HermanAnis.com. Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar adalah istilah kunci yang paling vital dalam kehidupan manusia, khususnya dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar tak pernah ada pendidikan.
Selamat membaca, semoga ada manfaat!
Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat perhatian yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan pendidikan, khususnya bidang psikologi pendidikan.
Baca Juga: Teori Kecerdasan majemuk Gardner
A. Pendahuluan Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Begitu pentingnya pendidikan maka psikologi pendidikan berusaha untuk mengkaji bagaimana tercapainya pemahaman yang lebih luas dan mendalam mengenai perubahan manusia dan bagaimana proses belajar terjadi. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
Dengan kemampuan berubah ini, manusia bebas berekspolarisasi, memilih dan menetapkan keputusan-keputusan penting dalam hidupnya. Terdapat banyak bentuk-bentuk perubahan yang terjadi dalam diri manusia yang di tentukan oleh kemampuan dan kemauan belajarnya. Sehingga, peradaban manusia itupun tergantung dari bagaimana manusia itu belajar.
Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan sekelompok umat manusia di tengah persaingan yang semakin ketat dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu maju karena belajar. Akibat persaingan itupun, kenyataan tragis juga dapat terjadi karena faktor belajar.
Contohnya begitu banyak kejadian di mana orang pintarlah yang paling banyak mempraktekkan kepintarannya untuk menghancurkan kehidupan orang lain. Kemajuan hasil belajar bidang pengetahuan dan teknologi tinggi di gunakan untuk membuat senjata pemusnah sesama manusia. Jadi, belajar di samping membawa manfaat namun dapat juga menjadi mudarat.
Baca Juga: Perkembangan Intelektual Peserta Didik
B. Apa itu teori belajar Vygotsky?
Teori belajar Vygotsky adalah teori psikologi yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky, seorang psikolog dan filsuf Rusia. Teori ini menekankan pentingnya lingkungan sosial dan budaya dalam membentuk perkembangan kognitif dan belajar seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa individu belajar melalui interaksi sosial dan budaya, serta melalui proses internalisasi pengetahuan dari lingkungan dan interaksi sosial tersebut.
Teori belajar Vygotsky juga memperkenalkan konsep “zona pembangunan proksimal” (ZPD), yang mengacu pada tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dapat dicapai seseorang dengan bantuan orang lain yang lebih ahli atau berpengalaman. Dalam ZPD, individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui proses kolaboratif dengan orang lain.
Selain itu, Vygotsky juga memperkenalkan konsep “scaffolding” atau pendampingan dalam pembelajaran, di mana pendidik memberikan bantuan yang tepat dan dibutuhkan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Teori belajar Vygotsky memiliki implikasi penting dalam pendidikan, termasuk pembelajaran kolaboratif, penggunaan pendampingan dalam pembelajaran, dan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya dalam proses pembelajaran.
1. Teori Vygotsky lebih mengutamakan pada proses apa?
Teori Vygotsky lebih mengutamakan pada proses internalisasi pengetahuan melalui interaksi sosial dan budaya dalam membentuk perkembangan kognitif dan belajar seseorang. Vygotsky berpendapat bahwa lingkungan sosial dan budaya sangat berpengaruh dalam proses belajar dan perkembangan kognitif seseorang, dan individu belajar melalui interaksi dengan orang lain dalam lingkungan tersebut.
Selain itu, Vygotsky juga menekankan pentingnya konsep “zona pembangunan proksimal” (ZPD) dalam proses belajar, yaitu area di mana seseorang dapat belajar hal-hal baru dengan bantuan orang lain yang lebih ahli atau berpengalaman. Dalam ZPD, individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui proses kolaboratif dengan orang lain.
Oleh karena itu, teori Vygotsky mengutamakan proses internalisasi pengetahuan melalui interaksi sosial dan budaya, serta mengakui pentingnya peran lingkungan sosial dan budaya dalam membentuk perkembangan kognitif dan belajar seseorang.
