Strategi Penggunaan Media Pembelajaran

Pengertian Media Pembelajaran Menurut Para Ahli

HermanAnis.com – Pada tulisan kali ini kita akan membahas Strategi Penggunaan Media Pembelajaran. Fokus pembahasan adalah bagaimana cara atau strategi mengintegrasikan media dalam pembelajaran.

A. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran

Secara umum strategi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Adapun dalam kamus bahasa Indonesia, Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (yang diinginkan).

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran

Selain itu, strategi bisa juga di artikan sebagai suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar.

Selain itu media juga berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, dan secara harfiah berarti perantara atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar.

Olehnya itu, maka media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau infornasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. Media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat yang bisa merangsang siswa untuk terjadinya proses belajar. Atau media pembelajaran terdiri dari meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan dan perangkat lunak yang mengandung pesan.

Media tidak melulu hanya alat atau bahan saja, akan tetapi juga hal-hal lain yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan. Sehingga media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga mendorong terciptanya proses belajar pada diri siswa.

Media pembelajaran di ciptakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Media pembelajaran awalnya berupa alat bantu visual untuk memberikan pengalaman konkrit dan motivasi belajar. Contoh alat bantu visual: gambar, model, objek dan lain-lain.

Pada awalnya media pembelajaran hanya berpusat pada alat bantu visual tanpa memperhatikan apek desain, pengembangan dan evaluasi. Untuk menghindari verbalisme karena alat bantu visual maka media pembelajaran di lengkapi dengan alat audio, sehingga media yang di gunakan menjadi audio visual.

B. Sejarah Perkembangan Media Pembelajaran

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran. Fungsi media pembelajaran terus berkembang, di mulai saat teori komunikasi pada tahun 1950 fungsi media pembelajaran yang semula hanya sebagai alat bantu mengajar berkembang menjadi penyalur informasi. Pada tahun 1960-1965 di ciptakan media yang dapat mengubah tingkah laku peserta didik sebagai hasil proses belajar, buah pengembangan dari teori tingkah-laku (behaviorism theory) oleh B. F. Skinner.

Media instruksional terkenal yang di hasilkan dari teori ini adalah teaching machine dan programmed instruction. Pada tahun 1965-1970 pendekatan sistem (system approach). Mendorong di gunakan media sebagai integral dalam program pembelajaran.

Seiring berjalannya waktu peranan media pembelajaran meningkat muncul kekhawatiran jika media pembelajaran akan menggeser guru sebagai sumber belajar. Kekhawatiran ini di picu dengan di temukannya mesin cetak yang dapat menghasilkan buku teks sebagai salah satu sumber belajar.

Menginjak abad ke-20 negara kita mengalami perkembangan era informasi yang sangan pesat. Media pendidikanpun mengalami perkembangan dari media pembelajaran sederhana seperti gambar, bagan, poster, rekaman suara menjadi multimedia pembelajaran berupa video pembelajaran.

Penggunaan multimedia pembelajaran di awali dengan di udaranya Televisi Pendidikan oleh pihak swasta pada tahun 1991. Di masa sekarang ini perkembangan Bentuk multimedia pembelajaranpun bervariatif. Sampai saat teknologi Komputer masuk ke dunia pendidikan kita. Teknologi ini menjadi gebrakan baru untuk membatu pembuatan media pembelajaran.

Terbukti dari banyaknya bentuk media pendidikan yang dapat di hasilkan, seperti: presentasi power point, buku/materi pembelajaran berupa soft file, video pembelajaran, media pendidikan berupa software dan lain-lain. Kemudian media pembelajaran terus berkembang dengan adanya internet.

Di internet kita dapat mengakses berbagai macam hal tidak terkecuali materi pelajaran. Internet secara non-formal menjadi salah satu media pendidikan bagi peserta didik, karena jangkauannya yang luas, kelengkapan informasi, mudah di gunakan dan dapat menarik minat peserta didik dengan sendirinya.

Perkembangan media pada masa sekarang, sampai pada pemanfaatan media pembelajaran menggunakan smart phone (ponsel pintar). Dengan smart phone semua orang tidak hanya dimudahkan dalam komunikasi saja, tapi dapat berbagi informasi dengan mudah dan gambang terlebih karena ukuran smart phone yang kecil dan dapat dibawa kemana saja.

