Identifikasi Masalah terkait membangun Relasi-Hubungan dengan Orang Tua

Identifikasi Masalah Terkait Membangun Relasi Hubungan dengan Orang Tua

HermanAnis.com. Teman-teman semua, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas satu topik terkait persiapan pembelajaran yakni identifikasi masalah terkait membangun relasi hubungan dengan orang tua. Identifikasi permasalahan terkait membangun relasi hubungan dengan orang tua dalam tulisan ini akan memberikan informasi tentang bentuk relasi hubungan sekolah, guru, dengan orang tua, dan masalah-masalah yang terjadi dalam membangun relasi-hubungan dengan orang tua.

Baca Juga: Bagaimana Cara Membangun Relasi dengan Siswa?

Sebelum kita membahas masalah terkait membangun relasi hubungan dengan orang tua, terlebih dahulu kita bahas dulu tentang bentuk relasi hubungan dengan orang tua.

Baca Juga: 

A. Bentuk relasi hubungan sekolah, guru, dengan orang tua

Bagaimana membangun relasi-hubungan orang tua dan sekolah yang efektif? Banyak penelitian dan studi tentang dampak positif dari relasi-hubungan orang tua dengan sekolah dalam mendukung keberhasilan siswa.  Untuk itu, sekolah perlu untuk melibatkan orang tua dalam proses pendidikan.

Ketika sekolah dan keluarga bekerja bersama, siswa memiliki kesempatan jauh lebih baik untuk tidak hanya sukses di sekolah tetapi juga sukses dalam kehidupan.

Kunci dari relasi-hubungan sekolah dan orang tua, seperti di kutip dari Sahabat Keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, adalah dengan membangun 3R: yakni:

  1. Respect atau rasa hormat,
  2. Responsibility atau tanggung jawab, dan
  3. Relationship atau hubungan.

Baca Selengkapnya : Pembelajaran “Blended Learning”

1. Identifikasi Masalah Terkait Membangun Relasi Hubungan dengan Orang Tua – Respect atau Rasa hormat

Respect atau Rasa hormat kuncinya adalah sekolah menghormati dan mempercayai keberadaan orang tua. Sekolah mengakui bahwa keluarga berperan penting dalam memberikan wawasan dan informasi tentang apa yang di butuhkan anak.

Orang tua adalah mitra bagi sekolah dalam proses pengambilan keputusan sehingga sekolah perlu mengembangkan kebijakan pintu terbuka. Artinya, sekolah menciptakan iklim yang menyambut orang tua dan mengungkapkan kepedulian terhadap kebutuhan mereka, yakni kebutuhan orang tua serta kebutuhan anak.

Namun, sekolah juga harus menyadari, orang tua juga memiliki keterbatasan, baik keterbatasan waktu, tenaga, pemikiran, dan sebagainya. Untuk menjembatani keterbatasan itulah, sekolah memberikan akses layanan, dukungan, sumber daya dan pertemuan di waktu dan tempat yang berfungsi untuk mempertemukan orang tua dan sekolah.

Inti dari rasa hormat ini, baik sekolah maupun orang tua benar-benar menginginkan yang terbaik untuk anak. Karenanya, sekolah dan orang tua bersedia berbagi tanggung jawab atas keberhasilan si anak.

Identifikasi Masalah terkait membangun Relasi-Hubungan dengan Orang Tua

Baca Juga: Contoh Eksplorasi Penyebab Masalah

2. Responsibility atau Tanggungjawab Sekolah

Responsibility atau Tanggungjawab Sekolah maupun orang tuanya tidak saling menyalahkan apabila ada masalah dengan si anak dan juga sekolah. Sebaliknya, keduanya harus bertanggung jawab atas keberhasilan sekolah.

Dalam bahasa lain, seperti di katakan Joyce Epsteen, direktur Pusat Sekolah Orang tua dan relasi-hubungan Komunitas di John Hopskins University,

“Terciptanya sekolah yang ramah bagi orang tua dan rumah yang ramah bagi sekolah”.

Sekolah yang ramah orang tua adalah di mana sekolah menyambut semua anak dan menghargai perbedaan mereka. Sedangkan rumah yang ramah sekolah adalah rumah yang menegakkan kembali pendidikan yang sudah diterima anak di sekolah.

Itu berarti bahwa sekolah dan orang tua masing-masing memiliki tanggung jawab untuk tetap terhubung satu sama lain. Jadi, Komunikasi harus teratur, terus-menerus, dua arah, termasuk umpan balik dan bermakna.

Komunikasi yang perlu di tularkan adalah tujuan pembelajaran, ruang lingkup dan urutan kurikulum dan tentang tanggung jawab pekerjaan rumah.

Baca Juga: Penyebab Rendahnya Hasil Belajar Siswa

3. Relationship atau Hubungan

Dengan rasa hormat dan tanggung jawab, sekolah dan orang tua membuka pintu untuk apa yang di sebut hubungan yang bermakna, atau hubungan yang membangun kepercayaan yang mendukung relasi-hubungan berkualitas. Hubungan memelihara relasi-hubungan yang sangat di perlukan untuk relasi-hubungan untuk bertahan hidup dan untuk membantu anak-anak berhasil di sekolah.