2. Penerapan teori Vygotsky dalam dunia pendidikan
Penerapan teori Vygotsky dalam dunia pendidikan meliputi beberapa aspek, di antaranya:
- Pembelajaran kolaboratif: Teori Vygotsky menekankan bahwa individu belajar melalui interaksi sosial dengan orang lain, sehingga pembelajaran kolaboratif sangat cocok diterapkan dalam pendidikan. Dalam pembelajaran kolaboratif, siswa belajar secara bersama-sama dan saling membantu dalam memecahkan masalah atau mencapai tujuan pembelajaran.
- Penggunaan scaffolding: Konsep “scaffolding” atau pendampingan dalam pembelajaran juga diperkenalkan oleh Vygotsky. Pendidik dapat memberikan bantuan yang tepat dan dibutuhkan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan secara bertahap mengurangi bantuan tersebut seiring dengan peningkatan kemampuan siswa.
- Zona Pembangunan Proksimal: Konsep “zona pembangunan proksimal” (ZPD) juga dapat diterapkan dalam pendidikan. Guru dapat menentukan tingkat kemampuan siswa dan memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat ZPD siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui proses kolaboratif dengan guru dan teman sekelas.
- Konteks sosial dan budaya: Teori Vygotsky mengakui pentingnya konteks sosial dan budaya dalam proses pembelajaran dan perkembangan kognitif seseorang. Oleh karena itu, dalam pendidikan perlu memperhatikan faktor-faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi pembelajaran siswa, seperti latar belakang budaya, bahasa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Dengan menerapkan konsep-konsep teori Vygotsky dalam pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih efektif.
C. Penerapan teori Vygotsky dalam pembelajaran
Penerapan teori Vygotsky dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya:
- Pembelajaran Kolaboratif: Teori Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam proses belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran kolaboratif, siswa bekerja sama dalam mengatasi tugas-tugas pembelajaran. Dalam pembelajaran kolaboratif, guru dapat mempromosikan komunikasi dan kerja sama antara siswa, serta mendorong mereka untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
- Penggunaan Scaffolding: Konsep “scaffolding” atau pendampingan dalam pembelajaran juga diperkenalkan oleh Vygotsky. Guru dapat memberikan bantuan yang tepat dan dibutuhkan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan secara bertahap mengurangi bantuan tersebut seiring dengan peningkatan kemampuan siswa.
- Pemanfaatan Zona Pembangunan Proksimal: Zona Pembangunan Proksimal (ZPD) adalah konsep penting dalam teori Vygotsky. Guru dapat menentukan tingkat kemampuan siswa dan memberikan tantangan yang sesuai dengan tingkat ZPD siswa, sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui proses kolaboratif dengan guru dan teman sekelas.
- Pengembangan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi: Teori Vygotsky juga menekankan pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam proses belajar. Guru dapat membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan sintetis melalui berbagai strategi pembelajaran, seperti tanya jawab, diskusi kelompok, dan penyelesaian masalah.
- Konteks Sosial dan Budaya: Teori Vygotsky mengakui pentingnya konteks sosial dan budaya dalam proses pembelajaran dan perkembangan kognitif seseorang. Oleh karena itu, dalam pendidikan perlu memperhatikan faktor-faktor sosial dan budaya yang mempengaruhi pembelajaran siswa, seperti latar belakang budaya, bahasa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Dengan menerapkan konsep-konsep teori Vygotsky dalam pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih efektif.
D. Bagaimana Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Kognisi dapat di artikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas (daya cipta), kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Seperti halnya komputer, otak manusia juga menerima informasi, memprosesnya kemudian memberi jawaban. Proses jalannya informasi tersebut pada manusia di sebut kognisi.
Kualitas perkembangan kognitif, di usahakan pendidikan dan latihan yang lebih di tujukan pada latihan meneliti dan menemukan, yang memerlukan berfungsinya kedua belahan otak. Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori ini, ilmu pengetahuan di bangun dalam diri seorang individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan, dan menyeluruh.
1. Pengolahan Informasi dan Proses Eksekutif Metakognisi
Para ahli psikologi melakukan pengolahan informasi untuk memahami bagaimana anak menafsirkan, menyimpan, mendapatkan kembali dan mengevaluasi informasi. Metakognitif adalah pengetahuan seorang anak mengenal dan mengendalikan fungsi kognitif mereka sendiri. Salah satu enis metakognitif adalah metamemori.
