Literasi Numerasi : Pengertian, Prinsip, Indikator dan Pentingnya Literasi Numerasi

Strategi Meningkatkan Literasi Numerasi di Sekolah

HermanAnis.com – Teman-teman semua, dalam kesempatan ini kita akan membahas salah satu jenis literasi yaitu, Literasi Numerasi. Seperti halnya dengan literasi membaca, literasi numerasi juga merupakan keterampilan umum dan mendasar.

Baca juga: Penyebab Rendahnya Literasi di Indonesia

Studi Programme for International Student Assessment (PISA) bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem pendidikan dalam perspektif internasional dengan berfokus pada hasil asesmen terhadap literasi sains, literasi numerasi (matematika), dan Literasi Membaca.

Memahami karakteristik soal literasi membaca dan literasi numerasi adalah elemen kunci dari Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Asesmen Kompetensi Minimum adalah bentuk penilaian yang di gunakan untuk mengukur keterampilan minimum yang di miliki oleh peserta didik.

AKM bertujuan untuk memberikan dorongan yang lebih kuat untuk pembelajaran inovatif dan untuk mengembangkan pemikiran daripada menghafal.

Sebagaimana di ketahui bahwa AKM ini merupakan pengganti Ujian Nasional (UN). Dalam AKM kualifikasi minimal yang di maksud meliputi kemampuan berdiskusi dengan bahasa (literasi), kemampuan berdiskusi dengan matematik (numerasi), dan peningkatan pembentukan kepribadian.

Selain itu dalam pelaksanaannya, AKM tidak lagi di lakukan berdasarkan perolehan materi kurikulum yang di terapkan dalam ujian nasional (UN). Atau, penilaian tidak di dasarkan pada mata pelajaran atau kemahiran materi kurikulum yang di terapkan dalam ujian nasional, tetapi pada pemetaan dua kemampuan minimum peserta didik yaitu literasi dan numerasi.

Baca Juga: Komponen Instrumen AKM

A. Pengertian Literasi Numerasi

Literasi bukan hanya kemampuan membaca, tetapi juga kemampuan menganalisis bacaan dan memahami konsep di balik tulisan tersebut. Kekuatan numerasi di sisi lain, berarti kemampuan untuk menganalisis menggunakan angka.

Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk

  1. menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan
  2. menganalisis informasi yang di tampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.)
  3. menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.

Secara sederhana, numerasi dapat di artikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi hitung di dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara dan kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita.

Kemampuan ini di tunjukkan dengan kenyamanan terhadap bilangan dan cakap menggunakan keterampilan matematika secara praktis untuk memenuhi tuntutan kehidupan.

Sehingga, kemampuan ini juga merujuk pada apresiasi dan pemahaman informasi yang di nyatakan secara matematis, misalnya grafik, bagan, dan tabel.

Baca Juga: Permasalahan Pedagogik, Literasi dan Numerasi

1. Apa beda literasi dengan numerasi?

Literasi dan numerasi merupakan keterampilan fundamental yang berbeda dalam pembelajaran. Literasi merujuk pada kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, memahami, dan menganalisis teks tertulis dan lisan. Selain itu, literasi ini juga meliputi kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi.

Sementara itu, numerasi merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan, dan memanipulasi angka. Ini meliputi kemampuan untuk melakukan operasi aritmatika dasar, memecahkan masalah matematika, dan menggunakan data dalam konteks yang relevan.

Secara umum, literasi dan numerasi saling melengkapi dalam pembelajaran. Keterampilan literasi dapat membantu siswa memahami informasi yang di jelaskan dalam bentuk teks, sementara keterampilan numerasi membantu siswa memahami dan memanipulasi data dan informasi numerik dalam konteks tertentu.

Keduanya sangat penting untuk di pelajari dan di perkuat dalam pembelajaran, dan pendidik dapat menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang berfokus pada pembangunan keterampilan literasi dan numerasi untuk membantu siswa mencapai kesuksesan akademis dan personal.

2. Perbedaan Numerasi dengan Matematika

Numerasi tidaklah sama dengan kompetensi matematika. Keduanya berlandaskan pada pengetahuan dan keterampilan yang sama, tetapi perbedaannya terletak pada pemberdayaan pengetahuan dan keterampilan tersebut.

Pengetahuan matematika saja tidak membuat seseorang memiliki kemampuan numerasi. Numerasi mencakup keterampilan mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi real sehari-hari, saat permasalahannya sering kali tidak terstruktur (unstructured), memiliki banyak cara penyelesaian, atau bahkan tidak ada penyelesaian yang tuntas, serta berhubungan dengan faktor nonmatematis.

Sebagai contoh, seorang peserta didik belajar bagaimana membagi bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya. Ketika bilangan yang pertama tidak habis di bagi, maka akan ada sisa.

Biasanya peserta didik di ajarkan untuk menuliskan hasil bagi dengan sisa, lalu mereka juga belajar menyatakan hasil bagi dalam bentuk desimal. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, hasil bagi yang presisi (dengan desimal) sering kali tidak di perlukan sehingga sering kali di lakukan pembulatan.

Secara matematis, kaidah pembulatan ke bawah di lakukan jika nilai desimalnya lebih kecil daripada 5, pembulatan ke atas jika nilai desimalnya lebih besar daripada 5, dan pembulatan ke atas atau ke bawah bisa di lakukan jika nilai desimalnya 5.

Namun, dalam konteks real, kaidah itu tidaklah selalu dapat di terapkan. Contohnya, jika 40 orang yang akan bertamasya di angkut dengan minibus yang memuat 12 orang, secara matematis minibus yang di butuhkan untuk memuat semua orang itu adalah 3,333333.

Jumlah itu tentu tidak masuk akal sehingga di bulatkan ke bawah menjadi 3 minibus. Akan tetapi, jika sebuah tempat duduk hanya boleh di duduki oleh satu orang saja, artinya ada 4 orang tidak mendapatkan tempat duduk.

Oleh karena itu, jumlah minibus yang seharusnya di pesan adalah 4 buah. Perlu di cermati bahwa numerasi membutuhkan pengetahuan matematika yang di pelajari dalam kurikulum. Akan tetapi, pembelajaran matematika itu sendiri belum tentu menumbuhkan kemampuan numerasi.

