktu dan upaya bagi guru dan pihak sekolah.
Marketplace penerimaan guru dapat meningkatkan efisiensi dalam pencarian pekerjaan guru. Guru dapat mengakses informasi tentang posisi pengajar yang tersedia, membandingkan persyaratan dan lokasi pekerjaan, serta melamar secara online. Hal ini dapat menghemat waktu dan upaya dalam mencari pekerjaan.
Selain itu sistem ini juga dapat meningkatkan transparansi. Dalam sistem ini, informasi tentang posisi pengajar yang tersedia, persyaratan, dan kondisi kerja seringkali tersedia secara transparan. Hal ini membantu guru dalam membuat keputusan yang lebih baik dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang harapan dan tuntutan pekerjaan sebagai seorang guru.
Sumber:
- Caleon, I. S., & Subramaniam, R. (2020). Digital Platforms and Teacher Labor Markets: The Case of India. Education Policy Analysis Archives, 28(74), 1-25.
3. Penyediaan Informasi yang Lebih Lengkap
Marketplace penerimaan guru sering menyediakan informasi yang lebih lengkap tentang posisi pengajar, persyaratan, dan kebijakan sekolah. Sistem penerimaan guru ini menyediakan fitur canggih untuk mencocokkan profil guru dengan kebutuhan sekolah atau institusi pendidikan. Hal ini dapat membantu dalam menemukan guru yang paling sesuai dengan persyaratan dan preferensi yang ditentukan oleh pihak sekolah. Guru dapat mengakses informasi tersebut untuk membuat keputusan yang lebih informasi tentang pekerjaan yang ingin mereka lamar.
Sumber:
- Farrell, C., & Koc, Y. (2019). Education Marketplaces and Teacher Labor Markets: Implications for Equity and Diversity. Journal of Teacher Education, 70(3), 291-305.
Baca Juga: Peran dan Fungsi Guru dalam Pembelajaran
E. Kelebihan dan kelemahan sistem marketplace dalam penerimaan guru
1. Kelebihan marketplace guru
Kelebihan marketplace penerimaan guru adalah sebagai berikut:
- Akses yang Lebih Luas
Marketplace penerimaan guru memberikan akses yang lebih luas kepada guru untuk menemukan peluang pekerjaan di berbagai sekolah atau institusi pendidikan. Guru dapat mencari dan melamar posisi pengajar yang sesuai dengan kualifikasi dan minat mereka di berbagai lokasi geografis. - Efisiensi dan Kemudahan
Marketplace penerimaan guru dapat meningkatkan efisiensi dan kemudahan proses pendaftaran. Guru dapat mengisi formulir aplikasi online, mengunggah resume dan dokumen pendukung, dan berkomunikasi dengan pihak sekolah atau institusi melalui platform tersebut. Hal ini dapat mengurangi kerumitan administratif dalam penerimaan guru. - Pemadanan yang Lebih Baik
Marketplace penerimaan guru sering menyediakan fitur pemadanan yang canggih untuk mencocokkan profil guru dengan kebutuhan sekolah atau institusi pendidikan. Hal ini dapat membantu dalam menemukan guru yang sesuai dengan persyaratan dan preferensi yang ditentukan oleh pihak sekolah. - Transparansi Informasi
Marketplace penerimaan guru seringkali menyediakan informasi yang jelas tentang posisi pengajar yang tersedia, persyaratan yang diperlukan, dan kondisi kerja yang ditawarkan. Guru dapat dengan mudah mempelajari tentang posisi tersebut sebelum memutuskan untuk melamar, yang membantu dalam mengambil keputusan yang tepat.
Sumber:
- Saldaña, M. J., & Leiva-Olivencia, J. J. (2021). Talent and Technologies in the Marketplace for Teacher Recruitment: The Case of Spain. Frontiers in Psychology, 12, 616029.
Baca Juga: Karakteristik Guru Abad 21
2. Kelemahan dan tantangan marketplace guru
Kelemahan dan tantangan kebijakan marketplace penerimaan guru dapat mencakup hal-hal berikut:
- Kurangnya Verifikasi Kualifikasi Guru
Beberapa marketplace penerimaan guru mungkin tidak memiliki proses verifikasi kualifikasi yang ketat untuk memastikan bahwa guru yang terdaftar memiliki kualifikasi yang memadai. Hal ini dapat mengakibatkan guru yang tidak memenuhi standar pendidikan atau memiliki keahlian yang kurang memadai untuk mengajar. - Rendahnya Kendali terhadap Kualitas Pengajaran
Sitem ini mungkin tidak memiliki kendali yang kuat terhadap kualitas pengajaran yang disampaikan oleh guru yang terdaftar. Kualitas pengajaran dapat bervariasi secara signifikan antara guru yang terdaftar, dan ada risiko bahwa beberapa guru mungkin tidak memenuhi harapan dalam hal kualitas pengajaran yang diharapkan. - Tidak Adanya Monitoring atau Evaluasi yang Kontinyu
Marketplace penerimaan guru mungkin tidak memiliki mekanisme yang efektif untuk melakukan monitoring atau evaluasi kontinyu terhadap kinerja guru yang terdaftar. Ini dapat mengakibatkan guru yang tidak efektif atau tidak memenuhi standar tetap terdaftar dalam platform, yang pada gilirannya dapat berdampak negatif pada kualitas pendidikan yang diberikan. - Potensi Penyimpangan Biaya
Beberapa marketplace penerimaan guru mungkin mengenakan biaya yang tinggi baik pada guru maupun sekolah atau institusi pendidikan. Biaya ini dapat menjadi beban tambahan bagi guru dan sekolah, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi aksesibilitas dan keberlanjutan layanan pendidikan.