Proses eksekutif atau fungsi metakognitif dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky sebagai berikut.
- Formulasi masalah dan kemungkinan pemecahannya.
- Kesadaran akan proses kognitif yang di perlukan untuk pemecahan masalah.
- Aktivitas kaidah dan strategi kognitif.
- Fleksibilitas yang meningkat.
- Kontrol atas di straksi dan ansietasi.
- Pemonitoran atas proses pemecahan masalah.
- Kesetiaaan dalam pemikiran.
- Keinginan untuk pemecahan yang bagus.
2. Pandangan dan Prinsip Dasar Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus di mengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya. Melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang di latari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Vygotsky mengemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Menurut teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat di sebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme. Proses mengkonstruksi pengetahuan baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Konsep-konsep penting dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky yang sesuai dengan teori revolusi-sosiokultural adalah hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan proksimal (zone of proksimal development), dan mediasi.
Seorang guru yang berorientasi pada teori kognitif berkeinginan untuk mengubah pemahaman siswanya, lebih jelasnya sebagaimana tercantum pada tabel berikut ini. Proses Kognitif dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
1 Dorongan/motivasi belajar-anak secara aktif mencari pengetahuan
2 Anak Terlatih dengan bakat, minat dan prestasi tertentu
3 Peran guru-sebagai fasilitator agar pertimbangan prestasi anak optimal
4 Hasil belajar-struktur pengetahuan, cara berpikir, cara belajar
Implikasi dari teori kognitif di sekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat di pindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa. Namun secara aktif di bangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.
3. Membangun Pengetahuan Pada Anak Sekolah Dasar
Berdasarkan uraian pada teori di atas, maka dalam membangun pengetahuan pada anak, khususnya anak usia sekolah dasar. Guru terlebih dahulu harus memahami inti dari setiap pengetahuan yang akan di bangun pada anak. Karena pengetahuan di dapat dari interaksi terhadap lingkungan sekitar.
Dalam membangun pengetahuan pada anak, guru juga harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif anak yang sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam berpikir. Guru harus memiliki keterampilan dalam membangun pengetahuan sesuai dengan kemampuan berpikir anak. Perubahan merupakan proses bukan hasil.
Oleh karena itu dalam membangun pengetahuan pada anak untuk memahami proses sangatlah sulit, karena di perlukan lingkungan yang dapat merangsang perkembangan kemampuan berpikir anak.
Misalnya, jika anak melihat seekor kucing berlari ke belakang pohon, di harapkan bahwa anak tidak berpikir kucing itu hilang begitu saja. Akan tetapi di harapkan anak mampu menjelaskan posisi kucing itu sekarang. Artinya anak juga mampu membuat perbedaan antara tidak ada dengan tersembunyi.
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan.
Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang di perlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa.
Sehingga bermain juga bisa di jadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
4. Peran Guru dalam Membangun Pengetahuan pada Anak didik
Pada usia anak di Sekolah Dasar, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri kelak, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu, seorang anak akan menghadapi berbagai tugas perkembangan.
Seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya, membentuk konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial sesuai gender-nya serta mengembangkan hati nurani, akhlak dan tata nilai pengertian. Pada masa itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orang tua, tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan juga teman-teman.
Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga memegang peran kritis, tidak seperti ketika berusia balita. Di mana pengalaman belajar tersebut di lakukan hanya dengan bantuan orang tua dan orang di sekitar lingkungan terdekatnya.
Salah satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru.
Belajar dan bermain bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan sosialnya. Kegiatan bermain dan belajar mereka akan mengembangkan otot dan melatih gerakan motorik mereka di dalam penyaluran energi yang berlebih.
Dengan adaanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Khusus mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak di sekolah harus pula dirubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang hanya mengatur dan menjalankan kurikulum.
Peran guru sebagai teman, model, motivator, dan fasilitator akan menjadikan anak senang datang ke sekolah dan akan menjadikan setiap proses belajar menjadi bermakna. Inilah yang akan selalu di tuntut oleh masyarakat diera pengetahuan di mana guru menjadi seorang profesional.
Ia juga akan di tuntut kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara intelektual maupun pada kondisi yang prima.
5. Metode yang digunakan pada Pengembangan Kognitif
Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Setiap guru Sekolah Dasar menggunakan metode sesuai dengan tujuan yang akan di capai. Demikian pula halnya dengan pembelajaran sains.
Harus dipilih metode yang sesuai, sehingga materi untuk pembelajaran sains yang di ajarkan guru mudah di mengerti oleh siswa. Akan tetapi, sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak selamanya metode berfungsi secara optimal.
Oleh karena itu dalam memilih metode, guru sekolah dasar perlu memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan karakteristik tujuan dan karakteristik anak yang di binanya. Sesuai dengan karakteristik, tidak semua metode mengajar cocok di gunakan pada program kegiatan anak sekolah dasar.
Khususnya untuk mata pelajaran sains, seperti metode ceramah, kurang cocok karena menuntut anak memusatkan perhatian dalam waktu cukup lama, padahal rentang waktu perhatian anak relatif singkat. Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar di tinjau dari pendekatan Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky adalah: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan bermain peran.
E. Pemberian Tugas dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada siswa dalam waktu yang telah di tentukan dan siswa mempertanggungjawabkan tugas yang di bebankan kepadanya. Jenis tugas yang sering di gunakan dalam proses pembelajaran adalah tugas latihan. Davies mengemukakan bahwa
”Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya”.
Tugas latihan di berikan pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan waktu. Ditinjau dari Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky, maka pemberian tugas yang cocok adalah pemberian tugas kelompok.
Di mana siswa belajar bersosialisasi dengan teman sekelompok, mau berbagi ilmu yang di ketahui kepada teman lain, mau bertanya jika belum mengerti. Dan kemudian belajar untuk bekerjasama tanpa terus berharap pada kemampuan orang lain atau sebaliknya, terlalu percaya pada kemampuan diri sendiri, sehingga tidak menghargai orang lain.
Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh siswa sebaiknya dapat di pantau, sehingga dapat di ketahui bahwa tugas tersebut betul-betul di kerjakan oleh siswa sendiri. Pemeriksaan tugas di lakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas berikutnya. Jika tugas anak tidak di periksa sebagaimana mestinya anak akan kecewa dan akhirnya tidak akan menghiraukan tugas berikutnya.
F. Demostrasi dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Metode demonstrasi adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan di sertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses tertentu yang kemudian di ikuti atau di coba oleh siswa untuk melakukannya. Dalam demonstrasi, guru atau siswa melakukan suatu proses yang desertai penjelasan lisan.
Dalam proses pembelajaran sains di sekolah dasar, terkait dengan teori belajar kognitif kegiatan demonstrasi dapat di lakukan dengan mendemonstrasikan proses perubahan wujud zat secara fisika dan kimia. Misalnya secara kimia dengan membakar kertas, guru dapat menunjukkan bahwa dengan perubahan wujud secara kimia, benda tidak dapat kembali ke bentuk semula.
Sedangkan proses perubahan fisika dapat di tunjukkan dengan menggunakan es batu, yang nantinya dapat berubah wujud menjadi es, dan jika di dinginkan lagi dapat berubah kembali menjadi es.
G. Tanya jawab dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Metode tanya jawab adalah suatu cara menuajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh siswa atau sebaliknya, baik secara lisan ataupun tertulis. Setiap pertanyaan yang di ajukan guru untuk memotivasi aktvitas dan kreativitas siswa serta untuk menemukan sendiri informasi pengetahuan baru sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang ingn di capai.
Dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar, seorang guru harus mengajukan pertanyaan yang merangsang siswa untuk berpikir. jelas dan tidak menimbulkan banyak tafsiran, singkat dan mudah di pahami oleh siswa, serta di sesuaikan dengan kemampuan berpikir siswa.
Dalam kaitannya dengan teori belajar menurut Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky, maka proses tanya jawab yang terjadi hendaknya, melibatkan aktivitas siswa dengan lingkungannya. Misalnya cara perpindahan panas dengan konduksi, konveksi dan radiasi. Guru mungkin dapat mengajukan pertanyaan: Apakah sinar matahari sampai ke bumi memerlukan zat perantara?
H. Karyawisata
Metode karyawisata adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan membawa para siswa langsung kepada objek tertentu untuk di pelajari, yang terdapat di luar kelas, dengan bimbingan guru.
Dalam pembelajaran sains di SD, sehubungan dengan teori belajar menurut Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky, metode karyawisata jelas sangat sesuai, karena dengan karyawisata siswa belajar berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Guru dapat membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa untuk membedakan antara individu, populasi, lingkungan, dan komunitas.
I. Bermain Peran dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Salah satu metode yang dapat di kembangkan dalam pembelajaran sains di sekolah dasar, sesuai dengan Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky adalah bermain peran. Menurut arti katanya, simulasi berarti tiruan atau suatu perbuatan yang bersifat pura-pura saja.
Dalam proses pembelajaran, simulasi dapat di artikan sebagai cara penyajan materi pelajaran dengan menggunakan situasi tiruan. Situasi tiruan di gunakan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya agar di peroleh pemahaman tentang suatu konsep, prinsip, pengetahuan, atau keterampilan tertentu.
Sebagai contoh dalam pembelajaran sains di SD, yaitu pada materi alat pernapasan pada hewan. Setiap siswa dapat berpura-pura untuk menjadi hewan yang biasa ada di lingkungan kehidupannya sehari-hari, kemudian menjelaskan alat-alat pernapasan dalam bentuk bermain peran di dalam kelas.
Ada yang menjadi burung, ikan, serangga, cacing, ataupun binatang lainnya. Dengan demikian siswa akan lebih mudah mengingat alat-alat pernapasan pada hewan, di bandingkan jika siswa harus menghafalnya.
J. Media dalam sistem pembelajaran
Sebelum membahas tentang sistem pembelajaran. Perlu di pahami terlebih dahulu kata sistem. Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau bagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Pembelajaran di katakan sebagai sistem karena di dalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah di tetapkan. Komponen – komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, media dan evaluasi. Masing-masing kompone saling berkaitan erat merupakan satu kesatuan.
Proses perancangan pembelajaran selalu diawali dengan perumusan tujuan instruksional khusus sebagai pengembangan dari tujuan instruksional umum. Dalam kurikulum biasanya perumusan indikator selalu merujuk pada kompetensi dasar selalu merujuk pada standar kompetensi.
Sehingga, usaha untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dibantu oleh penggunaan alat bantu pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik komponen penggunannya. Setelah itu guru menentukan alat dan melaksansakannya evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat menjadi bahan masukan atau umpan balik kegiatan yang telah di laksanakan.
Olehnya itu, apabila ternyata hasil belajar siswa rendah, maka kita mengidentifikasi bagian-bangain apa yang mengakibatkannya. Khususnya dalam penggunaan media, maka perlu melihat bagaimana efektivitas apakah yang menjadi faktor penyebabnya
1. Media dalam Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
Media adalah segala sesuatu yang dapat di pakai atau di manfaatkan untuk merangsang daya pikir, perasaan, perhatian. Terkait dengan kemampuan anak, media tesebut mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri anak.
Pemahaman di sini tidak hanya terbatas kepada sarana dan wahana fisik untuk menyalurkan pesan melainkan juga mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia, dan metode yang di manfaatkan untuk tujuan pembelajaran.
Media pembelajaran yang baik sangat di perlukan untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas tinggi. sehingga media yang di gunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif. Ini khususnya yang sesuai dengan teori belajar menurut Vygotsky harus berdasarkan asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda memerlukan media yang berbeda.
Asumsi ini banyak di abaikan oleh guru yang berakibat pada rendahnya kualitas pemahaman yang di terima anak. Dengan demikian kita bisa memahami pula bahwa media yang di gunakan haruslah mampu membawa anak kepada dunia mereka.
Dunia anak adalah dunia bebas dan murni untuk menciptakan berbagai hal yang kreatif, berekspresi, bermain, dan belajar. Jika pun guru akan mengajarkan belajar baca, tulis dan hitung bagi siswa maka guru tentu harus melalui kegiatan yang menyenangkan dan tidak formal sehingga di rasakan sebagai bagian dari kegiatan bermain.