3. Pentingnya Literasi Numerasi

Menurut Andreas Schleicher dari OECD, kemampuan numerasi yang baik merupakan proteksi terbaik terhadap angka pengangguran, penghasilan yang rendah, dan kesehatan yang buruk. Keterampilan numerasi dibutuhkan dalam semua aspek kehidupan, baik di rumah, di pekerjaan, maupun di masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari, ketika berbelanja atau merencanakan liburan, meminjam uang dari bank untuk memulai usaha atau membangun rumah, semuanya membutuhkan numerasi. Selain itu, dalam kehidupan bermasyarakat, kita perlu memahami informasi-informasi, misalnya, mengenai kesehatan dan kebersihan.

Dalam kehidupan bernegara, informasi mengenai ekonomi dan politik tidak dapat di hindari. Semua informasi tersebut biasanya di nyatakan dalam bentuk numerik atau grafik. Untuk membuat keputusan yang tepat, mau tidak mau kita harus bisa memahami numerasi.

Kemampuan literasi secara umum dan literasi numerasi secara khusus tidak saja berdampak bagi individu, tetapi juga terhadap masyarakat serta bangsa dan negara. Kemampuan literasi memberikan kontribusi yang nyata terhadap pertumbuhan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan bagi individu atau masyarakat.

Dengan memiliki populasi yang dapat mengaplikasikan pemahaman matematika di dalam konteks ekonomi, teknik, sains, sosial, dan bidang lainnya, daya saing ketenagakerjaan dan kesejahteraan ekonomi akan meningkat.

4. Contoh literasi numerasi

Berikut adalah beberapa contoh keterampilan literasi numerasi:

  1. Membaca dan memahami grafik atau tabel data: Siswa dapat belajar membaca dan memahami grafik atau tabel data, seperti diagram lingkaran, tabel frekuensi, atau grafik garis. Ini akan membantu siswa memahami dan menginterpretasikan data numerik dengan lebih baik.
  2. Menulis esai argumentatif dengan menggunakan data numerik: Siswa dapat belajar menulis esai argumentatif yang di dukung oleh data numerik. Ini akan membantu siswa memahami bagaimana data dapat di gunakan untuk mendukung argumen tertentu, serta membantu mereka meningkatkan keterampilan menulis.
  3. Menghitung dan membandingkan harga: Siswa dapat belajar menghitung dan membandingkan harga produk atau jasa. Ini akan membantu siswa memahami bagaimana angka di gunakan dalam konteks keuangan sehari-hari.
  4. Menghitung peluang: Siswa dapat belajar menghitung peluang dalam berbagai situasi, seperti peluang suatu acara terjadi atau peluang menang dalam permainan. Ini akan membantu siswa memahami konsep probabilitas dan meningkatkan keterampilan matematika.
  5. Menganalisis berita keuangan: Siswa dapat belajar membaca dan menganalisis berita keuangan, seperti indeks saham atau nilai tukar mata uang. Ini akan membantu siswa memahami bagaimana data numerik di gunakan dalam konteks keuangan dan ekonomi.

Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana keterampilan literasi dan numerasi dapat di gabungkan dalam konteks pembelajaran yang berbeda. Dengan memadukan keterampilan literasi dan numerasi, siswa dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitar mereka dan meningkatkan keterampilan akademik dan personal mereka.

Baca Juga: Latihan Membuat Soal Asesmen Numerasi Tingkat SD

B. Tantangan dan Peluang

Bayangkan bila kita pergi ke pasar, membawa cukup uang, tetapi tidak tahu cara berhitung atau kita mempunyai sebidang lahan tanah yang subur, tetapi kita tidak tahu nilai tanahnya dan melepasnya begitu saja ketika ada yang menawarnya.

Di lain waktu, seorang kepala desa berpidato dan menyebutkan angka-angka yang bermacam-macam, mulai dari jumlah anak, jumlah lulusan, sampai dengan anggaran desa, tetapi kita tidak tahu dan tidak mengerti apa hubungan semua angka-angka itu dengan hidup kita dan pajak yang kita sudah bayar.

Semua contoh di atas hanya menunjukkan sebagian kecil peran literasi numerasi yang sangat terkait dengan pengambilan keputusan yang bijak dalam kehidupan kita. Namun, kita sering mengabaikannya. Tidak mengherankan bila kemudian kemampuan literasi numerasi Indonesia masih belum berkembang.

Hasil tes PISA (2015) dan TIMSS (2016), dua organisasi di bawah OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat bawah, bahkan di bawah Vietnam, sebuah negara kecil di Asia Tenggara yang baru saja merdeka. Hasil tes matematika yang diselenggarakan PISA antara Vietnam dan Indonesia terpaut sangat jauh. Vietnam mendapatkan nilai 495 (dengan nilai rata-rata 490), sedangkan Indonesia mendapatkan nilai.

Sementara itu, dari hasil TIMMS, Indonesia mendapatkan nilai 395 dari nilai rata-rata 500. Nilai tertinggi di dapatkan Singapura dengan nilai 618 (50% lebih tinggi daripada Indonesia).

Numerasi bukanlah sesuatu yang baru, yang di gagas oleh World Economic Forum atau OECD. Numerasi sudah muncul pada 1959 dalam laporan yang dibuat untuk Pemerintah Inggris (http://www.educationengland.org.uk/).

Pada 2006 UNESCO sudah mencantumkan keterampilan numerasi sebagai salah satu penentu kemajuan sebuah bangsa. Ketika kita menguasai numerasi, kita akan memiliki kepekaan terhadap numerasi itu sendiri (sense of numbers) dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Ketika kita mampu menerapkan kepekaan tersebut, kita akan menjadi bangsa yang kuat karena mampu memelihara dan mengelola sumber daya alam dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dari segi sumber daya manusia.