Teknologi ini yang di lengkapi dengan fitur dan aplikasi dapat di kembangkan pendidikan. Aplikasi smart phone di kembangkan untuk media pembelajaran, contoh bentuk media pembelajaran dari aplikasi smart phone adalah: aplikasi game edukatif, aplikasi materi pembelajaran interaktif, video tutorial.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berdampak pada kemudahan memperoleh informasi dan mengembangkan strategi pembelajaran. Banyak dan beragamnya informasi yang tersedia menuntut kemampuan seorang guru untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk menawarkan berbagai pengalaman kepada peserta didik sehingga mampu membangun pemahamannya di lingkungan sekitarnya.

Guru perlu merencanakan dan mengelola lingkungan belajar yang menarik untuk memastikan bahwa para peserta didik merasa tertantang dan ingin berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Kesiapan guru dalam merencanakan dan melaksanakan strategi pembelajaran akan mempunyai dampak yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar peserta didiknya.

Strategi pembelajaran meliputi pemilihan model/metode pembelajaran, serta pemanfaatan media pembelajaran dan sumber belajar. Oleh karena itu, guru perlu selektif dalam menentukan strategi mengintegrasikan media pembelajaran dan sumber belajar ke dalam pembelajaran.

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran antara lain:

  1. presentasi,
  2. demonstrasi,
  3. latihan (drill and practice),
  4. tutorial, dan
  5. diskusi.

C. Strategi Presentasi

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran yang pertama adalah Strategi Presentasi. Di dalam presentasi, sumber menjelaskan, menceritakan, atau menyampaikan informasi (materi ajar) kepada peserta didik.

Komunikasi di dalam presentasi dikontrol oleh sumber dengan respon (dari peserta didik) secara terbatas. Guru sebagai salah satu sumber komunikasi. Sumber belajar yang lain bisa berupa buku teks, situs internet, program audio, program video, program multimedia, dan lain sebagainya.

Seorang guru yang menyajikan presentasi bisa kita lakukan dengan menyisipkan pola komunikati interaktif, di mana peserta didik bisa bertanya, memberi respon dengan menjawab, mengklarifikasi atas inisiatif sendiri maupun di tunjuk oleh guru. Atau, peserta didik dapat menanyakan berkaitan dengan materi yang sedang kita presentasikan.

1. Keunggulan Strategi Presentasi

Strategi presentasi mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya,

  1. penyajian materi ajar (realtime) hanya sekali untuk di dengarkan oleh semua peserta didik, dan informasi yang disajikan tidak berulang-ulang sehingga lebih efesiensi waktu,
  2. peserta didik dapat mengunakan berbagai strategi untuk menangkap informasi (materi ajar) yang di presentasikan guru. Kegiatan peserta didik, selain mendengar, juga mencatat, menggambar atau bahkan merekam, serta
  3. teknologi dan media yang ada saat ini, dapat menyajikan sumber informasi yang berkualitas.

2. Keterbatasan Stratedi Presentasi

Strategi presentasi juga memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya:

  1. dianggap sulit untuk beberapa peserta didik, karena tidak semua peserta didik memiliki kemampuan mempersepsi dan merespon informasi (materi ajar) secara baik dan cepat,
  2. presentasi yang tidak memberi kesempatan untuk berinteraksi, berpotensi membosankan,
  3. peserta didik yang memiliki keterampilan kurang dalam mencatat akan kesulitan untuk menangkap informasi,
  4. sulit untuk menerapkan presentasi pada peserta didik kelas rendah karenamereka belum mampu berpikir secara abstrak.

3. Integrasi Strategi Penggunaan Media Pembelajaran dengan Strategi Presentasi

Terdapat beberapa sumber belajar yang relevan untuk di manfaatkan memperkaya informasi. Dalam presentasi, tidak harus selalu membuat peserta didik berdiri di depan kelas.

Membaca buku, mendengarkan program audio, menonton program video, merupakan contoh dari strategi presentasi. Meskipun tidak selalu di pertimbangkan sebagai pendekatan pembelajaran yang paling tepat untuk di gunakan, strategi presentasi dapat di gunakan dengan cara yang efektif.

Karakteristik peserta didik (khususnya umur dan pengalaman peserta didik) akan menjadi faktor pertimbangan bagi guru untuk menentukan kapan strategi presentasi tepat untuk digunakan.

4. Strategi Demonstrasi

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran yang ke-dua adalah Strategi Demonstrasi. Di dalam strtaegi demonstrasi, peserta didik dapat mengamati secara intensif keterampilan atau prosedur yang di tampilkan oleh sumber secara faktual dan kongkrit.