Makna dari ketiga R tadi adalah, bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anak mereka. Mereka memiliki tanggung jawab untuk berinteraksi secara positif dengan anak-anak mereka, untuk membangun hubungan yang sehat, untuk melayani sebagai teladan peran mereka dan untuk memberikan bimbingan. Orang tua juga merupakan mitra dalam proses pendidikan.

B. Pentingnya pihak sekolah membangun komunikasi dengan Orang tua

Ketika orang tua memilih sekolah untuk anaknya, berarti harus menerima segala aturan di sekolah pilihan itu. Orang tua juga harus memahami bahwa, sekolah dan guru merupakan kesatuan yang tak terpisahkan.

Sehingga orang tua harus sadar guru mewakili pihak sekolah memiliki hak dan kewajiban membangun komunikasi dengan orang tua siswa, demikian pula sebaliknya.

Komunikasi orang tua dengan pihak sekolah harus di bangun semata-mata demi kepentingan kemajuan belajar anak, begitupun sebaliknya. Sehingga, akan terjalin hubungan harmonis orang tua-sekolah dalam rangka bersama-sama memajukan pendidikan.

Orang tua perlu menyadari dengan terjalinnya komunikasi yang harmonis, bukan berarti orang tua boleh melakukan tindakan-tindakan dengan maksud agar anaknya mendapat ‘perlakuan khusus’ dari sekolah. Pihak sekolah pun tentu akan mengajak orang tua siswa dalam musyawarah terkait kebijakan-kebijakan baru untuk siswa di sekolah yang bersangkutan.

Pihak sekolah pun tentu akan menyampaikan informasi-informasi penting yang harus di ketahui pihak orang tua siswa. Baik itu dari sekolah maupun dari dinas/pemerintah terkait pendidikan si anak di sekolah.

Orang tua harus mendukung sekolah. Dukungannya adalah seperti mengawasi pembelajaran anak saat ekstrakurikuler di sekolah atau belajar anak di rumah. Selain itu, orang tua juga harus mendukung program-program sekolah, turut serta secara aktif dan mengetahui perkembangan terbaru di sekolah.

Orang tua juga bisa bergabung dengan komite sekolah dalam hal kemajuan sekolah atau prestasi siswa. Termasuk pemecahan masalah tertentu yang memang harus di musyawarahkan sekolah dengan orang tua.

Pembelajaran bukan lagi suatu hal yang mandiri, karena selain mendalami pengetahuan, anak juga harus mendapatkan perkembangan menyeluruh atas semua jenis keterampilan. Maka menjadi mustahil bagi sekolah untuk mengajarkan semua aspek ini pada siswa tanpa dukungan orang tua.

Anak hanya bisa mendapatkan pendidikan dan perkembangan semua aspek, jika ada kerjasama yang harmonis antara orang tua dan sekolah

C. Identifikasi Masalah Terkait Membangun Relasi-Hubungan dengan Orang Tua

Identifikasi Masalah terkait membangun Relasi-Hubungan dengan Orang Tua

Identifikasi Masalah Terkait Membangun Relasi Hubungan dengan Orang Tua. Pembelajaran di masa pandemi virus korona (covid-19) pola komunikasi guru dan orang tua siswa harus di tata ulang. Komunikasi guru dan orang tua kini harus lebih intensif, yang biasanya hanya terjadi saat pembagian rapor atau pertemuan awal semester. Relasi ini harus di restrukturisasi. Jadi, hampir setiap hari guru harus komunikasi dengan orang tua yang beragam.

Pola relasi guru dan orang tua saat ini terkadang mengalami pergeseran. Orang tua merupakan mitra pembelajaran yang strategis yang sangat menentukan bagaimana pembelajaran itu di lakukan, khusus di masa pandemi.

Para guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD) perlu mengatur ulang waktu mengajar. Penyesuaian waktu harus di lakukan agar bisa menjalin komunikasi yang baik dengan para orang tua. Hal ini tentu tidak mudah, karena sebelumnya tidak terjadi. Dan orang tua pun memiliki dimensi aktivitas yang berbeda.

Relasi guru dan orang tua murid harus di bangun secara perlahan. Komunikasi atau relasi guru dan orang tua tidak mungkin begitu saja harmonis, dinamis, atau produktif. Harus seperti relasi pada umumnya. Yang namanya relasi harus ada waktu untuk berproses sehingga mencapai titik saling percaya.

Guru dan orang tua di nilai perlu juga membangun kepercayaan. Faktor kepercayaan bakal jadi penentu kelancaran pembelajaran di masa pandemi. Jika sudah ketemu rasa percaya itu, strategi pembelajaran bisa sangat cair.

Baca Juga: Apa Itu TPACK?

Sumber rujukan:

  • Yohanes Enggar Harususilo. 2018. Begini Seharusnya Hubungan Sekolah dan Orang tua. Diakses melalui kompas.com.
  • Muhammad Syahrul Ramadhan. 2020. Pola Relasi Guru dengan Orang Tua Siswa Harus Di tata Ulang. Medcom.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close