Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Penilaian Autentik

HermanAnis.Com – Pada tulisan kali ini kita akan membahas tentang penilaian otentik atau authentic assessment. Pembahasan akan kita awali dengan pengertian penilaian otentik, ruang lingkup, karakteristik, model, langkah-langkah, dan yang terakhir tujuan penilaian otentik.

A. Pengertian Penilaian Otentik

Penilaian otentik adalah salah satu bentuk penilaian hasil belajar peserta didik yang kita dasarkan atas kemampuannya menerapkan ilmu pengetahuan yang di miliki dalam kehidupan yang nyata di sekitarnya. Makna otentik adalah kondisi yang sesungguhnya berkaitan dengan kemampuan peserta didik.

Penilaian otentik atau authentic assessment jarang kita gunakan dalam penilaian sebagai penilaian alternatif. Selain itu, penilaian otentik lebih sering di nyatakan sebagai penilaian berbasis kinerja (performance based assessment).

Sementara itu dalam buku-buku lain (kecuali Wiggins) penilaian otentik kita samakan saja dengan penilaian alternatif (alternative assessment) atau penilaian kinerja (performance assessment).

Sementara Mueller (2006) memperkenalkan istilah lain sebagai padanan nama penilaian otentik, yaitu penilaian langsung (direct assessment).

Nama performance assessment atau performance based assessment kita gunakan karena siswa di minta untuk menampilkan tugas-tugas (tasks) yang bermakna.

Terdapat sejumlah pakar pendidikan yang membedakan penggunaan istilah penilaian otentik dengan penilaian kinerja, seperti misalnya Meyer (1992) dan Marzano (1993). Sementara, Stiggins (1994) dan Mueller (2006) menggunakan kedua istilah itu secara sinonim.

Nama alternative assessment kita gunakan karena merupakan alternatif dari penilaian yang biasa di gunakan (traditional assessment).

Adapun nama direct assessment kita gunakan karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung dari penerapan keterampilan dan pengetahuan.

Apabila seorang siswa dapat mengerjakan dengan baik tes pilihan ganda, maka kita inferensikan secara tidak langsung (indirectly) bahwa siswa tersebut dapat menerapkan pengetahuan yang telah di pelajarinya dalam konteks dunia yang sesungguhnya.

Namun kita akan lebih suka membuat inferensi dari suatu demonstrasi langsung tentang penerapan pengetahuan dan keterampilannya.

Di samping itu, pada penilaian otentik, hasil belajar peserta didik tidak hanya kita fokuskan pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik.

Jika kita bandingkan dengan penilaian tradisonal yang selama ini, penilaian otentik lebih dapat menunjukkan hasil belajar yang komprehensif.

Baca Juga: Perbedaan Assessment of Learning for Learning dan as Learning

B. Pendapat Ahli tentang Penilaian Otentik

Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

Menurut Jon Mueller (2006) penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya kita minta untuk menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.

Pendapat serupa di kemukakan oleh Richard J. Stiggins (1987), bahkan Stiggins menekankan keterampilan dan kompetensi spesifik, untuk menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang sudah di kuasai. Hal itu terungkap dalam cuplikan kalimat berikut ini:

“performance assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and competencies, that is, to apply the skills and knowledge they have mastered” (Stiggins, 1987:34)

Grant Wiggins (1993) menekankan hal yang lebih unik lagi. Beliau menekankan perlunya kinerja di tampilkan secara efektif dan kreatif. Selain itu tugas yang kita berikan dapat berupa pengulangan tugas atau masalah yang analog dengan masalah yang di hadapi orang dewasa (warganegara, konsumen, professional) di bidangnya.

“…Engaging and worthy problems or questions of importance, in which students must use knowledge to fashion performance effectively and creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or professionals in the field” ( Wiggins, 1993:229)

Baca Juga: Bagaimana Langkah-langkah Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan?

C. Alasan Perlunya Penilaian Otentik?

Ketika melakukan penilaian, banyak kegiatan yang akan lebih jelas apabila kita nilai langsung, umpamanya kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan komputer dan keterampilan melaksanakan percobaan.

Begitu pula menilai sikap atau perilaku siswa terhadap sesuatu atau pada saat melakukan sesuatu.

Bagaimana menilai pembelajaran seperti itu? Cara bagaimana kita dapat menilai hasil belajar serupa itu?

Orang-orang biasanya menyebutkan pembelajaran semacam itu pembelajaran berbasis proyek atau project-based learning (Wiggins, 2005:2).

