HermanAnis.com – Teman-teman semua, pembahasan kita kali ini adalah Apa itu revolusi industri 4.0? Revolusi industri ke-4 atau revolusi industri 4.0 kini menjadi perbincangan banyak pihak. Pemerintah, industri, dan perusahaan kini telah mengerahkan segala persiapan untuk menghadapinya. Namun apa sebenarnya revolusi industri ke-4 itu?
Klaus Schwab adalah orang yang untuk pertama kalinya memperkenalkan revolusi Industri 4.0. Schwab adalah sosok yang pertama kali mengemukakan istilah itu kepada publik di pertemuan World Economic Forum (WEF) 2016.
Schwab memaparkan revolusi teknologi sedang berlangsung dan mengaburkan batas antara fisik digital dan biologis.
Tahapan Perkembangan Revolusi Industri
Lalu apa saja tahapan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri pertama di mulai pada abad ke 18 dengan adanya penemuan mesin uap dan mesin manufaktur. Revolusi industri kedua pada abad ke-19 di tandai dengan adanya produksi massal, mesin listrik dan standarisasi industry.
Revolusi industri ketiga di tandai dengan adanya komputer dan teknologi informasi pada abad ke-20. Dan saat ini kita sedang berada di era revolusi industri 4.0.
Baca Juga : karakteristik-soal-literasi-membaca-dalam-pisa
Apa itu revolusi industri 4.0?
Sederhananya revolusi industri 4.0 adalah bagaimana teknologi seperti kecerdasan buatan, kendaraan otonom, dan internet saling mempengaruhi kehidupan manusia. Hadirnya otomasi dan kecerdasan buatan diindustri tentu memberikan potensi besar untuk melipatgandakan produktivitas.
Berbagai perusahaan besar dunia menggunakan robot dan kecerdasan buatan sebagai pekerjanya. Sebut saja Amazon, Tesla, Uber, DHL, Adidas, dan Nestle.
Di Indonesia sendiri, operasional pabrik Suzuki Cikarang juga telah menggunakan teknologi robot.
Namun, dibalik manfaat bagi percepatan dan otomasi industri, banyak sekali tantangan bagi ekonomi dalam menghadapi revolusi ini. Padahal Indonesia saat ini tengah menikmati periode bonus demografi berkat banyaknya populasi penduduk dalam rentang produktif.
Booming ketersediaan tenaga kerja yang bersamaan dengan era revolusi industri 4.0, akan menjadi ancaman nyata bagi low skill workers atau profesi dengan jenis pekerjaan yang repetitive. Karena dapat dengan mudahnya tergantikan oleh mesin robot dan kecerdasan buatan.
Menurut data dari McKinsey ada 7 bidang pekerjaan yang akan tetap bertahan di era otomasi seperti industri kreatif, teknologi informasi, professional, manajer, pelayanan kesehatan, pendidikan dan jasa konstruksi.
Kementerian Perindustrian meluncurkan Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam memasuki era Industry 4.0. Guna mencapai sasaran tersebut, langkah kolaboratif ini perlu melibatkan pemangku kepentingan, mulai dari institusi pemerintahan, asosiasi, pelaku industri, hingga unsur akademisi.
Revolusi industri 4.0 menjadi lompatan besar bagi sektor industri, di mana teknologi informasi dan komunikasi di manfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai industri, sehingga melahirkan model bisnis baru dengan basis digital guna mencapai efisiensi yang tinggi dan kualitas produk yang lebih baik.
Untuk itu, sektor industri nasional perlu banyak pembenahan terutama dalam aspek penguasaan teknologi yang menjadi kunci penentu daya saing di era Industry 4.0. Setidaknya ada lima teknologi utama yang menopang sistem Industry 4.0 yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik, sensor, dan teknologi 3D Printing.
Sumber rujukan:
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.