Demonstrasi dapat di lakukan oleh guru, atau sumber program video yang di putar ulang dengan menggunakan media (video player). Jika menginginkan terjadi interaksi dua arah atau praktik dengan umpan balik, maka diperlukan kehadiran guru, instruktur atau tutor.

Strategi demonstrasi biasanya di perlukan untuk menunjukkan sesuatu proses, prosedur atau unjuk kerja. Di dalam pembelajaran sering di lakukan bentuk demonstrasi oleh guru, instruktur atau tutor, selanjutnya di ikuti oleh kegiatan eksperimen.

Dalam kegiatan eksperimen peserta didik mempraktikan proses, prosedur atau ujuk kerja yang baru saja di amati, di lihat dan di dengar dengan bimbingan guru, instruktur atau tutor.

5. Keunggulan Strategi Demonstrasi

Strategi demonstrasi merupakan salah satu metode yang tepat, sebelum peserta didik melakukan langsung (learning by doing) dengan obyek praktikum. Strategi demonstrasi mempunyai beberapa kelebihan, antara lain,

  1. peserta didik mendapatkan keuntungan dengan melihat sesuatu sebelum mereka melakukannya (seeing before doing),
  2. guru dapat memandu kelompok besar untuk menyelesaikan tugas yang di berikan (task guidance),
  3. lebih ekonomis karena tidak perlu menyiapkan bahan pembelajaran untuk masing-masing peserta didik (economy of supplies),
  4. meminimalisir bahaya praktikum, karena guru dapat mengontrol bahan-bahan yang berpotensi bahaya terhadap peserta didik.

Keterbatasan Strategi Demonstrasi

Strategi demonstrasi juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu,

  1. peserta didik tidak mengalaminya secara langusung (hanya menyaksikan demonstrasi), kecuali bagi peserta didik yang melakukan demonstrasi (karena di anggap telah memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik),
  2. setiap peserta didik mungkin memiliki keterbatasan penglihatan dan pendengaran yang berbeda-beda dalam menyaksikan demonstrasi, sehingga di mungkinkan ada beberapa aspek yang terlewatkan oleh peserta didik, dan
  3. memungkinkan tidak semua peserta didik mengikuti demonsrasi apabila hanya menggunakan satu cara.

6. Integrasi Strategi Penggunaan Media Pembelajaran dengan Strategi Demonstrasi

Bagaimana mengintegrasikan strategi demonstrasi dalam Pembelajaran? Perhatikan penjelasan berikut.

Guru dapat menggunakan berbagai sumber belajar untuk menunjang demonstrasi yang kita akukan. Guru dapat menyiapkan sebuah program video demonstrasi sebelum pembelajaran kita mulai, kemudian menayangkannya di dalam kelas dan berbicara kepada para peserta didik mengenai apa yang akan mereka saksikan.

Hal ini dapat mewakili Guru dalam melakukan demonstrasi proses, prosedur atau unjuk kerja yang komplek. Guru dapat mengontrol dengan menghentikan sementara (puase), atau memutar balik rekaman program video untuk memperjelas dan penguatan materi ajar, serta guru dapat menberi penjelasan tambahan tentang keselamatan kerja.

Ini efektif jika prosedur demontrasi cukup kompleks. Anda juga dapat menggunakan objek sebenarnya untuk melakukan demonstrasi. Satu hal yang perlu kita perhatikan, pastikan semua peserta didik dapat menyaksikan demonstrasi tersebut dengan saksama.

Demonstrasi dapat kita lakukan di depan kelas satu demonstrasi untuk semua peserta didik, kelompok kecil, maupun secara individu bagi peserta didik yang memerlukan penjelasan tambahan secara khusus bagaimana menyelesaikan tugas tersebut.

D. Strategi Latihan (drill and practice)

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran yang ke-tiga adalah Strategi Latihan (drill and practice). Model strategi drill and practice merupakan serangkaian latihan kognitif (thingking skills) dan latihan keterampilan (motor skills) yang kita desain untuk menyegarkan atau meningkatkan pengetahuan yang spesifik atau keterampilan yang baru.

Tujuan dari strategi drill and practice yaitu peserta didik menjadi ahli atau belajar tanpa adanya kesalahan. Strategi ini menganggap bahwa peserta didik sebelumnya telah mendapatkan pembelajaran secara konsep, prinsip, atau prosedur yang mereka kerjakan.

Agar lebih efektif, strategi ini perlu kita sertai dengan umpan balik untuk memperkuat hasil yang benar dan memperbaiki kesalahan yang terjadi selama pembelajaran.