Jadi, penilaian otentik juga kita gunakan untuk menilai hasil belajar berdasarkan penugasan atau proyek.

Asmawi Zainul (2001:7-8) menekankan perlunya penilaian kinerja untuk mengukur aspek lain di luar kognitif, yaitu tujuh kemampuan dasar menurut Howard Gardner yang tidak mungkin kita nilai hanya dengan cara-cara yang biasa.

Ketujuh kemampuan dasar tersebut adalah: (1) visual-spatial, (2) bodily kinesthetic, (3) musical-rhythmical, (4) interpersonal, (5) Intrapersonal, (6) logical mathematical, (7) verbal linguistic.

Baru dua kemampuan yang terakhir yang banyak kita ukur atau di nilai orang, sementara lima kemampuan yang lainnya belum banyak di ungkap.

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa proses penilaian (asesmen) terutama penilaian kinerja menjadi fokus utama penilaian.

Sebagian besar guru kadang tidak tertarik menggunakan penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja.

Pada umumnya mereka berpendapat bahwa melakukan penilaian otentik itu membuang waktu dan energi serta terlalu mahal. Apalagi penilaian otentik perlu kita rancang dengan baik.

Pendapat tersebut tentunya tidak benar. Menilai kinerja dengan tes tertulis tentu tidak valid, karena tidak mengukur apa yang ingin kita nilai. Kinerja perlu dinilai pada saat kegiatannya sedang berlangsung.

Kalau penilaian kinerja kita lakukan terhadap sejumlah siswa dan tidak di rancang dulu atau di lakukan asal-asalan, tentu hasilnya tidak dapat kita pertanggung-jawabkan karena tidak konsisten.

Dengan demikian, kita mungkin berlaku tidak adil terhadap sejumlah siswa dalam menilai kinerja mereka.

D. Keunggulan Penilaian Otentik

Beberapa kelebihan penilaian otentik antara lain peserta didik kita minta untuk:

  1. menunjukkan kemampuan melakukan tugas yang lebih kompleks yang mewakili aplikasi yang lebih bermakna dalam dunia nyata.
  2. menganalisis, mensintesis, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari.
  3. memilih dan mengonstruksi jawaban yang menunjukkan kemampuannya.
  4. membuktikan kemampuannya secara langsung melalui aplikasi dan konstruksi pengetahuan yang di milikinya.

Di lihat dari sifat dan proses pelaksanaannya, penilaian otentik sering kita samakan artinya dengan beberapa istilah dalam penilaian, yaitu penilaian berbasis kinerja, penilaian langsung, dan penilaian alternatif.

Penilaian otentik di sebut juga sebagai penilaian berbasis kinerja karena peserta didik kita minta untuk melakukan tugas-tugas belajar yang bermakna.

Olehnya itu, penilaian otentik kita sebut juga sebagai penilaian langsung karena mampu memberikan bukti secara langsung dan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan.

Selain itu, penilaian otentik kita sebut juga dengan istilah penilaian alternatif karena penilaian otentik merupakan suatu alternatif bagi penilaian tradisional.

Jadi dapat kita katakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang menyeluruh berkaitan dengan kompetensi dalam belajar, baik dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan maupun psikomotor.

Di samping itu, penilaian otentik lebih mengutamakan proses daripada hasil pembelajaran dan lebih menekankan praktek daripada teori yang di terima di kelas, yang kesemuanya kita lakukan sesuai dengan kondisi yang nyata di lapangan.

Prinsip dasar penilaian otentik dalam pembelajaran adalah peserta didik harus dapat mendemonstrasikan atau melakukan apa yang mereka ketahui. Penilaian otentik perlu kita lakukan karena beberapa hal, yaitu penilaian otentik:

  1. merupakan penilaian secara langsung terhadap kemampuan dan kompetensi peserta didik.
  2. memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengkonstruksikan hasil pembelajaran.
  3. mengintegrasikan kegiatan belajar, mengajar, dan penilaian.
  4. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan kemampuannya yang beragam
Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

E. Ruang Lingkup Penilaian Otentik

Penilaian otentik adalah penilaian yang kita lakukan secara menyeluruh berimbang antara kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Authentic Assessment

1. Sasaran penilaian otentik pada aspek pengetahuan

Sasaran penilaian pada aspek pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) adalah kemampuan peserta didik untuk mengingat-ingat kembali (recall) istilah, fakta- fakta, metode, prosedur, proses, prinsip-prinsip, pola, struktur atau susunan.

Contoh beberapa kata kerja operasional (KKO) adalah: mengutip, meniru, mencontoh, membuat label, membuat daftar, menjodohkan, menghafal, menyebutkan.

Selain itu, mengenal, mengingat, menghubungkan, membaca, menulis, mencatat, mentabulasi, mengulang, menggambar, memilih dan memberi kode.

b. Pemahaman (comprehension)

Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang dalam: menafsirkan suatu informasi, menentukan implikasi-implikasi, akibat-akibat maupun pengaruh-pengaruh.

Beberapa kata kerja operasional adalah memperkirakan, mencirikan, merinci, mambahas, menjelaskan, menyatakan, mengenali, menunjukkan, melaporkan, mengulas.

KKO lainnya adalah memilah, menceritakan, menerjemahkan, mengubah, mempertahankan, mempolakan, mengemukakan, menyipulkan, meramalkan, dan merangkum.

c. Penerapan (application)

Penerapan (application) adalah kemampuan menerapkan abstraksi-abstraksi: hukum, aturan, metoda, prosedur, prinsip, teori yang bersifat umum dalam situasi yang khusus.

Beberapa kata kerja operasional adalah menyesuaikan, menentukan, mencegah, memecahkan, menerapkan, mendemonstrasikan, mendramatisasikan, menggunakan. menggambarkan, menafsirkan, menjalankan, menyiapkan, mempraktekkan, menjadwalkan, membuat gambar, mensimulasikan, mengoperasikian, memproduksi, mengkalkulasi, dan menyelesaikan (masalah).

d. Analisis (analysis)

Analisis (analysis) adalah kemampuan menguraikan informasi ke dalam bagian-bagian, unsur-unsur, sehingga jelas: urutan ide-idenya, hubungan dan interaksi di antara bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut.

Beberapa contoh kata kerja operasional adalah menganalisis, menghitung, mengelompokkan, membandingkan, membuat diagram, meneliti, melakukan percobaan. mengkorelasikan, menguji, mengkorelasikan, merasionalkan, menginventarisasikan, menanyakan, mentransfer, menelaah, mendiagnosis, mengaitkan, dan menguji.

e. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk menilai ketepatan: teori, prinsip, metoda, prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.

Beberapa kata operasional yang menunjukkan kemampuan pada tingkat analisis ini antara lain adalah mendebat, menilai, mengkritik, membandingkan, mempertahankan, membuktikan, memprediksi, memperjelas, memutuskan, memproyeksikan, menafsirkan, mempertimbangkan, meramalkan, memilih, dan menyokong.

f. Kreatif

Kreatif adalah kemampuan mengambil informasi yang telah mereka pelajari dan melakukan sesuatu atau membuat sesuatu yang berbeda dengan informasi itu.

Beberapa contoh kata kerja operasional adalah membangun, mengkompilasi, menciptakan, mengabstraksi, mengarang, mengkategorikan, merekonstruksi, memproduksi, memadukan, mereparasi, menanggulangi, menganimasi, mengoreksi. memfasilitasi, menampilkan, menyiapkan, mengatur, merencanakan, meningkatkan, merubah, mendesain, menyusun, memodifikasi, menguraikan, menggabungkan, mengembangkan, menemukan, dan membuat.

2. Sasaran penilaian otentik pada aspek sikap

Sasaran penilaian pada aspek sikap adalah sebagai berikut:

  1. Menerima (receiving) adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
    Beberapa contoh kata kerja operasional adalah memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.
  2. Menanggapi (responding) adalah kemampuan seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya.
    Beberapa contoh kata kerja operasional adalah menjawab, membantu, mengajukan, mengompromikan, menyenangi, menyambut, menampilkan, mendukung, menyetujui, menampilkan, mepalorkan, mengatakan, menolak.
  3. Menilai (valuing) adalah kemampuan seseorang untuk menghargaiatau menilai sesuatu.
    Beberapa contoh kata kerja operasional adalah mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai, mengimani, mengundang, menggabungkan, memperjelas, mengusulkan, menekankan, menyumbang.
  4. Mengelola/mengatur (organization) adalah kemampuan seseorang untuk mengatur atau mengelola perbedaan nilai menjadi nilai baru yang universal.
  5. Beberapa contoh kata kerja operasional adalah mengubah, menata, mengklasifikasi, mengkombinasikan, mempertahankan, membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, mengorganisasi, menegosiasi, merembuk.
  6. Menghayati (characterization) adalah kemampuan seseorang untuk memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya dalam waktu yang cukup lama dan menjadi suatu pilosofi hidup yang mapan.
    Beberapa contoh kata kerja operasional adalah mengubah perilaku, barakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan, mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan, dan memecahkan.

3. Sasaran penilaian otentik pada aspek keterampilan

Sasaran penilaian otentik pada aspek keterampilan sebagai berikut:

  1. Persepsi (perception) mencakup kemampuan mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua atau lebih perangsang menurut ciri-ciri fisiknya. Beberapa contoh kata kerja operasional adalah mengidentifikasi, mempersiapkan, menunjukkan, memilih, membedakan, menyisihkan, dan menghubungkan.
  2. Kesiapan (set) yakni menempatkan diri dalam keadaan akan memulai suatu gerakan. Beberapa kata kerja opersional antara lain menunjukkan, menafsirkan, menerjemahkan, memberi contoh, mengklasifikasikan, merangkum, memetakan menginterpolasikan, mengekstrapolasikan, membandingkan, dan mengkontraskan,
  3. Gerakan terbimbing (guided response) yaitu kemampuan untuk melakukan serangkaian gerak sesuai contoh. Contoh kata kerja operasional antara adalah mendemonstrasikan, melengkapi, menunjukkan, menerapkan, dan mengimplementasikan.
  4. Gerakan terbiasa (mechanical response) berupa kemampuan melakukan gerakan dengan lancar karena latihan cukup. Contoh kata kerja operasional antara lain menguraikan, menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, membuat pola, dan menyusun.
  5. Gerakan kompleks (complex response) mencakup kemampuan melaksanakan keterampilan yang meliputi beberapa komponen dengan lancar, tepat, urut, dan efisien. Contoh kata kerja operasional antara lain membuat hipotesis, merencanakan, mendesain, menghasilkan, mengkonstruksi, menciptakan, dan mengarang.
  6. Penyesuaian pola gerakan (adjusment) yaitu kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerakan sesuai kondisi yang mereka hadapi. Beberapa contoh kata kerja operasional adalah mengubah, mengadaptasikan, mengatur kembali, dan membuat variasi.
  7. Kreativitas (creativity) yang berupa kemampuan untuk menciptakan pola gerakan baru berdasarkan inisiatif dan prakarsa sendiri. Contoh kata kerja operasional adalah merancang, menyusun, menciptakan, mengkombinasikan, dan merencanakan.

F. Karakteristik Penilaian Otentik

Penilaian otentik memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan penilaian tradisional. Beberapa karakteristik tersebut adalah, penilaian otentik,

  1. dapat kita gunakan untuk keperluan penilaian yang bersifat formatif atau sumatif.
  2. tidak di gunakan semata untuk pengetahuan saja tetapi juga menyangkut aspek sikap dan kinerja.
  3. di laksanakan secara berkesinambungan sehingga dapat mengukur perkembangan kemampuan peserta didik.
  4. dapat di jadikan sebagai umpan balik untuk pengembangan kompetensi peserta didik secara komprehensif.

Pada pelaksanaan penilaian otentik dalam pembelajaran peserta didik diminta mendemonstrasikan atau melakukan apa yang mereka ketahui.

Oleh karena itu, penilaian otentik menjadi penting untuk kita akukan oleh karena beberapa hal, yaitu penilaian otentik:

  1. merupakan penilaian secara langsung terhadap kemampuan dan kompetensi peserta didik.
  2. memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengkonstruksikan hasil pembelajaran.
  3. mengintegrasikan kegiatan belajar, mengajar, dan penilaian.
  4. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan kemampuannya yang beragam

Seperti apakah bentuk penilaian otentik?

Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan suatu tugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau rubrik (rubrics) yang akan kita gunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.

G. Tugas (Tasks) dan Kriteria Penilaian atau Rubrik (Rubrics)

1. Tugas Otentik

Bentuk tugas otentik atau authentic tasks: is an assignment given to students designed to assess their ability to apply standard-driven knowledge and skills to real-world challenges.

Dengan kata lain, suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau menampilkannya di anggap otentik apabila:

  • siswa di minta untuk mengkonstruk respons mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia;
  • tugas merupakan tantangan yang mirip (serupa) yang kita hadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.

Mungkin saja ada definisi yang lain.

Baron’s (Marzano, 1993) mengemukakan lima kriteria task untuk penilaian otentik, yaitu tugas tersebut,

  1. bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru;
  2. di susun bersama atau melibatkan siswa;
  3. menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut;
  4. meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas;
  5. mengharuskan siswa untuk bekerja atau melakukan.

Anonymous (2005) mengemukakan dua hal yang perlu kita pilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian otentik, yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Terdapat lima dimensi yang perlu kita pertimbangkan pada saat menyiapkan task yang otentik pada pembelajaran sains.

  1. length atau lama waktu pengerjaan tugas.
  2. jumlah tugas terstruktur yang perlu dilalui siswa.
  3. partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya.
  4. fokus evaluasi: pada produk atau pada proses.
  5. keragaman cara-cara komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.

2. Tipe Tugas Otentik

Tugas-tugas penilaian kinerja dapat kita wujudkan dalam berbagai bentuk.

  1. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata;
  2. tes pilihan ganda di perluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban yang mereka pilih;
  3. extended response atau open ended question juga dapat di gunakan;
  4. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance assessment (tugas perorangan);
  5. interviu berupa pertanyaan lisan dari asesor;
  6. observasi partisipatif;
  7. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
  8. projek, expo atau demonstrasi;
  9. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.

3. Kriteria Penilaian (Rubrics)

Sebagaimana telah kita ungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan di uraikan tentang “rubrics”.

Rubrics merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau tugas (Andrade dalam Zainul, 2001:19). Selanjutnya menurut American Association for the Advancement of Science: rubrics is a scoring guide that differenciates, on an articulated scale, among a group of simple behaviour, or evidences of thought that are responding to the same prompt (tersedia: http://stone.web.brevard.k12.fl.us/html/comprubric.html).

Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: dimensi (i), definisi dan contoh (ii), skala (iii), dan standar (iv).

Dimensi akan kita jadikan dasar menilai kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala ditetapkan karena akan di gunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar di tentukan untuk setiap kategori kinerja.

Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah kita susun sebaik-baiknya, tetapi harus kita sadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah di susun itu sempurna atau satu-satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu.

Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat kita gunakan sebagai patokan untuk menilai suatu rubrik (Zainul, 2001:29-30).

  1. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang kita nilai?
  2. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimensi kinerja yang kita nilai?
  3. Apakah kriteria yang kita pilih sudah menggunakan standar yang secara umum berlaku dalam bidang kinerja yang di nilai?
  4. Sejauh mana dimensi & skala yang kita gunakan terdefinisi dengan baik?
  5. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang kita gunakan itu memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
  6. Seberapa jauh selisih skor yang di hasilkan oleh rater yang berbeda?
  7. Apakah rubrik yang kita gunakan di pahami oleh siswa? Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias? atau Apakah rubrik mudah kita gunakan, cukup praktis dan mudah kita administrasikannya?

4. Deskriptor dan Level Kinerja

Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum kita gunakan dalam penilaian otentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan.

Contohnya seperti rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor di gunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang di nilai.

Selain itu descriptor juga membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan penilaian otentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.

H. Model Penilaian Otentik

Model penilaian yang dapat kita kembangkan untuk kegiatan penilaian otentik antara lain penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, penilaian diri, penilaian antar teman, jurnal, penilaian tertulis, eksperimen atau demonstrasi, pertanyaan terbuka, pengamatan, menceriakan kembali teks, dan menulis sampel teks.

1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja sering kita sebut sebagai penilaian unjuk kerja (performance assessment). Bentuk penilaian otentik ini di gunakan untuk mengukur status kemampuan belajar peserta didik berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas.

Pada penilaian kinerja peserta didik kita minta untuk mendemonstrasikan tugas belajar tertentu dengan maksud agar peerta didik mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka milikinya.

Instrumen yang dapat kita gunakan untuk merekam hasil belajar pada penilaian kinerja ini antara lain: daftar cek (check list), catatan anekdot/narasi, skala penilaian (rating scale).

2. Penilaian Proyek

Penilaian proyek (project assessment) adalah bentuk penilaian yang di ujikan dalam bentuk pemberian tugas kepada peserta didik secara berkelompok.

Selain itu, penilaian ini di fokuskan pada penilaian terhadap tugas belajar yang harus di selesaikan oleh peserta didik dalam periode/waktu tertentu.

Penilaian proyek dapat juga di katakan sebagai penilaian berbentuk penugasan yang bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik menghasilkan karya tertentu yang di lakukan secara berkelompok.

Dengan menggunakan penilaian proyek pendidik dapat memperoleh informasi berkaitan dengan kemampuan peserta didik dalam hal pengetahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis informasi atau data, sampai dengan pemaknaan atau penyimpulan.

3. Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio merupakan salah satu penilaian otentik yang di kenakan pada sekumpulan karya peserta didik yang di ambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.

Karya-karya ini berkaitan dengan mata pelajaran dan di susun secara sistematis dan terogansir. Proses penilaian portofolio di lakukan secara bersama antara antara peserta didik dan guru.

Hal ini di maksudkan untuk menentukan fakta-fakta peserta didik dan proses bagaimana fakta-fakta tersebut di peroleh sebagai salah satu bukti bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar dan indikator hasil belajar sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Untuk melakukan penilaian portofolio secara tepat perlu memperhatikan hal-hal seperti berikutini, yaitu: kesesuaian, saling percaya antara pendidik dan peserta didik, kerahasiaan bersama antara pendidik dan peserta didik, kepuasan, milik bersama antara pendidik guru dan peserta didik, penilaian proses dan hasil.

4. Jurnal

Jurnal belajar merupakan rekaman tertulis tentang apa yang di lakukan peserta didik berkaitan dengan apa-apa yang telah di pelajari. Sehingga jurnal belajar ini dapat di gunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang di pelajari.

Misalnya, perasaan peserta didik terhadap suatu pelajaran, kesulitan yang di alami, atau keberhasilan di dalam memecahkan masalah atau topik tertentu atau berbagai macam catatan dan komentar yang di buat peserta didik.

Jurnal merupakan tulisan yang di buat peserta didik untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah di pelajari atau di peroleh dalam proses pembelajaran.

Jadi, jurnal dapat juga di artikan sebagai catatan pribadi peserta didik tentang materi yang di sampaikan oleh guru di kelas maupun kondisi proses pembelajaran di kelas.

5. Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis mensuplai jawaban isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek dan uraian. Selain itu, penilaian tertulis yang termasuk dalam model penilaian otentik adalah penilaian yang berbentuk uraian atau esai yang menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan. menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan sebagainya atas materi yang telah di pelajari.

Sehingga, penilaian ini sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu di pertimbangkan hal-hal seperti kesesuaian soal dengan indikator pada kurikulum, konstruksi soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas, dan bahasa yang di gunakan tidak menimbulkan penafsiran ganda.

6. Penilaian Diri

Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik di minta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang di perolehnya dalam pelajaran tertentu.

Dalam proses penilaian diri, bukan berarti tugas pendidik untuk menilai di limpahkan kepada peserta didik semata dan terbebas dari kegiatan melakukan penilaian.

Dengan penilaian diri, di harapkan dapat melengkapi dan menambah penilaian yang telah di lakukan pendidik. Untuk melaksanakan penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu memperhatikan hal-hal seperti:

  • menentukan terlebih dahulu kompetensi atau aspek apa yang akan di nilai;
  • langkah berikutnya menentukan criteria penilaian yang akan di gunakan;
  • merancang format penilaian yang akan di gunakan seperti pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian;
  • peserta didik di minta untuk melakukan penilaian diri;
  • pendidik mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif;
  • dan pendidik menyampaikan umpan balik kepada peserta didik yang di dasarkan pada hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang di ambil secara acak.

7. Penilaian Antarteman

Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peseta didik untuk saling menilai temannya terkait dengan pencapain kompetensi, sikap, dan perilaku keseharian peserta didik.

Sehingga, penilaian ini dapat di lakukan secara berkelompok untuk mendapatkan informasi sekitar kompetensi peserta didik dalam kelompok. Informasi ini dapat di jadikan sebagai bahan menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

8. Pertanyaan Terbuka

Penilaian otentik juga di lakukan dengan cara meminta peserta didik membaca materi pelajaran, kemudian merespon pertanyaan terbuka.

Sehingga, penilaian ini lebih di fokuskan terhadap bagaimana peserta didik mengaplikasikan informasi daripada seberapa banyak peserta didik memanggil kembali apa yang telah di ajarkan.

Pertanyaan terbuka tesebut harus di batasi supaya jawabannya tidak terlalu luas dan bermakna sesuai dengan tujuannya.

9. Menceritakan Kembali Teks atau Cerita

Menceritakan kembali teks atau cerita merupakan model penilaian otentik yang meminta peserta didik membaca atau mendengarkan suatu teks kemudian menceritakan kembali ide pokok atau bagian yang di pilihnya.

Penilaian model ini di maksudkan untuk mengetahui keampuan peserta didik dalam mengungkapkan kembali apa yang sudah di baca tidak sebatas pada apa yang di dengar.

Menulis sampel teks adalah bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk menulis teks narasi, ekspositori, persuasi, atau kombinasi berbeda dari teks-teks tersebut.

Penggunaan model penilaian ini di sarankan menggunakan rubrik yang dapat menilai secara analitis dan menyeluruh dalam ranah penulisan, seperti kosakata, komposisi, gaya bahasa, konstruksi kalimat, dan proses penulisan.

11. Ekperimen atau Demonstrasi

Pada penilaian melalui eksperimen atau demonstrasi peserta didik di minta melakukan eksperimen dengan bahan sebenarnya atau mengilustrasikan bagaimana sesuatu bekerja.

Peserta didik dapat di nilai dengan menggunakan rubrik berdasarkan semua aspek yang di lakukan sesuai dengan karakteristik materi yang di eksprimenkan.

12. Pengamatan

Pada penilaian dengan pengamatan pendidik mengamati perhatian peserta didik dalam mengerjakan tugas, responnya terhadap berbagai jenis tugas, atau interaksi dengan peserta didik lain ketika sedang bekerja kelompok.

Pengamatan dapat di lakukan dalam pembelajaran secara spontan maupun dengan perencanaan sebelumnya.

I. Bagaimana menyiapkan Penilaian Otentik?

Sebagaimana di ungkapkan sebelumnya bahwa dalam penilaian otentik peserta didik diminta menampilkan sejumlah tugas dalam dunia sesungguhnya yang memperlihatkan aplikasi keterampilan dan pengetahuan yang esensial.

Dengan demikian sebenarnya kita beruntung karena kita tidak usah mengembangkan suatu penilaian otentik yang baru. Kita dapat enggunakan tugas-tugas otentik di kelas kita sendiri.

Gambar  Diagram Alur Menyiapkan Penilaian Otentik
Gambar Diagram Alur Menyiapkan Penilaian Otentik
Sumber: Nuryani, Y Rustaman.

Mungkin juga kita sudah siap dengan sejumlah standar tertulis, yang pertama-tama dan langkah-langkah penting dalam prosedurnya. Dalam suatu tugas kita perlu menyatakan kriteria terlebih dahulu untuk menilai kinerja peserta didik berkenaan dengan tugas tersebut.

Dengan kata lain kita mengembangkan sebuah rubrik untuk tugas tersebut.

J. Langkah-Langkah Penyusunan Penilaian Otentik

Menurut Rustaman, Y Nuryani, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menghasilkan dapat melaksanakan penilaian otentik secara tepat dan benar perlu di perhatikan beberapa langkah seperti berikut.

1. Langkah 1. Identifikasi dan Penentuan Standar yang akan di capai.

Tentukan kriteria keberhasilan belajar yang harus di kuasai oleh peserta didik secara jelas dan terukur. Seperti tujuan umum, standar merupakan pernyataan yang harus di ketahui dan dapat di lakukan peserta didik, namun ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai dari pada tujuan umum.

Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu dilakukan peserta didik pada poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat diobservasi dan dapat diukur.

Contoh: peserta didik mampu menghitung kecepatan rata-rata pada selang waktu tertentu dengan benar; menjelaskan prinsip kerja pompa hidrolik dengan benar; menjelaskan proses fotosintesis dengan lengkap;

Jadi, standar harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.

Langkah 2. Penentuan Tugas Otentik

Tentukan tugas-tugas belajar yang harus di kerjakan oleh peserta didik dengan memperhatikan keterkaitan antara kompetensi belajar dan dunia nyata.

Dalam memilih tugas otentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita buat, dan mengkaji secara kontekstual tugas otentik tersebut (sesuai kenyataan sesungguhnya).

Misalnya daripada meminta peserta didik menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas untuk memecahkan masalah terkait dengan topik pecahan seperti pembagian kue untuk suatu keluarga yang berjumlah sekian orang agar setiap anggota keluarga mempunyai bagian yang sama.

3. Langkah 3. Pembuatan Kriteria Tugas Otentik.

Kriteria dalam penilaian otentik di gunakan untuk menilai seberapa baik peserta didik menyelesaikan tugas dan seberapa baik mereka telah memenuhi standar.

Kemampuan peserta didik pada suatu tugas di tentukan dengan mencocokkan kinerja peserta didik terhadap seperangkat kriteria untuk menentukan sejauh mana kinerja peserta didik memenuhi kriteria untuk tugas tersebut.

Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.

a. Contoh-contoh kriteria

Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop):

  • Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
  • Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;
  • Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas lubang dengan obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di atasnya;
  • Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa okuler sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
  • Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop;
  • Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif
    sehingga lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang diamati;
  • Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui lensa okuler;
  • Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang ditemukan).

Contoh sejumlah indikator tidak dalam ururtan (dalam matematika):

  • ketepatan kalkulasi;
  • ketepatan pengukuran pada model skala;
  • label-label pada model skala;
  • organisasi kalkulus;
  • kerapihan menggambar;
  • kejelasan keterangan/eksplanasi.

b. Karakteristik suatu kriteria yang baik

Kriteria yang baik antara lain adalah sebagai berikut.

  1. dinyatakan dengan jelas, singkat;
  2. pernyataan tingkah laku, dapat diamati;
  3. ditulis dalam bahasa yang dipahami peserta didik.

c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.

  1. batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas (antara 3-4, di bawah 10);
  2. tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
  3. Kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.

Contoh tes singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan.

Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas laboratorium yang baik
Tugas 2: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik.

4. Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)

a. Menyiapkan suatu rubrik analitis

Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi.

b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic

Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah di buat sebaiknya kita meminta kepada rekan kerja sesama guru untuk mereviunya, atau meminta peserta didik mengenai kejelasannya.

Masukan dari mereka dapat di gunakan untuk memperbaiki standar yang telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut dapat di kelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja peserta didik ketika sedang melakukannya.

c. Pembuatan Rubrik.

Rubrik di gunakan sebagai patokan untuk menentukan tingkat pencapaian peserta didik. Rubrik biasanya di buat dengan berisi kriteria penting dan tingkat capaian kriteria yang bertujuan untuk mengukur kinerja peserta didik.

Kriteria di rumuskan dengan kata-kata tertentu yang menunjukkan apa yang harus di capai peserta didik. Tingkat capaian kinerja di tunjukkan dalam bentuk angka-angka, besarkecilnya angka tersebut bermakna tinggi rendahnya capaian hasil belajar peserta didik.

d. Pengolahan Skor Penilaian Otentik.

Hasil belajar peserta didik pada penilaian otentik berujud sekor. Sekor ini merupakanjumlah jawaban benar peserta didik yang merupakan hasil koreksi dari pendidik terhadap pekerjaan peserta didik.

Proses penyekoran dapat di lakukan secara langsung, namun demikian akan lebih baik jika proses penilaian menggunakan rubrik.

Skor hasil belajar otentik ini selanjutya di analisis dan di olah menjadi nilai. Nilai ini menunjukkan bentuk kualitatif capaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.

K. Tujuan Penilaian Otentik

Penerapan penilaian otentik merupakan salah satu bentuk penilaian aternatif yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

Dalam rangka menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang kondusif untuk menumbuhkan keaktifan dan kreativitas peserta didik maka penilaian otentik adalah sangat tepat oleh pendidik.

Tujuan asesmen otentik atau penilaian otentik adalah:

  1. Melihat seberapa jauh tingkat kemampuan dan keterampilan peserta didik melaksanakan tugas-tugas tertentu.
  2. Menentukan berbagai macam kebutuhan yang di perlukan dalam pembelajaran.
  3. Menciptakan situasi belajar yang kondusif untuk menumbuhkan dan mendorong semagat belajar peserta didik.
  4. Membantu pendidik untuk membawa peserta didik dapat lebih baik dan untuk menentukan strategi pembelajaran.
  5. Menunjang prinsip akuntabilitas sekolah sebagai lembaga pedidikan.
  6. Mendorong peningkatan kualitas pendidikan

L. Kesimpulan

Penilaian otentik memiliki beberapa nama lain, seperti penilaian berbasis kinerja, penilaian kinerja, penilaian langsung, penilaian alternatif. Semua nama tersebut menunjukkan satu hal, yaitu pelengkap terhadap penilaian tradisional.

Dalam hubungannya dengan kurikulum, dasar pandangan yang di gunakan dalam penilaian otentik berbeda dengan penilaian tradisional.

Penilaian otentik lebih menekankan pada performansi yang di tuntut dalam dunia kerja atau kenyataan sesungguhnya yang kita tentukan terlebih dahulu, baru kurikulumnya, sementara penilaian tradisional menekankan pengetahuan apa yang mereka butuhkan dalam konten kurikulum.

Penilaian otentik tidak sulit atau menyita waktu, karena terintegrasi dengan pembelajaran. Sehingga penilaian otentik berpihak pada peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruk responsnya, mengekspresikan pendapatnya, serta bukan hanya sekedar memilih.

Sumber Rujukan:

Demikian,
semoga bermanfaat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close