Janganlah hal itu seperti di paksakan sebab bila hal itu terjadi maka akan membuat psikis anak menjadi sakit. Anak-anak Sekolah Dasar perlu belajar secara konstruktif, terus-menerus mengembangkan kemampuan melalui permainan, melalui hal kongkret yang dapat di jangkau pancaindra anak secara dekat.
Keterlibatan yang bisa guru lakukan terhadap siswa haruslah berorientasi kepada kegiatan pemecahan masalah sederhana, pengembangan keterampilan kognitif seperti bercerita, pengembangan kemampuan mengurus diri sendiri, menggambar bebas, mensosialisasikan tulisan dengan bunyinya mendengarkan, dan bergerak bebas.
Misalnya saja, Budi yang menggambar tanpa kita tahu artinya, kita beri kebebasan dia mengekspresikan hasil gambarnya dengan cerita verbalnya.
2. Penerapan Media dalam Pengembangan Kognitif Siswa
Levie & Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran, khususnya media visual, yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.
- Fungsi atensi media merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang di tampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
- Manfaat atau fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
- Fungsi kognitif media visual yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
- Manfaat atau fungsi kompensatoris media pengajaran memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang di sajikan dengan teks atau di sajikan secara verbal. Dunia pendidikan sekolah dasar sangat mengharapkan kehadiran media pembelajaran yang mampu mengembangkan domain kognitif anak yang bermutu tinggi.
Kehadiran media seperti ini tidak bermakna apapun jika guru tidak mampu mengembangkan dan menggunakannya secara maksimal. Oleh karena itulah guru masih memiliki peranan dominan dalam menarik minat belajar anak serta mendukung perkembangan anak.
Pembelajaran di sekolah dasar memang membutuhkan berbagai alat peraga, media, permainan, dan alat bantu lainnya karena memang usia anak sekolah di sekolah dasar masih membutuhkan hal itu semua. Oleh karena itu guru sekolah dasar harus lebih kreatif, imajinatif, dan komunikatif dalam menciptakan atau menemukan berbagai alat permainan dan media untuk anak mereka.
Dalam proses pembelaran sains di sekolah dasar media yang sesuai adalah media yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelaran.
3. Jenis-jenis Media
Media yang sesuai antara lain dengan menggunakan buku-buku yang bergambar menarik, sehingga siswa tertarik untuk belajar. Selain itu dapat menggunakan KIT-KIT yang sesuai untuk demonstrasi-demonstrasi yang sesuai dengan materi pelajaran sekolah.
Atau guru dapat menggunakan media yang tersedia di sekitar lingkungan kelas untuk meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Masalah aplikasi dalam penggunaan media dan pengajaran di sekolah dasar adalah masalah yang harus berdasarkan dengan kehidupan yang sesungguhnya.
Selain itu, juga harus membantu anak-anak menyadari bahwa pelajaran dan permainan yang mereka peroleh merupakan satu proses yang berguna dan penting. Apabila suatu masalah di berikan, anak-anak bisa melihat manfaatnya.
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus di mengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya dan dari interaksi sosial yang di latari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Membangun pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang di perlukan untuk persiapan masa depan.
Bermain antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa di jadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta komunikasi yang efektif.
D. Kesimpulan
Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar di tinjau dari pendekatan teori belajar menurut Vygotsky adalah: pemberian tugas, demonstrasi, tanya jawab, bercerita, karyawisata, dan bermain peran
Media yang di gunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sesuai dengan Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky harus didasarkan pada asumsi bahwa kondisi pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang berbeda memerlukan media yang berbeda. Asumsi ini banyak di abaikan oleh guru yang berakibat pada rendahnya kualitas pemahaman yang di terima anak.
Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya melihat hasil belajar siswa dari berbagai sudut kinerja psikologis yang utuh dan menyeluruh, baik dari segi kognitif, kontruktivistik, behavioristik (tingkah laku) ataupun humanistik.
Dari segi kognitif, guru hendaknya dapat memilih metode dan media yang sesuai dengan perkembangan kognitif anak, sehingga hasil belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang di harapkan.
Baca Juga: Teori Belajar William Kaye Estes, Burrhus Frederic Skinner, Teori Belajar Bermakna David Ausubel
Demikian pembahasan tentang Teori Perkembangan Kognitif Vigotsky
semoga ada manfaat
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.