C. Prinsip Dasar & Ruang Lingkup Literasi Numerasi

Secara garis besar, literasi numerasi memiliki 3 prinsip dasar, yakni:

  1. Bersifat kontekstual, sesuai dengan kondisi geografis, sosial budaya, dan sebagainya;
  2. Selaras dengan cakupan matematika dalam Kurikulum 2013; dan
  3. Saling bergantung dan memperkaya unsur literasi lainnya

Sementara ruang lingkup Literasi Numerasi dalam bentuk struktur di berikan dalam diagram di bawah ini:

Literasi Numerasi : Pengertian, Prinsip, Indikator dan Pentingnya Literasi
Diagram Struktur Literasi Numerasi

Literasi Numerasi merupakan bagian dari matematika. Literasi ini bersifat praktis (di gunakan dalam kehidupan sehari-hari), berkaitan dengan kewarganegaraan (memahami isu-isu dalam komunitas), profesional (dalam pekerjaan), bersifat rekreasi (misalnya, memahami skor dalam olahraga dan permainan), dan kultural (sebagai bagian dari pengetahuan mendalam dan kebudayaan manusia madani).

Dari sini kita bisa melihat bahwa cakupan literasi numerasi sangat luas, tidak hanya di dalam mata pelajaran matematika, tetapi juga beririsan dengan literasi lainnya, misalnya, literasi kebudayaan dan kewarganegaraan.

Literasi numerasi merupakan bagian dari matematika, dalam hal komponen literasi numerasi diambil dari cakupan matematika di dalam Kurikulum 2013, seperti terlihat dalam tabel berikut ini.

NoKomponen Literasi NumerasiCakupan Matematika Kurikulum 2013
1Mengestimasi dan menghitung dengan bilangan bulatBilangan
2Menggunakan pecahan, desimal, persen, dan perbandinganBilangen
3Mengenali dan menggunakan pola dan relasBilangan dan aljabar
4Menggunakan penalaran spasialGeometri dan Pengukuran
5Menggunakan pengukuranGeometri dan Pengukuran
6Menginterpretasi informasi statistikPengolahan data
Tabel Komponen Literasi Numerasi dalam Cakupan Matematika Kurikulum 2013

D. Indikator untuk meningkatkan Literasi Numerasi

Berdasarkan lokasinya, indikator yang menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan Literasi Numerasi dapat di petakan berdasarkan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

1. Indikator untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Sekolah

Base Kelas

  1. Jumlah pelatihan guru matematika dan nonmatematika;
  2. Banyaknya atau jumlah pembelajaran matematika berbasis permasalahan dan pembelajaran matematika berbasis proyek;
  3. Jumlah pembelajaran nonmatematika yang melibatkan unsur literasi numerasi;
  4. Nilai matematika peserta didik; dan
  5. Nilai matematika dalam PISA/TIMSS/INAP.

Budaya Sekolah

  1. Jumlah dan variasi buku literasi numerasi;
  2. Frekuensi peminjaman buku literasi numerasi;
  3. Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi;
  4. Akses situs daring yang berhubungan dengan literasi numerasi;
  5. Jumlah kegiatan bulan literasi numerasi;
  6. Alokasi dana untuk literasi numerasi;
  7. Adanya tim literasi sekolah; dan
  8. Adanya kebijakan sekolah mengenai literasi numerasi.

Basis Masyarakat

  1. Jumlah ruang publik di lingkungan sekolah untuk literasi numerasi;
  2. Banyaknya atau jumlah keterlibatan orang tua di dalam tim literasi sekolah; dan
  3. Jumlah sharing session oleh publik mengenai literasi numerasi

2. Indikator untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Keluarga

3 Indikator yang menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Keluarga di antaranya adalah:

  1. Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki setiap keluarga;
  2. Peningkatan frekuensi pemanfaatan bahan bacaan literasi numerasi; dan
  3. Peningkatan frekuensi kesempatan (opportunity, bukan chance) anak mengaplikasikan numerasi dalam kehidupan sehari-hari.

3. Indikator untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat

4 Indikator yang menunjukkan adanya upaya untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat di antaranya adalah:

  1. Jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki fasilitas publik;
  2. Peningkatan frekuensi pemanfaatan bahan bacaan literasi numerasi;
  3. Peningkatan kecakapan penggunaan data numerasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat (contoh: dalam pemanfaatan anggaran desa); dan
  4. Jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi (contoh: grafik frekuensi peminjaman buku di perpustakaan).

E. Literasi dan numerasi dalam pembelajaran

Keterampilan Literasi dan numerasi merupakan keterampilan fundamental dalam pembelajaran. Literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, memahami, dan menganalisis teks tertulis dan lisan. Literasi juga meliputi kemampuan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi.

Numerasi adalah kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan memanipulasi angka. Ini meliputi kemampuan untuk melakukan operasi aritmatika dasar, memecahkan masalah matematika, dan menggunakan data dalam konteks yang relevan.

Dalam pembelajaran, kedua keterampilan ini sangat penting untuk dipelajari dan diperkuat. Kemampuan literasi dan numerasi yang kuat dapat membantu siswa dalam mengakses informasi, memahami dan mengevaluasi berbagai jenis teks, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa, pendidik dapat menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran yang berfokus pada pembangunan keterampilan ini, seperti memberikan latihan berulang, memberikan umpan balik yang spesifik, dan membangun koneksi antara konsep dan keterampilan yang berbeda.

Selain itu, pendidik dapat menggunakan teknologi dan sumber daya digital untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka, seperti menggunakan aplikasi matematika atau membaca e-book.

F. Literasi numerasi di sekolah

Literasi dan numerasi merupakan keterampilan penting yang harus dipelajari oleh siswa di sekolah. Pendidik di sekolah memiliki peran penting dalam membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka.

Berikut ini adalah beberapa cara pendidik dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi di sekolah:

  1. Menyediakan bahan bacaan dan sumber daya matematika yang memadai: Pendidik dapat menyediakan berbagai jenis bahan bacaan dan sumber daya matematika yang sesuai dengan tingkat keterampilan dan minat siswa. Bahan-bahan ini dapat mencakup buku teks, majalah, artikel, sumber daya digital, atau perangkat lunak matematika.
  2. Mendorong siswa untuk membaca dan menulis secara aktif: Pendidik dapat mendorong siswa untuk membaca dan menulis secara aktif dengan memberikan tugas yang menantang dan memerlukan pemikiran kritis. Tugas-tugas ini dapat mencakup menulis esai, menulis ulasan buku, atau membaca artikel dan membuat ringkasan.
  3. Menyediakan latihan yang berulang dan umpan balik yang spesifik: Pendidik dapat menyediakan latihan yang berulang dan memberikan umpan balik yang spesifik untuk membantu siswa memperbaiki keterampilan literasi dan numerasi mereka. Latihan-latihan ini dapat mencakup soal latihan matematika atau membaca dan menafsirkan teks tertulis.
  4. Menggunakan teknologi dan sumber daya digital: Pendidik dapat menggunakan teknologi dan sumber daya digital untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka. Ini dapat mencakup aplikasi matematika, sumber daya pembelajaran daring, atau e-book.
  5. Membangun koneksi antara keterampilan literasi dan numerasi: Pendidik dapat membantu siswa membangun koneksi antara keterampilan literasi dan numerasi dengan menunjukkan bagaimana keterampilan-keterampilan ini saling terkait dalam konteks kehidupan sehari-hari.

Dalam menjalankan strategi-strategi ini, pendidik dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka di sekolah, yang akan membantu mereka dalam mencapai kesuksesan akademis dan personal di masa depan.

1. Literasi numerasi di TK/PAUD

Literasi numerasi di PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) bertujuan untuk membantu anak-anak mengembangkan pemahaman mereka tentang matematika melalui penggunaan permainan, aktivitas, dan interaksi sosial. Berikut adalah beberapa contoh strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan literasi numerasi di PAUD:

  1. Pengenalan bilangan dan angka: Pengajar dapat membantu anak-anak mengenali angka dan bilangan melalui aktivitas yang menyenangkan dan interaktif. Misalnya, anak-anak dapat belajar menghitung melalui penggunaan permainan puzzle dan balok kayu, atau melalui pengenalan konsep warna dan bentuk melalui kegiatan menggambar dan mewarnai.
  2. Permainan matematika: Pengajar dapat memanfaatkan permainan matematika yang menyenangkan dan interaktif untuk membantu anak-anak belajar tentang angka dan bilangan. Misalnya, anak-anak dapat belajar mengenali bentuk dan pola melalui permainan puzzle, atau belajar menghitung melalui permainan balok kayu atau blok konstruksi.
  3. Pengenalan ukuran dan pengukuran: Anak-anak dapat belajar tentang ukuran dan pengukuran melalui kegiatan praktis seperti membandingkan ukuran benda, mengukur panjang dan lebar benda, atau membandingkan berat benda dengan menggunakan timbangan.
  4. Pengenalan waktu: Anak-anak dapat belajar tentang waktu melalui pengenalan jam dan jam digital serta kegiatan praktis seperti mengatur waktu, membandingkan waktu, dan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu aktivitas.
  5. Pengenalan konsep matematika: Pengajar dapat membantu anak-anak memahami konsep matematika melalui kegiatan praktis seperti menghitung uang, membagi permen, atau membandingkan jumlah benda.

Dengan menggunakan strategi-strategi di atas, pengajar di PAUD dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan literasi dan numerasi mereka secara menyenangkan dan efektif. Hal ini akan membantu anak-anak membangun dasar yang kuat untuk pemahaman matematika dan persiapan yang baik untuk masa depan mereka di dunia pendidikan dan profesional.

2. Literasi numerasi di SD

Keterampilan literasi dan numerasi merupakan dasar penting yang harus dikuasai oleh siswa di SD. Guru di SD memainkan peran penting dalam membantu siswa mempelajari keterampilan literasi dan numerasi. Berikut adalah beberapa contoh aktivitas yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi di SD:

  1. Membaca dan menulis angka: Guru dapat mengajarkan siswa untuk membaca dan menulis angka secara benar. Hal ini dapat meliputi pengenalan angka dari 1-100, membandingkan angka, dan menulis angka dengan benar.
  2. Menggunakan pengukuran: Guru dapat menggunakan pengukuran dalam aktivitas sehari-hari seperti mengukur panjang, berat, dan kapasitas. Hal ini akan membantu siswa memahami konsep pengukuran dan meningkatkan keterampilan matematika mereka.
  3. Membaca dan menulis cerita sederhana: Guru dapat mengajarkan siswa untuk membaca dan menulis cerita sederhana. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi mereka dan meningkatkan kemampuan mereka untuk memahami struktur naratif.
  4. Menghitung dan membandingkan harga: Guru dapat menggunakan aktivitas seperti berbelanja atau membuat daftar belanjaan untuk membantu siswa memahami dan membandingkan harga. Hal ini akan membantu siswa memahami konsep harga dan keterampilan matematika.
  5. Menggunakan teknologi dan sumber daya digital: Guru dapat menggunakan sumber daya digital, seperti permainan matematika interaktif atau aplikasi pembelajaran literasi, untuk membantu siswa belajar dan meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka.

Dalam menjalankan strategi-strategi ini, guru di SD dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka, yang akan membantu mereka dalam mencapai kesuksesan akademis dan personal di masa depan.

3. Literasi numerasi di SMP

Keterampilan literasi dan numerasi merupakan keterampilan dasar yang sangat penting bagi siswa di SMP. Guru di SMP harus membantu siswa untuk terus meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka agar siswa dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitar mereka dan dapat bersaing dalam lingkungan akademik dan profesional yang semakin kompetitif. Berikut adalah beberapa contoh strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi di SMP:

  1. Membaca dan memahami teks yang kompleks: Guru dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan membaca mereka dengan memberikan bahan bacaan yang lebih kompleks, seperti artikel berita, esai, atau naskah drama. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan membaca dan pemahaman mereka.
  2. Menulis esai argumentatif dengan menggunakan data numerik: Guru dapat mengajarkan siswa untuk menulis esai argumentatif yang didukung oleh data numerik. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan menulis dan analitis mereka.
  3. Menganalisis data numerik: Guru dapat membantu siswa untuk belajar menganalisis data numerik menggunakan metode statistik sederhana, seperti median, rata-rata, dan mode. Hal ini akan membantu siswa memahami bagaimana data numerik dapat digunakan untuk memahami fenomena dunia nyata.
  4. Menggunakan aljabar: Guru dapat membantu siswa untuk mempelajari aljabar, seperti persamaan linear dan fungsi. Hal ini akan membantu siswa memahami konsep matematika yang lebih kompleks dan meningkatkan keterampilan matematika mereka.
  5. Membuat dan mempresentasikan data dalam bentuk grafik dan tabel: Guru dapat membantu siswa untuk mempelajari cara membuat grafik dan tabel untuk mempresentasikan data numerik secara visual. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan visualisasi dan presentasi mereka.

