Cara Mengembangkan Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD

Latihan Membuat Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD

Hermananis.com. Teman-teman semua pada kesempatan ini kita akan membahas satu topik berkaitan dengan literasi, yakni Latihan Membuat Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD.

Studi Programme for International Student Assessment (PISA) bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem pendidikan dalam perspektif internasional. PISA berfokus pada hasil asesmen terhadap literasi sains, literasi numerasi (matematika), dan Literasi Membaca.

Baca juga: Kumpulan Soal AKM Numerasi SD dan Pembahasannya

A. Latihan Membuat Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD

Memahami karakteristik soal literasi membaca dan literasi numerasi adalah elemen kunci dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Asesmen Kompetensi Minimum adalah bentuk penilaian yang di gunakan untuk mengukur keterampilan minimum yang di miliki oleh peserta didik.

AKM bertujuan untuk memberikan dorongan yang lebih kuat untuk pembelajaran inovatif dan untuk mengembangkan pemikiran daripada menghafal.

Sebagaimana diketahui bahwa AKM ini merupakan pengganti Ujian Nasional (UN). Dalam AKM kualifikasi minimal yang dimaksud meliputi,

  • kemampuan berdiskusi dengan bahasa (literasi),
  • kemampuan berdiskusi dengan matematik (numerasi), dan
  • peningkatan pembentukan kepribadian.

Selain itu dalam pelaksanaannya, AKM tidak lagi di lakukan berdasarkan perolehan materi kurikulum yang di terapkan dalam ujian nasional (UN). Atau, penilaian tidak di dasarkan pada mata pelajaran atau kemahiran materi kurikulum yang di terapkan dalam ujian nasional. Akan tetapi pada pemetaan dua kemampuan minimum peserta didik yaitu literasi dan numerasi.

Nah berikut ini kami akan berikan contoh Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD, ini dapat dijadikan sebagai bahan Latihan dalam Membuat Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD.

B. Pengertian Literasi Numerasi

Literasi bukan hanya kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis bacaan dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Kekuatan numerasi di sisi lain, berarti kemampuan untuk menganalisis menggunakan angka.

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk

  1. menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan
  2. menganalisis informasi yang di tampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.)
  3. menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

Secara sederhana, numerasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.

Kemampuan ini di tunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan.

Sehingga, kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang di nyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

C. Perbedaan Numerasi dengan Matematika

Latihan Membuat Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD

Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika. Keduanya berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, tetapi perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut.

Pengetahuan matematika saja, tidak membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi. Numerasi mencakup keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi real sehari-hari, saat permasalahannya sering kali tidak terstruktur (unstructured), memiliki banyak cara penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor nonmatematis.

Sebagai contoh, seorang peserta didik belajar bagaimana membagi bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya. Ketika bilangan yang pertama tidak habis di bagi, maka akan ada sisa.

Biasanya peserta didik di ajarkan untuk menuliskan hasil bagi dengan sisa, lalu mereka juga belajar menyatakan hasil bagi dalam bentuk desimal. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, hasil bagi yang presisi (dengan desimal) sering kali tidak di perlukan sehingga sering kali di lakukan pembulatan.

Secara matematis, kaidah pembulatan ke bawah di lakukan jika nilai desimalnya lebih kecil daripada 5, pembulatan ke atas jika nilai desimalnya lebih besar daripada 5, dan pembulatan ke atas atau ke bawah bisa di lakukan jika nilai desimalnya 5.

Namun, dalam konteks real, kaidah itu tidaklah selalu dapat di terapkan. Contohnya, jika 40 orang yang akan bertamasya di angkut dengan minibus yang memuat 12 orang, secara matematis minibus yang di butuhkan untuk memuat semua orang itu adalah 3,333333.

Jumlah itu tentu tidak masuk akal sehingga di bulatkan ke bawah menjadi 3 minibus. Akan tetapi, jika sebuah tempat duduk hanya boleh di duduki oleh satu orang saja, artinya ada 4 orang tidak mendapatkan tempat duduk.

Oleh karena itu, jumlah minibus yang seharusnya di pesan adalah 4 buah. Perlu di cermati bahwa numerasi membutuhkan pengetahuan matematika yang di pelajari dalam kurikulum. Akan tetapi, pembelajaran matematika itu sendiri belum tentu menumbuhkan kemampuan numerasi.

Demikian semoga bermanfaat.


Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca