Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti

Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti

HermanAnis.com. Teman-teman semua, dalam kesempatan ini kita akan membahas satu topik filsafat hidup sebagai bagian dalam pengembangan diri, yakni Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti. Mungkin membaca judul ini, “Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti”, ingatan Anda akan langsung tertuju pada sosok antagonis dalam Film Joker.

Film Joker besutan Todd Phillips ini sempat booming dan mendapat perhatian lebih dari pecinta film dunia pada tahun 2019. Film ini mengisahkan seorang tokoh antagonis bernama Joker yang wajahnya di -makeover seperti badut.

Sosok Arthur Fleck ini di perankan oleh Joaquin Phoenik, sebagai seorang yang menderita penyakit mental, karena kerap di sakiti di lingkungannya.

Akibatnya oleh netizen di Indonesia kemudian keluar istilah “orang jahat adalah orang baik yang tersakiti”. Ini mungkin untuk menggambarkan perubahan pada tokoh yang di perankan oleh aktor Joaquin Phoenix itu menjadi seorang Joker.

Baca Juga: Gaya hidup minimalis: Cara agar hidup lebih bahagia

A. Bagaimana cerita singkat film Joker, 2019?

Joker - Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti

Setelah keluar dari rumah sakit jiwa, Arthur kemudian bekerja menjadi badut untuk bertahan hidup bersama ibunya. Ia sering di pukuli dan bahkan akhirnya di pecat sebagai badut di tempatnya bekerja.

Dia tidak memiliki teman. tidak ada satu pun orang yang mau berteman dengannya. Tidak ada tempat baginya untuk berkeluh kesah, oleh karena orang di sekitarnya menganggapnya sebagai orang yang aneh.

Hidup di Kota Gotham yang begitu sulit membuat Arthur semakin menderita. Bahkan, akhirnya pengobatan yang selama ini di terima dari Dinas Sosial setempat juga di hentikan.

Arthur kemudian menemukan jati dirinya dengan perasaan nyaman bahagia ketika ia membunuh orang. Arthur menemukan dirinya yang baru. Dari perasaan lemah, baik, cenderung mengalah, yang tersakiti, yang merasa hancur harga dirinya, berubah menjadi orang yang dingin, jahat, bengis, keji, dan tidak punya rasa prikemanusiaan.

Terhadap sosok Joker, ramai-ramai dunia jagat maya ramai dengan sebuah ungkapan ”orang jahat adalah orang baik yang tersakiti”. Kutipan ini seakan-akan memberikan pemakluman atas tindakan mengerikan yang di lakukan oleh Joker, karena sebenarnya Arthur Fleck sebelumnya di gambarkan sebagai seorang yang baik.

Tedapat pro dan kontra tentang benar tidaknya ungkapan ini. Namun, menurut saya, kasus yang di alami oleh Joker ini tidak bisa di samaratakan.

Meskipun, ini hanya kisah fiktif, namun jika tidak di sikapi secara baik, maka bisa jadi kisah ini akan menjadi contoh. Akan ada orang yang termotivasi, memperoleh ide, dan melakukan tindakan-tindakan kriminal seperti yang di lakukan tokoh Joker. Akan lahir, joker-joker gaya baru.

Baca juga: Apa itu Stoikisme?

B. Pandangan pemerhati kesehatan jiwa/psikolog/pakar kelainan jiwa terhadap Ungkapan Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti!

Yeni Rosa Damayanti, seorang pemerhati kesehatan jiwa dalam sebuah wawancara, mengungkapkan “Yang muncul bukanlah orang baik yang tersakiti, tapi orang baik dengan gangguan jiwa, yang tersakiti,” sesaat setelah dia selesai menonton film ini.

Dia menambahkan, “di Indonesia, orang dengan gangguan jiwa biasanya akan lebih rentan untuk menjadi korban kekerasan, ketimbang menjadi pelaku kejahatan. Meskipun jumlahnya sedikit. Ketika orang dengan ganguan kejiwaan tidak minum obat, maka potensinya kejahatan paling mungkin adalah dia akan melakukan kekerasan yang merugikan diri sendiri”.

Dalam kenyataannya kita di Indonesia ini, “belum pernah ada orang dengan ganguan kejiwaan akan menjadi Joker. Sehingga “tidak ada korelasi antara gangguan jiwa dan jahat”. “Pernyataan ini keliru, dan perlu diperbaiki”, lanjutnya.

Hening Widyastuti, seorang psikolog sosial dari solo seperti di kutip dalam kompas.com, mengungkapkan bahwa, pernyataan “orang jahat adalah orang baik yang tersakiti” hanya berpengaruh pada orang yang lemah secara emosi maupun pikiran, dan menurut saya pribadi, itu tidak benar. 

Kasus pada film Joker, tidak dapat di samaratakan akan terjadi pada setiap orang. Apa yang dialami Joker hanya bisa terjadi pada jiwa yang lemah dalam prinsip dan konsep diri yang tidak kuat,” ujar Hening.

Ketika pribadi lemah, merasa tersakiti dan merasa hancur harga dirinya, maka ia akan melakukan pembenaran dengan bersikap berbeda dari biasanya, contohnya dari baik menjadi jahat, bengis, ataupun keji untuk menetralisir rasa sakit.

Maka dari itu, Hening menyarankan orang-orang untuk memperkuat iman dan hubungan dengan lingkungan keluarga maupun sosial agar mereka menjadi pribadi yang kuat dan tidak terpikir untuk melakukan tindakan seperti karakter yang di perankan oleh Joaquin Phoenix dalam film tersebut.

“Hubungan yang baik antara makhluk dengan Sang Khalik adalah penetralisir segala rumitnya dan ruwetnya kehidupan seseorang dengan masalah-masalahnya. Intinya, lebih mudah untuk kembali menggunakan nalar dan penetralisir kekalutan pikiran dan kesedihan hati,” ungkap Hening menutup pernyataannya.

