Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan

Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan

HermanAnis.com – Instrumen Penelitian – Bagaimana Langkah-langkah pengembangan, ujicoba, dan validasi instrumen penelitian dalam bidang Pendidikan yang benar?

Baca Juga: Jenis Jenis Penelitian

A. Mengapa Instrumen Penelitian Penting?

Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang di peroleh akan sangat di tentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang di gunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang di tempuh.

Hal ini mudah di pahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang di gunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang di peroleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. 

Sedangkan jika kualitas instrumen yang di gunakan tidak baik dalam arti mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang di peroleh juga tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang keliru.

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang di buat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah di anggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.

Dengan demikian, jika instrumen baku telah tersedia untuk mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang di jadikan landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang di acu dalam penelitian kita.

Selain itu konstruk variabel yang di ukur oleh instrumen tersebut juga sama dengan konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam penelitian.

Baca Juga: Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

B. Definisi Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan alat ukur yang di gunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi karakteristik variabel penelitian secara objektif.

Sedangkan menurut Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis. Ini dapat di pergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.

Instrumen memegang peranan penting dalam menentukan mutu suatu penelitian dan penilaian. Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data.

Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang di teliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.

Untuk mengumpulkan data penelitian dan penilaian, seseorang dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia atau biasa di sebut instrumen baku (standardized) dan dapat pula dengan instrumen yang di buat sendiri.

Bagaimana Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan?

Jika instrumen baku tersedia maka seseorang dapat langsung menggunakan instrumen tersebut namun jika instrumen tersebut belum tersedia atau belum baku maka seseorang harus dapat mengembangkan instrumen buatan sendiri untuk di bakukan sehingga menjadi instrumen yang layak sesuai fungsinya.

Baca Juga: Populasi dan Sampel Penelitian

C. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Menurut Ahli

Bagaimana Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan?

Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu:

  1. Mendefinisikan variabel
  2. Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci
  3. Menyusun butir-butir
  4. Melakukan uji coba
  5. Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability)

Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut non-kognitif adalah:

  1. Pengembangan spesifikasi alat ukur
  2. Penulisan pernyataan atau pertanyaan
  3. Penelaahan pernyataan atau pertanyaan
  4. Perakitan instrumen (untuk keperluan uji-coba)
  5. Uji-coba
  6. Analisis hasil uji-coba
  7. Seleksi dan perakitan instrumen
  8. Administrasi instrumen
  9. Penyusunan skala dan norma.

Baca Juga: Supervisi Akademik – Definisi, Tujuan dan Prinsip, Permasalahan dan Alternatif Solusinya

1. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian menurut Djaali dan Muljono

Menurut Djaali dan Muljono, terdapat 11 langkah penyusunan atau pengembangan instrumen penelitian yaitu:

  1. Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan di ukur dan buat konstruk variabel
  2. Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel
  3. Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator
  4. Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan
  5. Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya butir instrumen di golongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif
  6. Butir yang di tulis divalidasi secara teoritik dan empirik
  7. Validasi pertama yaitu validasi teoritik di tempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator
  8. Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis
  9. Setelah konsep instrumen di anggap valid secara teoritik di lanjutkan penggandaan instrumen secara terbatas untuk keperluan uji coba
  10. Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses validasi empirik. Instrumen di berikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin di ukur. Jawaban responden adalah data empiris yang kemudian di analisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria dari instrumen yang di kembangkan
  11. Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat di lakukan dengan menggunakan kriteria internal maupun kriteria eksternal
  12. Berdasarakn kriteria tersebut dapat di peroleh butir mana yang valid dan butir yang tidak valid
  13. Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid di keluarkan atau di revisi untuk di ujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir valid.
  14. Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen
  15. Rakit semua butir yang telah di buat menjadi instrumen yang final

2. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen menurut Gronlund

Terkait dengan penilaian kinerja, Gronlund menjelaskan langkah-langkah penyusunan performance assessment yaitu :

  1. Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai
  2. Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)
  3. Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan
  4. Tentukan situasi performance
  5. Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor

D. Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian

Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan definisi konseptual dan operasional

Langkah yang pertama kali harus di lakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan di ukur sesuai dengan landasan teoritik yang di kembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan di kembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan di ukur.

2. Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan

Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian di lanjutkan dengan penulisan pernyataan.

Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang di gunakan. Dari setiap pernyataan di cantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan di ukur. Format yang telah di rumuskan dalam spesifikasi perlu di ikuti secara tertib.

3. Penelaahan pernyataan

Butir-butir pernyataan yang telah di tulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.

Tahap validasi pertama yang di tempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk. Seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang di buat secara tepat dapat mengukur indikator.

Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka di lakukan validasi empirik melaui uji coba.

4. Uji coba

Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen di berikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian.

Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan di analisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang di kembangkan.

5. Analisis data

Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya di lakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.

6. Revisi Instrumen

Revisi instrumen di lakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi di rakit kembali dan di hitung kembali validitas dan reliabilitasnya.

7. Perakitan instrumen menjadi Instrumen final

Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus di perhatikan dan di penuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel.

Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen.

E. Validasi dalam Instrumen Penelitian

Validitas berasal dari kata validity yang berarti “keshahihan”. Validitas adalah sejauh mana suatu alat ukur atau tes melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya di ukur.

Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Atau dengan kata lain validitas adalah kecocokan antara alat ukur (tes) dengan sasaran ukur.

Tes yang valid adalah tes yang mampu mengukur apa yang hendak di ukur, tes yang valid untuk tujuan tertentu mungkin tidak valid untuk tujuan lain. Oleh karena itu validitas selalu di kaitkan dengan tujuan tertentu.
 
Validitas pengukuran memiliki nilai dari rendah ke tinggi, makin tinggi tingkat validitas makin baik pengukuran itu. Pemeriksaan validitas pengukuran di lakukan sebelum alat ukur/tes digunakan sesungguhnya.

Pemeriksaan validitas pengukuran dapat di lakukan pada saat tes baru di buat atau di susun dan dapat juga di lakukan pada saat uji coba alat ukur.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan tingkat validitas rendah, maka alat ukur dapat di perbaiki. Pemeriksaan validitas dan perbaikan alat ukur di lakukan berulang-ulang sampai alat ukur mencapai validitas pengukuran yang cukup tinggi.

Validitas Pengukuran

Ada 3 jenis validitas pengukuran yaitu: validitas isi, validitas kriteria dan validitas konstruk.

1. Validitas isi

Validitas isi adalah kecocokan di antara isi alat ukur (tes) dengan isi sasaran ukur. Artinya alat ukur yang mempunyai validitas isi yang baik adalah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya di kuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam kurikulum.

Termasuk dalam validitas isi adalah validitas wajah (face validity) yakni kecocokan di antara tampilan tes dengan responden yang akan menanggapinya.

2. Validitas kriteria

Jenis validitas kriteria ini merupakan validitas yang berdasarkan kriteria yaitu kecocokan di antara prediktor (skor prediktor) dengan kriteria (skor kriteria). Validitas kriteria di tujukan kepada baik atau tidak baiknya prediktor (skor prediktor).

Jika validitas kriteria baik, maka alat ukur prediktor (skor prediktor) dapat di gunakan untuk berbagai keperluan sejenis. Terdapat dua jenis validitas kriteria yaitu validitas konkuren (serentak) yakni kriteria terdapat pada saat yang sama dengan prediktor dan validitas prediktif yakni kriteria terdapat kemudian setelah prediktor.

3. Validitas konstruk

Validitas konstruk hakekatnya adalah sama dengan validitas isi namun di gunakan untuk instrumen yang di maksudkan mengukur variabel-variabel konstruk. Variabel konstruk adalah variabel yang abstrak hasil konstruksi para pakar, misalnya sikap, motivasi, inteligensi, minat dan lain-lain. Validitas ini di gunakan untuk menunjukkan seberapa tepat pengukuran variabel itu terhadap maksud sesungguhnya dari variabel itu.