Strategi-strategi ini dapat membantu siswa di SMP meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka, yang akan membantu mereka dalam mencapai kesuksesan akademik dan profesional di masa depan.

4. Literasi numerasi di SMA

Di SMA, keterampilan literasi dan numerasi menjadi semakin kompleks dan penting karena siswa akan menghadapi ujian nasional dan mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, guru di SMA harus memastikan bahwa siswa memiliki keterampilan literasi dan numerasi yang kuat agar dapat bersaing dalam lingkungan akademik yang semakin kompetitif.

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi di SMA:

  1. Menganalisis teks akademik yang kompleks: Guru dapat membantu siswa untuk memahami teks akademik yang kompleks, seperti jurnal penelitian dan buku teks. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan membaca dan pemahaman mereka.
  2. Menulis esai akademik dengan menggunakan bukti numerik: Guru dapat mengajarkan siswa untuk menulis esai akademik yang didukung oleh bukti numerik. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan menulis dan analitis mereka.
  3. Menganalisis data menggunakan statistik inferensial: Guru dapat membantu siswa mempelajari statistik inferensial, seperti uji hipotesis dan analisis regresi. Hal ini akan membantu siswa memahami cara menggunakan data numerik untuk membuat inferensi dan prediksi.
  4. Mempelajari kalkulus dan trigonometri: Guru dapat membantu siswa untuk mempelajari kalkulus dan trigonometri, yang merupakan konsep matematika yang lebih kompleks dan penting untuk studi di perguruan tinggi di bidang sains, teknologi, dan matematika. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan matematika mereka.
  5. Membuat dan mempresentasikan data dalam bentuk visualisasi yang kompleks: Guru dapat membantu siswa untuk mempelajari cara membuat dan mempresentasikan data dalam bentuk visualisasi yang lebih kompleks, seperti grafik tiga dimensi, diagram pohon, dan diagram Venn. Hal ini akan membantu siswa meningkatkan keterampilan visualisasi dan presentasi mereka.

Strategi-strategi ini dapat membantu siswa di SMA meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka, yang akan membantu mereka dalam mencapai kesuksesan akademik dan profesional di masa depan.

5. Literasi numerasi di Perguruan Tinggi

Di Perguruan Tinggi (PT), keterampilan literasi dan numerasi menjadi semakin penting karena siswa akan mempelajari disiplin ilmu yang lebih kompleks dan canggih. Oleh karena itu, diperlukan upaya lebih lanjut dari pihak pengajar dan institusi pendidikan untuk meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi siswa. Berikut beberapa strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi di PT:

  1. Keterampilan membaca: Mahasiswa perlu memiliki keterampilan membaca yang kuat untuk memahami literatur akademik yang kompleks. Pengajar dapat membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan membaca dengan memilih bahan bacaan yang relevan dengan disiplin ilmu mereka dan mengajarkan strategi membaca yang efektif.
  2. Keterampilan menulis: Mahasiswa perlu memiliki keterampilan menulis yang kuat untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas. Pengajar dapat membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan menulis dengan memberikan umpan balik yang konstruktif dan mengajarkan struktur penulisan yang efektif.
  3. Keterampilan analitis: Mahasiswa perlu memiliki keterampilan analitis yang kuat untuk memahami data numerik dan membuat kesimpulan yang tepat. Pengajar dapat membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan analitis dengan mengajarkan teknik analisis statistik dan matematika yang efektif.
  4. Keterampilan komunikasi: Mahasiswa perlu memiliki keterampilan komunikasi yang kuat untuk berinteraksi dengan dosen, rekan sekelas, dan mitra bisnis di masa depan. Pengajar dapat membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan komunikasi dengan memberikan kesempatan untuk berbicara di depan umum dan mengajarkan strategi presentasi yang efektif.
  5. Keterampilan teknologi: Mahasiswa perlu memiliki keterampilan teknologi yang kuat untuk menggunakan perangkat lunak dan peralatan yang relevan dengan disiplin ilmu mereka. Pengajar dapat membantu mahasiswa meningkatkan keterampilan teknologi dengan mengajarkan teknik pemrograman dan penggunaan perangkat lunak khusus.

Strategi-strategi ini dapat membantu mahasiswa di Perguruan Tinggi meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka, yang akan membantu mereka dalam mencapai kesuksesan akademik dan profesional di masa depan.

Selain itu, institusi pendidikan perlu memberikan dukungan dan sumber daya yang memadai untuk memastikan bahwa mahasiswa memiliki akses ke bahan bacaan dan peralatan yang diperlukan untuk meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi mereka.

G. Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Sekolah

Sasaran Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Sekolah dengan basis kelas adalah:

  1. Meningkatnya jumlah pelatihan guru matematika dan nonmatematika;
  2. Meningketnya intensitas pemanfaatan dan penerapan numerasi dalam pembelajaran;
  3. Meningkatnya jumlah pembelajaran matematika berbasis permasalahan dan pembelajaran matematika berbasis proyek;
  4. Meningketnya jumlah pembelajaran nonmatematika yang melibatkan unsur literasi numerasi; dan
  5. Meningkatnya nilai matematika dalam PISA/TIMSS/INAP.

Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Sekolah dengan Basis Budaya Sekolah adalah:

  1. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi;
  2. Meningkotnya frekuensi peminjaman bahan bacaan literasi numerasi;
  3. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi numerasi di sekolah;
  4. Meningketnya jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi (contoh: grafik frekuensi peminjaman buku di perpustakaan);
  5. Adanya kebijakan sekolah mengenai literasi numerasi;
  6. Meningkatnya akses situs daring yang berhubungan dengan literasi numerasi;
  7. Tersedianya alokasi dana untuk literasi numerasi; dan
  8. Tersedianya tim literasi sekolah.

Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Sekolah dengan Basis Masyarakat adalah:

  1. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi numerasi di sekolah; dan
  2. Meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan literasi numerasi di sekolah.

H. 5 Strategi untuk meningkatkan Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah

Strategi utama Gerakan Literasi Numerasi Sekolah berupa Literasi Numerasi Lintas Kurikulum (Numeracy Across Curriculum), yaitu sebuah pendekatan penerapan numerasi secara konsisten dan menyeluruh di sekolah untuk mendukung pengembangan literasi ini bagi setiap peserta didik.

Kenyataan bahwa peserta didik sering kali tidak dapat menerapkan pengetahuan matematika mereka di bidang lain secara langsung menunjukkan adanya suatu kebutuhan bahwa semua pendidik perlu memfasilitasi proses tersebut. Keterampilan literasi numerasi secara eksplisit diajarkan di dalam mata pelajaran matematika, tetapi peserta didik diberikan berbagai kesempatan untuk menggunakan matematika di luar mata pelajaran matematika, di berbagai situasi.

Menggunakan keterampilan matematika lintas kurikulum memperkaya pembelajaran bidang studi lain dan memberikan kontribusi dalam memperluas dan memperdalam pemahaman numerasi. Selain melalui kurikulum, literasi numerasi juga dimunculkan di dalam lingkungan sekolah oleh staf nonguru atau melalui kegiatan-kegiatan rutin yang terjadi di sekolah, yang memberikan kesempatan nyata bagi peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan literasi ini mereka, misalnya, membuat anggaran untuk berbagai kegiatan sekolah yang sudah dilaksanakan secara rutin.

5 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Sekolah secara lengkap diuraikan sebagai berikut:

  1. Penguatan Kapasitas Fasilitator
  2. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
  3. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar
  4. Peningkatan Pelibatan Publik
  5. Penguatan Tata Kelola

I. Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Keluarga

Sasaran Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat adalah:Literasi Numerasi di keluarga adalah:

  1. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi yang dimiliki setiap keluarga;
  2. Meningketnya frekuensi membaca bahan bacaan literasi numerasi dalam keluarga setiap harinya;
  3. Meningkatnya jumlah bahan bacaan literasi numerasi yang dibaca oleh anggota keluarga;
  4. Meningkatnyi jumlah frekuensi kesempatan anak mengaplikasikan numerasi dalam kehidupan sehari-hari; dan
  5. Meningkatnya jumlah pelatihan literasi numerasi yang aplikatif dan berdampak pada keluarga.

1. 5 Strategi Gerakan untuk meningkatkan Literasi di Keluarga

Literasi numerasi di keluarga bertujuan untuk melengkapi setiap anggota keluarga sehingga bergairah menerapkan kecakapan numerasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu strategi utama dalam Gerakan Literasi ini di Keluarga dapat dikembangkan melalui tiga hal sebagai berikut.

  1. Bentuk-bentuk pembiasaan yang dilakukan secara konsisten dalam keluarga;
  2. Penguatan keterampilan para orang dewasa (orang tua, asisten rumah tangga, dan lain-lain) dalam penerapan kecakapan numerasi; dan
  3. Tersedianya sumber-sumber pendukung yang menunjang, baik pembiasaan maupun keterampilan numerasi

5 Strategi Gerakan Literasi Numerasi di Keluarga secara lengkap diuraikan sebagai berikut:

a. Penguatan Kapasitas Fasilitator

  1. Pelatihan orang dewasa, misalnya, orang tua, asisten rumah tangga, atau orang dewasa lainnya yang mengasuh anak
    mengenai kompetensi numerasi dan cara-cara memasukkan unsur numerasi dalam kegiatan mereka sehari-hari bersama anggota keluarga di rumah.
  2. Pelatihan orang dewasa, misalnya orang tua, asisten rumah tangga, atau orang dewasa lainnya yang mengasuh anak untuk membuat alat peraga matematika dan permainan numerasi yang dapat dimainkan di rumah.
  3. Pengalokasian waktu tertentu dalam keluarga untuk melakukan aktivitas-aktivitas bersama yang berkaitan dengan numerasi, misalnya, sebagai berikut.
    • Mengaplikasikan numerasi dalam kegiatan sehari-hari di rumah;
    • Membaca resep masakan dan pengukuran tiap-tiap bahan;
    • Memperhatikan jarak dan waktu tempuh saat bepergian;
    • Membaca bahan bacaan yang berkaitan dengan numerasi;
    • Memperhatikan pola-pola numerasi pada benda-benda di sekitar;
    • Melibatkan anak dalam melakukan transaksi jual beli;
    • Bermain peran yang berkaitan dengan numerasi;
    • Memperhatikan dan menganalisis skor pertandingan olahraga;
    • Membuat alat-alat peraga numerasi dengan memanfaatkan alat dan bahan yang tersedia, misalnya, tutup galon, tutup botol, botol bekas, dan lain-lain;
    • Melakukan permainan (baik daring maupun luring) terkait numerasi; dan
    • Menggunakan ragam nominal uang dan mengkonversinya. Misalnya, 1 lembar uang kertas dengan nominal Rp2.000,00 sama dengan: 2 koin dengan nominal Rp1.000,00 atau 2 koin dengan nominal Rp 500,00 dan 5 koin dengan nominal Rp200,00

b. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

  1. Tersedianya buku bacaan yang berkaitan dengan literasi numerasi (fiksi, nonfiksi, dan referensi);
  2. Tersedianya bahan dan instruksi untuk membuat alat peraga matematika yang mudah dikerjakan; dan
  3. Pemanfaatan fasilitas di rumah untuk tampilan-tampilan literasi, misalnya, alat pengukuran tinggi badan, termometer suhu ruangan, dan nomor rumah yang menarik.
Literasi Numerasi : Pengertian, Prinsip, Indikator dan Pentingnya Literasi

c. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Belajar

  1. Penerjemahan bahan-bahan penunjang numerasi yang bermutu, misalnya, http://unesdoc.unesco.org/images/0023/002322/232253E.pdf atau http://letsplaymath.wordpress.com/2008/04/12/puzzlingpythagorean-pebbles/;
  2. Tersedianya buku-buku yang berkaitan dengan numerasi, baik buku bacaan fiksi, nonfiksi, cara mengajarkan numerasi,
    maupun cara membuat alat-alat peraga numerasi yang dibawa oleh Pustaka Keliling;
  3. Tersedianyi film-film singkat yang menarik, yang berkaitan dengan numerasi, misalnya, satu film pendek dari Jalan Sesama: https://www.youtube.com/watch?v=bbpFVqVaWUw atau https://www.youtube.com/watch?v=1uEzUzxY1Qo;
  4. Tersedianya situs-situs pembelajaran numerasi untuk keluarga, misalnya, http://www.figurethis.org/index.html.
    http://letsplaymath.wordpress.com/;
  5. Tersedianyi fasilitas atau tampilan-tampilan numerasi di ruang publik yang mendorong keluarga untuk bermain numerasi seperti pada gambar berikut.

d. Peningkatan Pelibatan Publik

  1. Kegiatan masyarakat memasukkan unsur numerasi (misalnya, pada lomba 17 Agustus); dan
  2. Menyelenggarakan kegiatan keluarga yang berhubungan dengan numerasi (berkolaborasi dengan keluarga dan masyarakat).

e. Penguatan Tata Kelola

  1. Pengalokasian anggaran keluarga dalam pembelian bahan bacaan keluarga berbasis dan bermuatan numerasi; dan
  2. Memanfaatkan unsur numerasi dalam aturan atau kesepakatan keluarga, misalnya, tabel/jadwal kegiatan atau tugas harian anggota keluarga di rumah dan pembuatan daftar pengeluaran anak dalam satu bulan.

J. Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat

Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat bertujuan untuk

  1. Meningkatkan jumlah dan variasi bahan bacaan literasi yang dimiliki fasilitas publik;
  2. Meningkatkan frekuensi membaca bahan bacaan literasi numerasi setiap hari;
  3. Meningkatkan jumlah partisipasi aktif komunitas, lembaga, atau instansi dalam penyediaan bahan bacaan literasi numerasi;
  4. Meningkatkan jumlah fasilitas publik yang mendukung literasi ini;
  5. Meningkatkan jumlah kegiatan literasi ini yang ada di masyarakat;
  6. Meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan literasi ini;
  7. Meningkatkan kecakapan penggunaan data numerasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada masyarakat (misalnya, dalam pemanfaatan anggaran desa);
  8. Meningkatkan jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi (misalnya, informasi harga kebutuhan pokok di ruang publik); dan
  9. Meningkatkan jumlah pelatihan literasi ini yang aplikatif dan berdampak pada masyarakat.

K. 5 Strategi Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat

5 Strategi Gerakan untuk meningkatkan Literasi Numerasi di Masyarakat secara lengkap diuraikan sebagai berikut:

1. Penguatan Kapasitas Fasilitator

  1. Penyebaran materi kampanye numerasi dalam bentuk infografis, videografis, leaflet, dan tayangan iklan masyarakat pada media massa. Materi kampanye ini dapat mencakup manfaat penting numerasi pada kehidupan sehari-hari, alternatif kegiatan numerasi yang relevan dengan kegiatan masyarakat dengan profesi/dari kalangan tertentu, dan lain-lain. Kampanye numerasi dapat dilakukan oleh lembaga pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau pelaku dunia usaha dan industri (DUDI).
  2. Tersedianya modul-modul pelatihan dan penyuluhan berbasis numerasi untuk berbagai kalangan profesi dan elemen
    masyarakat, misalnya, pelatihan pemantauan dan pencatatan pengukuran tumbuh kembang anak untuk pegiat posyandu, penyuluhan pengukuran lahan untuk warga desa, dan lain-lain. Modul-modul pelatihan dapat dibuat oleh lembaga pemerintahan, komunitas profesi yang relevan, perguruan tinggi, atau pelaku DUDI dengan tugas dan fungsi yang relevan.
  3. Terselenggaranya pelatihan penulis, kelompok kerja guru, dan pegiat literasi untuk membuat bahan bacaan berbasis numerasi. Pelatihan ini dapat diselenggarakan oleh komunitas penulis, perguruan tinggi, atau penerbit buku.
  4. Terselenggaranya pelatihan oleh komunitas penulis, penerbit, atau perguruan tinggi untuk pegiat literasi yang bergiat dalam PKBM dan TBM dalam membuat bahan bacaan bermuatan numerasi dan menciptakan kegiatan-kegiatan berbasis numerasi untuk anggota masyarakat yang didampingi.
  5. Pelatihan staf perpustakaan desa oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk menciptakan kegiatan-kegiatan berbasis numerasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat desa.
  6. Pelatihen staf kantor pemerintahan, seperti kantor kelurahan dan kecamatan, kantor pelayanan kesehatan, seperti puskesmas dan lain-lain oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan perguruan tinggi untuk dapat menyajikan informasi publik menggunakan data numerik secara menarik dan efektif.
  7. Pelatihan anggota masyarakat yang bergiat dan berhimpun dalam perkumpulan, seperti kelompok arisan, posyandu,
    kelompok pengusaha kecil dan menengah, kelompok buruh, dan lain-lain oleh lembaga pemerintah, pelaku bisnis, dan
    perguruan tinggi dengan materi kegiatan berbasis numerasi yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka.

2. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu

  • Pembuatan desain ruang publik/fasilitas umum bertema unsur numerasi (contoh: penggunaan angka-angka secara menarik di RPTRA Baung, Pasar Minggu, Jakarta, dan zebra cross bertema numerik di Jalan Merdeka, Bandung).
  • Peningkatan penggunaan data-data numerik dalam iklan komersial untuk memperkuat informasi tentang fakta tertentu, misalnya, data statistik tentang perkembangan penderita penyakit tertentu.
  • Peningkatan pemaparan informasi publik dalam data numerik, misalnya, pemanfaatan papan statistik informasi di kantor kelurahan, kecamatan, perpustakaan desa, instansi pemerintahan lainnya, pasar, jalan, serta fasilitas umum
    dan sosial lain untuk meningkatkan pemahaman numerasi masyarakat. Data statistik juga disajikan secara komunikatif dan disosialisasikan pada musrenbangdes, dan sebagainya.

3. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta Didik

  1. Peningkatan jumlah wahana bertemakan matematika dan sains (contoh: Taman Pintar di Yogyakarta, Puspa Iptek di Bandung, dan Yayasan Simetri di Serpong).
  2. Adanya muatan numerasi dalam kegiatan-kegiatan rutin di masyarakat, misalnya, lomba untuk memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia.
  3. Peningkatan akses masyarakat terhadap pusat sumber belajar, seperti PKBM, TBM, perpustakaan desa, dan lain-lain. Pusat sumber belajar ini terus didorong untuk bersikap proaktif mendekatkan bahan bacaan, terutama yang bermuatan numerasi kepada masyarakat. Misalnya, menggelar bahan bacaan pada kegiatan car free day, musyawarah desa, dan kegiatan-kegiatan lain.
  4. Tersedianya bahan bacaan numerasi dan permainan (board games) di ruang pelayanan publik, seperti puskesmas, klinik, kantor kelurahan, kecamatan, kantor dinas kependudukan, dan lain-lain.
  5. Tersosialisasikannya sumber-sumber belajar daring tentang numerasi sebagai inspirasi kegiatan berbasis numerasi.
    Beberapa di antaranya sebagai berikut.
    • www.nala.ie (Numeracy for Adult Learners)
    • Referensi yang memuat kegiatan numerasi fungsional yang praktis dan aplikatif untuk kehidupan sehari-hari.
    • www.skillsforlifenetwork.com
    • Kumpulan leaflet bagi guru, tutor, dan fasilitator masyarakat untuk mengajarkan numerasi kepada orang dewasa.

4. Peningkatan Pelibatan Publik

  1. Pelibatan pelaku dunia usaha dan industri (DUDI) untuk meningkatkan jumlah sumber belajar bermuatan numerasi.
    Misalnya, memberikan inspirasi kepada penerbit buku untuk memproduksi buku-buku cerita menarik bertema numerasi; meminta CSR perusahaan untuk mendukung pembuatan fasilitas umum dan fasilitas sosial bertema numerasi, serta sarana informasi untuk menyampaikan data numerik untuk pelayanan publik.
  2. Meningkatan partisipasi pelaku DUDI untuk mendukung pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan taman, fasilitas umum/sosial, serta museum sains yang memasukkan elemen numerik dan sarana untuk meningkatkan kesadaran serta kecakapan numerasi publik.
  3. Pelibatan perguruan tinggi dalam program-program penelitian dan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan jumlah sarana dan fasilitas pendukung bermuatan numerasi, serta untuk mengembangkan kesadaran dan kecakapan numerasi masyarakat.
  4. Pelibatan anggota masyarakat dalam merencanakan kegiatan numerasi yang relevan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka sehari-hari. Misalnya, memahami informasi yang terkait dengan harga bahan kebutuhan pokok, pengukuran lahan untuk pencatatan hak milik, pencatatan data numerik yang terkait dengan identitas pribadi untuk kepentingan administratif (misalnya, data waktu kelahiran anggota keluarga).
  5. Pembudayaan sosialisasi informasi menggunakan data numerik, misalnya, nama jalan beserta nomor bangunan untuk informasi alamat dan lokasi tertentu (selain petunjuk arah mata angin yang lazim di gunakan oleh sebagian kalangan masyarakat).
  6. Tersajikannya data numerik dalam kegiatan-kegiatan publik. Misalnya, pemandu acara menyajikan informasi-informasi yang berkaitan dengan numerasi dan menggunakan data numerik terkait sebuah kejadian.
  7. Pelibatan pelaku bisnis dalam pembuatan materi edukasi di media cetak, layar kaca, misalnya, dalam bentuk program
    televisi untuk anak, remaja, dan orang dewasa yang bermuatan numerasi.
  8. Pelibatan pelaku bisnis untuk melibatkan muatan numerasi dalam kegiatan penyuluhan publik. Contohnya, poster,
    infografis, videografis tentang strategi melakukan transaksi jual beli dengan efektif, cara menakar obat sebelum dikonsumsi, menakar pupuk untuk tanaman, pakan ternak, dan lain-lain. Materi kampanye ini disediakan di tempat yang mudah di akses publik, misalnya, apotek, puskesmas, koperasi, dan lain-lain.

5. Penguatan Tata Kelola

  1. Pengalokasian anggaran khusus dalam dana desa dan dana pendampingan masyarakat untuk pengembangan materi, bahan bacaan, dan kegiatan masyarakat yang berbasis dan bermuatan numerasi.
  2. Penguatan jaringan dan kerja sama antarunsur pusat belajar dalam masyarakat, misalnya, PKBM, TBM, perpustakaan daerah, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), institusi pemerintahan lain, universitas, serta institusi pendidikan lain dalam masyarakat.
  3. Peningkatan kapasitas pegiat literasi dan staf pemerintahan dalam mengelola dana dan perencanaan kegiatan literasi secara baik dan efektif.
  4. Peningkatan peran anggota masyarakat dalam proses perencanaan dan pengawasan penggunaan dana desa untuk kegiatan-kegiatan yang langsung di rasakan manfaatnya oleh warga desa.

L. Kesimpulan

Literasi numerasi merupakan kecakapan hidup abad XXI yang meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan taraf hidup sehingga menentukan kemajuan sebuah bangsa.

Strategi peningkatan kecakapan numerasi perlu di lakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh warga sekolah, keluarga, dan semua komponen masyarakat.

Strategi ini perlu di rumuskan bersama dan di sesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat yang beragam.

Sumber Utama

Teringat yg pernah terkirim,

Mengingat apapun tentangnya membuatku tersenyum. Harumnya telah menghilang, bahkan di saat aku belum mengendusnya. Malam ini aku menemukannya dalam keadaan yg berbeda….

Terima kasih telah membaca artikel ini
semoga ada manfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index