C. Bagaimana agar kita terhindar dari prilaku jahat dan keji?

Seperti yang duraikan sebelumnya, bahwa seseorang yang pikirannya sedang lemah, jiwa yang tidak stabil, bisa saja menjadikan tindakan Joker menjadi inspirasinya di dunia nyata.

Hal ini perlu kita khawatirkan. Olehnya itu, jika kita dalam kondisi sulit, down, terjepit, dan terpojok, maka punyalah prinsip bahwa semua itu bagian dari proses hidup yang harus di jalani dan di carikan jalan keluar.

Jika kondisi yang anda alami mirip atau persis sama dengan kondisi Joker, maka jadilah diri sendiri. Jangan pernah menyamakan diri anda dengan siapapun, apalagi dengan si antagonis Joker.

Tanamkan prinsip, bahwa tidak ada satupun orang yang jahat terhadap Anda, semua yang terjadi pada diri Anda adalah manifestasi dari apa yang Anda perbuat sebelumnya. Beranilah bertanggung jawab, terhadap apa yang telah kamu lakukan. Dengan pendirian seperti ini kamu akan sangat berhati-hati dalam melakukan sesuatu.

Maka cintailah dirimu, mana mungkin ada yang mencintaimu jika kamu sendiri tidak mencintai dirimu sendiri. Teruslah belajar, belajar untuk memilih dan memilah semua tindakan yang akan anda lakukan, karena tindakan itu dapat saja merugikan atau menguntungkan.

D. Cara agar terhindar dari Prilaku Jahat dan Keji Seperti Tokoh Joker

Dari semua pandangan dan pendapat sebelumnya, dapat disimpulkan, agar kita terhindar dari prilaku jahat dan keji, agar kita tidak seperti Joker, maka kita perlu:

  1. Jadilah diri sendiri. Lakukan hal yang bisa kamu lakukan, menurut rasionalmu. Nikmati semua kegiatanmu sebagai sesuatu yang membahagiakan.
    Bagaimana caranya?, agama sepertinya sudah sangat jelas memandu kita.
  2. Jangan sekali-kali menggantungkan nasib atau apapun pada mahluk selain Alllah. Karena menggantungkannya pada mahluk, dan kenyataannya tidak sesuai dengan harapan anda, maka anda bisa kecewa. Nah, ini awal untuk melakukan sesuatu yang tidak baik. Muncul kejengkelan, ingin membalas, menggerutu dan banyak lagi yang lain.
  3. Syukur dan bersabarlah terhadap apapun yang terjadi padamu. Ini mungkin sering di ucapkan, tapi terkadang sangat susah untuk konsisten melakukannya.
    Cara paling sederhanan mungkin, syukuri semua apapun yang sudah terjadi pada diri kita, karena itu sudah ketetapan Allah. Semua kembalikkan kepada Allah.
  4. Pedulilah pada diri pribadi, sebagaimana kamu peduli terhadap orang lain. Peduli pada diri pribadi bukanlah egois.
    Diri Anda itu sama pentingnya dengan orang yang kamu sayangi dan cintai, jika kamu sendiri tidak bahagia lalu bagaimana mungkin kamu bisa membahagiakan orang lain, terlebih lagi membahagiakan orang yang kamu cintai.
  5. Buatlah prioritas dalam setiap pikiran dan tindakan. Tidak semua perlu di pikirkan, dan tidak semua perlu ditindaki. Anda jangan pusing pada hal-hal yang tidak penting. Buatlah list dalam pikiran, atau anda bisa menungkannnya dalam tulisan untuk membantu anda dalam memilih yang prioritas untuk di laksanakan.

Itulah beberapa tips atau cara yang dapat membantu kita agar terhindar dari prilaku seperti Joker, ini juga dapat membantu anda untuk mengembangkan rasa percaya diri, rasa puas terhadap pencapaian, rasa bangga pada apa yang telah di lakukan.

E. Kesimpulan Apakah Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti itu benar

Pernyataan “Orang Jahat adalah Orang Baik yang Tersakiti” itu salah, hanya orang pikirannya lemah yang membenarkannya.

Anda seorang manusia, makhluk terbaik dan istimewa di Bumi. Tidak ada yang seperti anda, bahagia itu adalah rasa, ada di dalam hati, olehnya itu berlatihlah menggunakan hati, agar setiap perbuatanmu bisa membuatmu bahagia, dan bisa membahagiakan orang lain.

F. Puisi keinginan jadi jahat

Sebuah puisi ungkapan yang tidak baik, tentang keinginan untuk menjadi orang jahat.

Aku ingin sesekali menjadi orang jahat
melepaskan sumpah serapah yang selama ini tersumbat  

Ingin sesekali rasanya menjadi orang Jahat
melegakan kemarahan yang membuat tenggorokan tercekat
menertawakan penderitaan tanpa merasa berat

Aku ingin sesekali menjadi orang jahat
Tanpa ada ketakutan akan kiamat
lalu melupakan hati yang taat
menjadi Jahat kemudian hilang dalam kegelapan yang pekat  

Orang Jahat tak menerima kata maaf, tak mengenal sahabat
Orang Jahat tak pusing akan pendapat, hanya berbuat jahat
untuk dirinya, untuk hidupnya, untuk kepuasannya dan
untuk rasa iri dan kecemburuannya

menjadi jahat….
bukan malaikat…
bukan penyelamat….
hanya penjahat…..

sesekali aku ingin jadi orang Jahat……

Baca juga: Kisah Layla Majnun, Cerita Cinta Ketuhanan oleh Nizami Ganjavi

Demikian
semoga bermanfaat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index