Bagaimana Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan?

F. Reliabititas Instrumen Penelitian

Reliabilitas adalah terjemahan dari kata reliability yang berasal dari kata rely dan ability. Reliabiltas tes menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan tes tersebut dapat di percaya.

Hal ini di tunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang di peroleh oleh para subjek yang di ukur dengan alat yang sama atau dengan tes yang setara pada kondisi berbeda.

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap sekor atau tingkat kecocokan sekor dengan sekor sesungguhnya . Makin cocok dengan sekor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Menurut Crocker dan Algina reliabilitas adalah derajat kepercayaan di mana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes sama yang di ulangi.

Reliabilitas dapat di hitung pada hasil uji coba dan pada hasil uji sesungguhnya. Fungsi reliabilitas pada konstruksi alat ukur/ tes adalah untuk melakukan perbaikan pada alat ukur yang di konstruksi.

Perbaikan alat ukur di lakukan melalui analisis butir untuk mengetahui butir mana yang perlu di perbaiki. Sedangkan fungsi reliabilitas pada pengukuran/tes sesungguhnya adalah untuk memberi informasi tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya.

Reliabilitas tes yang menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran tidak dapat di tentukan dengan pasti melainkan hanya dapat di estimasi.

Koefesien reliabilitas dapat di lakukan melalui berbagai metode pendekatan yaitu pendekatan tes-ulang (tes-retest), pendekatan paralel (parallel-forms), pendekatan satu kali pengukuran dan reliabilitas antar penilai. Masing-masing metode di kembangkan sesuai dengan sifat dan fungsi tes dengan mempertimbangkan segi kepraktisan.

Koefisien reliabilitas pendekatan ini adalah koefisien korelasi linier di antara sekor ukur dengan sekor ukur ulang. Termasuk di dalam pendekatan tes ulang adalah reliabilitas antar penilai.

Ada beberapa teknik koefisien yang di lakukan dalam mengestimasi reliabilitas melalui pendekatan ini antara lain koefisien pilah paruh (belah dua) Spearman-Brown, koefisien pilah paruh Rulon, Alpha Cronbach dan Kuder-Richardson 20.

Kesimpulan

Instrumen adalah alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data yang terkumpul dengan menggunakan instrumen tertentu akan di deskripsikan dan di lampirkan atau di gunakan untuk menguji hipotesis yang di ajukan dalam suatu penelitian.

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula menggunakan instrumen yang di buat sendiri. Instrumen yang telah tersedia pada umumnya adalah instrumen yang sudah di anggap baku untuk mengumpulkan data variabel-variabel tertentu.

Validitas adalah sejauh mana suatu instrumen melakukan fungsinya atau mengukur apa yang seharusnya di ukur. Artinya sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen dalam melakukan fungsinya.

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat di percaya. Makin cocok dengan skor sesungguhnya makin tinggi reliabilitasnya. Reliabilitas juga merupakan derajat kepercayaan di mana skor penyimpangan individu relatif konsisten terhadap tes sama yang di ulangi.

Daftar Rujukan

  1. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1986.
  2. Cohen, Ronald Jay dan Mark E. Swerdlik, Psychological Testing and Assessment, An Introduction to Test and Measurement. California: Mayfield Publishing Company, 1999.
  3. Crocker, Linda dan James Algina, Introduction to Classical and Modern Test Theory. Florida: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher, 1986.
  4. Cronbach, Lee J. Essentials of Psychological Testing. New York: Harper and Row Publisher, 1970.
  5. Djaali dan Pudji Muljono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PPS UNJ, 2004.
  6. Edward, Allen J. Techniques of Attitude Scale Construction. New York: Appleton Century Crofts Inc., 1957.
  7. Gable, Robert K. Instrument Development in the Affective Domain. Boston: Kluwer-Nighoff Publishing, 1986.
  8. Gronlund, Norman E. How to Make Achievement Tests dan Assessments. Boston: Allyn and Bacon, 1993

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index