1. Keunggulan Strategi Latihan (drill and practice)

Beberapa keunggulan strategi drill and practice yaitu:

  1. peserta didik mendapatkan umpan balik yang sesuai dengan respon yang mereka berikan (corrective feedback),
  2. informasi kita sajikan dalam bentuk kecil-kecil (small chunks) sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik meninjau kembali materi tersebut, dan
  3. latihan yang kita bangun dalam informasi yang kecil-kecil memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengujicobakan pengetahuan baru tersebut melalui beberapa cara yang positif.

2. Keterbatasan Strategi Latihan (drill and practice)

Beberapa keterbatasan dalam strategi drill and practice antara lain sebagai berikut:

  1. pengulangan terus menerus. Tidak semua peserta didik menyambut baik pengulangan yang terjadi selama drill and practice.
  2. cenderung membosankan. Beberapa materi dalam drill and practice memiliki cukup banyak item sehingga dapat membuat peserta didik menjadi bosan karena terlalu banyak pengulangan dengan item yang monoton.
  3. potensi belajar. Apabila peserta didik membuat kesalahan berulang-ulang, penggunaan strategi drill and practice secara terus menerus tidak akan membantu peserta didik belajar.

3. Integrasi Strategi Penggunaan Media Pembelajaran dengan Strategi Latihan (drill and practice)

Strategi Drill and practice biasa kita gunakan untuk tugas-tugas seperti mempelajari matematika, bahasa asing dan membangun kosa kata. Banyak aplikasi komputer multimedia yang menawarkan kesempatan pada peserta didik untuk meninjau kembali informasi serta melatih pengetahuan dan keterampilan mereka.

Kaset audio, flash card, dan lembar kerja dapat digunakan secara efektif untul drill and practice dalam belajar mengeja (spelling), aritmatika, dan bahasa. Peserta didik dapat bekerja secara berkelompok melalui drill and practice.

Guru dapat menunjuk peserta didik yang memiliki kemampuan lebih untuk di kelompokan bersama peserta didik yang masih perlu kita tingkatkan kemampuannya. Pekerjaan rumah yang kita desain agar peserta didik dapat berlatih di luar kelas, dapat kita sajikan dalam bentuk drill and practice.

Guru perlu mempertimbangkan nilai dari pekerjaan rumah tersebut dan seberapa baik persiapan peserta didik untuk menyelesaikan tugas tersebut. Banyak orang tua yang mengeluhkan atau bahkan menjadi stres dengan pekerjaan rumah anaknya karena tidak familiar dengan subtansi materi ajar.

Dalam memberikan pekerjaan rumah sebaiknya materi yang telah kita sajikan di kelas atau mungkin beberapa persoalan yang menantang sebagai tugas tambahan. Peserta didik akan menemukan nilai dari pekerjaan rumah ketika tugas tersebut memberikan latihan yang dapat memperkuat apa yang telah mereka pelajarinya di dalam kelas.

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran

E. Strategi Tutorial

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran yang ke-empat adalah Strategi Tutorial. Model strategi tutorial dilakukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar. Tutorial biasanya kita lakukan tatap muka dengan peserta didik secara individual, dan sering kita gunakan untuk mengajarkan keterampilan dasar seperti membaca dan aritmatika.

Perbedaan antara tutorial dan drill and pravtice adalah tutorial memperkenalkan dan mengajarkan materi baru, sedangkan drill and practice berfokus pada konten yang telah dipelajari dalam format lain (misalnya latihan mengerjakan soal dan pengulangan sampai mencapai ketuntasan hasil belajar).

Peserta didik biasanya berkerja secara mandiri atau satu-satu yang di lengkapi dengan beberapa latihan dengan umpan balik di setiap bagiannya.

F. Keunggulan Strategi Tutorial

Jika kita bandingkan dengan strategi lainnya, tutorial memiliki beberapa keuntungan, di antaranya

  1. peserta didik dapat bekerja secara mandiri pada saat ada materi baru dan menerima umpan balik kemajuan belajar;
  2. peserta didik dapat belajar sesuai dengan kecepatannya, mengulangi informasi jika dibutuhkan sebelum beralih ke materi selanjutnya; dan
  3. tutorial berbasis komputer (multimedia model tutorial) dapat merespon jawaban peserta didik secara langsung dan cepat. Respon komputer memberikan tindak lanjut kegiatan belajar, apakah peserta didik belajar ke topik berikutnya, atau peserta didik ikut program meremedial.

G. Keterbatasan Strategi Tutorial

Sama halnya dengan strategi lainnya, tutorial juga memiliki kelemahan, antara lain,

  1. adanya pengulangan dapat menyebabkan peserta didik menjadi bosan jika materi yang kita sajikan hanya dalam bentuk satu pola saja,
  2. dapat menyebabkan peserta didik menjadi frustasi jika tidak terlihat kemajuan belajarnya saat tutorial, serta
  3. berpotensi adanya kesalahan dalam membimbing peserta didik.

H. Integrasi Strategi Penggunaan Media Pembelajaran dengan Strategi Tutorial

Kegiatan tutorial dapat berupa pembelajaran guru dengan peserta didik, antar peserta didik (peer tutoring), komputer dengan peserta didik (computer assisted tutorial), dan buku dengan peserta didik. Guru dapat bekerja dengan peserta didik secara individual maupun kelompok kecil, membimbing peserta didik sesuai dengan kecepatan belajarnya.

Dengan demikian, guru dapat mempertimbangkan pemanfaatan media pembelajaran atau sumber belajar dalam strategi tutorial. Saat ini, banyak model multimedia yang kita desain untuk membantu menyajikan pembelajaran kepada peserta didik. Misalnya: sistem pembelajaran terintegrasi (integrated learning system), model blanded learning.

I. Strategi Diskusi

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran yang ke-lima adalah Strategi Diskusi. Model strategi pembelajaran diskusi merupakan aktivitas belajar bertukar ide, gagasan dan opini antar peserta didik, maupun antara peserta didik dengan guru.

Diskusi dapat kita gunakan di setiap pembelajaran dalam kelompok kecil maupun besar. Ini merupakan cara yang tepat di gunakan untuk menilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sekelompok peserta didik.

Strategi diskusi relevan untuk memberikan pengalaman belajar baru, terutama ketika pada pengenalan topik baru, atau pada awal tahun ajaran baru ketika guru belum mengenali peserta didik secara lebih dalam. Diskusi dapat di pimpin oleh guru dengan memberikan pertanyaan pengantar, untuk mengetahui respon dari peserta didik.

Hendaknya guru tidak memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki jawaban faktual sederhana, karena tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir. Sebaiknya diawali dengan pertanyaan “bagaimana” atau “mengapa” untuk mendorong terjadinya diskusi.

1. Keunggulan Strategi Diskusi

Strategi diskusi memiliki beberapa kengggulan, di antaranya:

  1. diskusi biasanya lebih menarik bagi peserta didik daripada duduk dan mendengarkan sesorang menceritakan suatu fakta,
  2. peserta didik merasa tertantang untuk memikirkan tentang topik dan penerapan apa yang telah mereka ketahui,
  3. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membawa ide baru dalam menyajikan informasi.

2. Keterbatasan Strategi Diskusi – Strategi Penggunaan Media Pembelajaran

Strategi diskusi juga memiliki beberapa keterbatasan, antara lain,

  1. memungkinkan tidak semua peserta didik ikut berpartisipasi, sehingga sebaiknya guru harus menyakinkan kepada semua bahwa mereka mempunyai kesempatan untuk berbicara,
  2. terkadang peserta didik tidak belajar di luar dari apa yang telah mereka ketahui dan kurang tertantang untuk memperluas pengalaman belajarnya,
  3. beberapa pertanyaan yang kita lontarkan mungkin terlalu sulit bagi peserta didik untuk berpikir sesuai dengan tingkat pengetahuannya, serta
  4. diskusi mungkn bukan strategi yang efektif di gunakan kepada peserta didik kelas rendah, yang masih membutuhkan penjelasan langsung dari guru.

3. Integrasi Strategi Penggunaan Media Pembelajaran dengan Strategi Diskusi

Diskusi merupakan cara yang efektif untuk memperkenalkan suatu topik baru. Menyaksikan sebuah program video pembelajaran, memberikan pengalaman belajar yang biasa. Namun jika program video itu di angkat menjadi sebuah isu, maka akan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berdiskusi, bertukar pikiran atau opini.

Setelah melakukan diskusi, selanjutnya ada forum tanya jawaban untuk memperkuat pemahaman peserta didik.

J. Strategi Penggunaan Media Berdasarkan Tempat

Pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru dengan menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar kelas. Berdasarkan tempat penggunaannya media pembelajaran ada dua pola, yaitu:

1. Penggunaan Media di Kelas

Pada teknik ini media di manfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan penggunaannya di padukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas. Dalam merencanakan pemanfaatan media tersebut guru harus melihat tujuan yang akan di capai, materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.

Media pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal tersebut, ialah tujuan, materi dan strategi pembelajaran. Yang terpenting dalam hal ini media tersebut di sajikan di ruang kelas di mana guru dan siswa hadir bersama-sama berinteraksi secara langsung (face to face).

Tentu saja media yang dapat digunakan di kelas adalah yang memungkinkan di lihat dari sisi biaya, berat dan ukuran, kemampuan siswa dan guru untuk menggunakannya, dan tidak membahayakan bagi penggunannya. Dalam kontesk ini media harus praktis, ekonomis, mudah untuk di gunakan (user friendly).

2. Penggunaan Media di Luar Kelas

Seperti yang telah di singgung di atas, terdapat media yang penggunaannya di luar situasi kelas. Dalam hal ini media tidak secara langsung di kendalikan oleh guru, namun di gunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan oleh orang tua siswa. Penggunaan media pembelajaran di luar situasi kelas dapat di bedakan dalam dua kelompok utama, yaitu penggunaan media tidak terprogram dan penggunaan media secara terprogram.

a. Penggunaan Media Tidak Terprogram.

Bentuk penggunaan media dapat terjadi di masyarakat luas. Hal ini ada kaitannya dengan keberadaan media massa yang ada di masyarakat, misalnya televisi, radio, penggunaan film melalui CD/DVD ROM, penggunaan media ini bersifat bebas yaitu bahwa media itu di gunakan tanpa di kontrol atau di awasi dan tidak terprogram sesuai tuntutan kurikulum yang diberikan oleh guru atau sekolah.

Pembuat media mendistribusikan program media tersebut di masyarakat, baik dengan cara di perjual belikan maupun di distribusikan secara bebas dengan harapan media itu akan di gunakan orang dan cukup efektif untuk mencapai tujuan tertentu.

Pemakai media dalam menggunakannya menurut kebutuhan masing-masing. Biasanya mereka menggunakannya secara perorangan. Dalam menggunakan media ini mereka tidak di tuntut untuk mencapai tingkat pemahaman tertentu.

Mereka juga tidak diharapkan untuk memberikan umpan balik kepada siapapun dan juga tidak perlu mengikuti tes atau ujian. Sehingga penggunaan media di dasarkan atas inisiatif sendiri tanpa di suruh oleh pihak sekolah, medianya pun dapat di peroleh di mana saja, misalnya di toko buku, supermarket, pameran pendidikan, dan lain-lain.

b. Penggunaan Media Secara Terprogram

Penggunaan media ini di lakukan dalam suatu rangkaian kegiatan yang di atur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu di sesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Bila media itu berupa media pembelajaran, peserta didik (audience) diorganisasikan dengan baik hingga mereka dapat menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan mengikuti pola belajar mengajar tertentu. Biasanya siswa diatur dalam kelompok-kelompok belajar.

Setiap kelompok diketuai oleh pimpinan kelompok dan di supervisi oleh seorang tutor. Sebelum memanfaatkan media, tujuan pembelajaran yang akan di capai di bahas atau ditentukan terlebih dahulu.

Kemudian mereka dapat belajar dari media tersebut secara berkelompok atau secara perorangan. Anggota kelompok di harapkan dapat berinteraksi baik dalam di skusi maupun dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah, memperdalam pemahaman atau penyelesaian tugas-tugas tertentu. 

Hasil belajar mereka di evaluasi secara teratur. Untuk keperluan evaluasi ini pembuat program media perlu menyediakan alat evaluasi tersebut. Pelaksanaan evaluasi di atur oleh para tutor menggunakan kunci jawaban yang telah di sediakan oleh pembuat program.

Strategi Penggunaan Media Pembelajaran

K. Strategi Penggunaan Media Pembelajaran Berdasarkan Varian

Dilihat dari variasi penggunaannya, media dapat di gunakan baik secara perorangan, kelompok atau siswa dalam jumlah yang sangat banyak.

  1. Bentuk media yang di gunakan secara perorangan (Individual Learning) perlu di lengkapi tape Recorder, Proyektor Film Bingkai, earphone, layar kecil dan sebagainya.
  2. Media yang di gunakan secara berkelompok (Big Group) berupa kelompok kecil dengan jumlah 2 sampai 8 atau kelompok besar berjumlah 9 sampai 40 orang
  3. Media yang di gunakan secara Massal. Biasanya melalui Media Pemancar seperti Radio, Televisi atau di gunakan dalam ruang  yang besar seperti film 35 mm.

Baca Juga

Demikian,
semoga ada manfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index