Sumber:
- Alesi, B., & Fuhrman, S. H. (2021). The Rise of Teacher Marketplace Platforms: Challenges and Opportunities. Education Policy Analysis Archives, 29(52), 1-21.
- Sayce, K. (2018). The new marketplaces for teacher quality: An overview. In The Global Education Industry (pp. 63-75). Springer.
Baca Juga: Budaya Positif Guru Penggerak
F. Pro dan kontra marketplace penerimaan guru
Ulasan tentang Pro dan kontra marketplace ini saya kutip dari facebook seorang guru, dosen dan pemerhati pendidikan. Berikut ulasannya.
Rekrutmen guru ASN PPPK bakal lewat sistem marketplace? Ide gila apa lagi ini? Kok guru di pajang dan di perjualbelikan lewat marketplace?
Begitulah kira-kira pertanyaan yang di benak kita merespon gagasan Mendikbud itu. Pikiran kita lalu melanglang liar kemana-mana. Mencoba mengaitkan kata guru (profesi yang mulia, pendidik anak bangsa) dengan framing yang ada di kepala kita terkait istilah marketplace (barang jualan, pajangan, obral harga, e-commerce, tokopedia, shopee, dsb).
Sebenarnya, apa sih esensi utama dari gagasan rekrutmen guru dengan sistem marketplace itu?
“Marketplace untuk guru adalah suatu database yang nanti akan mendapat dukungan secara teknologi di mana semua sekolah ini dapat mengakses siapa saja yang rela jadi guru, dan siapa saja yang rela di undang jadi guru di sekolah.” begitu kata Mas Nadiem di dalam rapat kerja bersama dengan Komisi X DPR.
Sebagaimana berbelanja di e-commerce, sekolah nantinya dapat merekrut kapan saja guru di Marketplace sesuai kebutuhannya. Dengan begitu, sistem rekrutmen yang awalnya terpusat akan beralih jadi real time.
Di marketplace itu, para alumni LPTK yang bersedia dan mau menjadi guru (ASN PPPK) akan mendaftar dan mengikuti proses seleksi. Setelah lolos seleksi, mereka akan “di pajang” untuk “dij ual”. Sekolah yang butuh dapat memesan untuk di tempatkan di sekolahnya, kapanpun mereka butuhkan.
Seperti itu gambaran sederhananya pelaksanaan marketplace guru itu.
Mari kita coba membahasnya dengan kepala dingin. Dengan bersangka baik dulu. Positive thinking dulu. Sebab, ide sebaik apapun, dari siapapun, akan selalu tampak buruk jika kita menanggapinya dengan negative-thinking, dengan suu-dzon.
Di lihat dari ide dasarnya sebagai sistem penyediaan guru, gagasan Mas Menteri tsb sebenarnya bukanlah ide baru yang sungguh-sungguh baru. Format dan penamaannya saja yang mungkin tampak aneh di pikiran banyak orang.
Baca Juga: Kompetensi Guru Abad 21
Beberapa contoh format marketplace dengan penamaan yang berbeda di Indonesia
Disebuah kabupaten kepulauan yang pernah saya datangi, dikenal istilah guru ambulan. Guru ambulan adalah guru yang disiapkan untuk sewaktu-waktu dikirim dan ditugasi mengajar di sekolah di suatu pulau yang karena satu dan lain hal ditinggal kosong oleh gurunya. Dengan sistem ini, kekosongan guru di wilayah terpencil bisa segera diatasi sambil menunggu rekrutmen guru baru tetap. Nah, model guru ambulan ini juga tampaknya searah dengan tujuan dari marketplace guru dari Mas Nadiem.
Pada masa Anis Baswedan menjadi Mendikbud, dikenal istilah Guru Garis Depan (GGD). Guru GGD adalah alumni program SM3T yang telah tamat PPG berasrama yang siap diangkat melaksanakan tugas mengajar di sekolah.
Sistem rekrutmennya menggunakan mekanisme:
- Alumni PPG SM3T didaftar oleh Kemenristek-Dikti (saat terpisah dari Kemendikbu), sebagai produsen.
- Lalu diserahkan ke Kemendikbud selaku user tenaga guru. Kemudian Kemendikbud mengangkat para alumni PPG-SM3T itu menjadi GGD untuk ditawarkan kepada kabupaten yang membutuhkan tenaga guru baru.
- Kabupaten lalu membuka formasi CPNS guru sesuai kebutuhannya, untuk di isi oleh para guru GGD.
Ringkasnya, pola rekrutmen dan penyiapan guru menggunakan sistem “penampungan” plus “marketing” telah pernah di praktikkan. Bedanya, model-model sebelumnya belum memanfaatkan teknologi kekinian yang berbasis online.
Dengan demikian, penerapan model rektutmen guru berbasis marketplace adalah gagasan menarik yang eligible untuk di terapkan. Mungkin istilahnya saja yang perlu diubah. Biar nggak mancing pikiran asosiatif liar kemana-mana, maka nama luncuran sistemnya ke publik tak perlu memakai istilah marketplace.
Kata marketplace itu mungkin terkesan “merendahkan” martabat calon guru, seolah-olah guru di perlakukan seperti barang dagangan yang di perjualbelikan di pasar online. Ada banyak istilah lain yang berkonotasi lebih elegan dan bermartabat dapat di gunakan. Misalnya, Guru Sigap (guru siap tugas), Guru Sidik (guru siap mendidik), atau istilah lain yang tidak ada kata marketnya.
Sumber: FB Abdullah Pandang
Dari ulasan-ulasan di atas, silahkan Anda menilai sendiri, apakah kebijakan ini nantinya tepat atau sebaliknya.
Demikian semoga bermanfaat.
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.