HermanAnis.com – Teman-teman semua, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang topik apersepsi dalam pembelajaran, fokus bahasan kita adalah contoh apersepsi dalam pembelajaran hukum newton. Sebelum kita membahas contoh-contoh apersepsi hukum newton tentang gerak, kita perlu pahami apa itu apersepsi? Mari kita mulai!
Baca Juga: Contoh Apersepsi dalam Pembelajaran Hukum Archimedes
A. Apersepsi dalam pembelajaran hukum newton
Dalam pembelajaran hukum Newton, apersepsi mengacu pada konsep pemahaman atau pengalaman sebelumnya yang di miliki oleh siswa dan di gunakan sebagai dasar untuk memahami dan mempelajari konsep hukum Newton. Apersepsi adalah keterkaitan antara pengetahuan baru yang akan di pelajari dengan pengetahuan yang telah ada sebelumnya dalam pikiran siswa.
Dalam konteks hukum Newton, apersepsi dapat terjadi ketika siswa menghubungkan konsep-konsep baru yang di ajarkan dalam hukum gerak Newton (misalnya, hukum pertama Newton tentang inersia, hukum kedua Newton tentang gaya, dan hukum ketiga Newton tentang tindakan dan reaksi) dengan pengalaman sehari-hari mereka atau pengetahuan sebelumnya tentang gerak benda.
Misalnya, seorang siswa yang pernah mengalami dorongan ketika mendorong kereta dorong di taman dapat menggunakan pengalaman tersebut sebagai apersepsi untuk memahami hukum kedua Newton tentang hubungan antara gaya, massa, dan percepatan. Pengalaman tersebut dapat membantu siswa mengaitkan konsep gaya dengan perubahan kecepatan benda yang di hasilkan oleh gaya tersebut.
Dalam pembelajaran hukum Newton, guru dapat merangsang apersepsi siswa dengan mengaitkan konsep-konsep baru dengan pengalaman nyata, eksperimen, atau contoh kasus yang relevan. Dengan membangun hubungan antara pengetahuan sebelumnya dan konsep-konsep baru, siswa dapat lebih mudah memahami dan menginternalisasi hukum Newton.
Baca juga: Contoh Apersepsi pada materi Besaran, Satuan dan Pengukurannya
1. Pengertian apersepsi menurut ahli
Apersepsi adalah konsep yang berasal dari bidang psikologi dan pendidikan. Ini merujuk pada proses penghubungan informasi baru dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah ada dalam pikiran individu. Pengertian ini di kemukakan oleh beberapa pakar dalam bidang psikologi dan pendidikan.
Salah satu sumber yang dapat di jadikan referensi adalah buku “Psikologi Pendidikan” karya John W. Santrock. Dalam buku ini, Santrock mendefinisikan apersepsi sebagai “proses penghubungan atau pengaitan antara pengalaman belajar baru dengan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang telah ada sebelumnya dalam pikiran individu” (Santrock, 2008).
Melalui teori belajar yang dikenal sebagai Teori Pembelajaran Signifikatif, Ausubel menyatakan bahwa apersepsi adalah “proses penerimaan, interpretasi, dan integrasi baru informasi dengan struktur pengetahuan yang ada dalam pikiran individu” (Ausubel, 1968).
Dalam konteks pendidikan, apersepsi memiliki peran penting dalam membantu siswa memahami dan mengaitkan materi baru dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Dengan mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran siswa, apersepsi dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih baik, menghubungkan konsep-konsep baru dengan yang sudah di kenal, dan meningkatkan retensi informasi.
Kesimpulannya, apersepsi adalah proses penghubungan atau pengaitan antara informasi baru dengan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang telah ada sebelumnya dalam pikiran individu. Konsep ini merupakan bagian dari bidang psikologi dan pendidikan, yang memainkan peran penting dalam memfasilitasi pemahaman, menghubungkan konsep baru dengan yang sudah di kenal, dan meningkatkan retensi informasi.
Dalam rangka meningkatkan apersepsi, guru dapat menggunakan pendahuluan, perkenalan, atau cerita yang relevan dengan topik yang akan di pelajari. Dengan demikian, siswa akan lebih siap untuk menerima dan memahami informasi baru dengan menghubungkannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.
Dalam praktiknya, pemahaman konsep apersepsi dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran dan membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam mempelajari materi baru.
Sumber:
- Santrock, J. W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.
- Ausubel, D. P. (1968). Educational psychology: A cognitive view. Holt, Rinehart & Winston.
2. Pentingnya apersepsi dalam pembelajaran
Pemberian apersepsi dalam pembelajaran memiliki beberapa pentingan yang signifikan. Berikut adalah penjelasan mengenai pentingnya memberikan apersepsi dalam pembelajaran beserta sumbernya:
a. Memanfaatkan pengetahuan awal siswa
Apersepsi memungkinkan guru untuk memanfaatkan pengetahuan, pengalaman, dan pemahaman yang sudah di miliki oleh siswa sebelumnya. Dengan menghubungkan materi baru dengan pengetahuan yang sudah ada, siswa dapat membangun hubungan yang lebih kuat dan pemahaman yang lebih dalam tentang konsep yang sedang di pelajari.
Menurut Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2016), memberikan apersepsi dalam pembelajaran dapat membantu siswa mengaitkan konsep baru dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah di miliki, sehingga membantu mereka memahami materi dengan lebih baik.
b. Meningkatkan minat dan motivasi belajar
Apersepsi yang menarik dan relevan dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Saat siswa dapat melihat keterkaitan antara materi baru dengan pengalaman mereka, mereka akan merasa lebih terlibat dan bersemangat dalam mempelajari konsep tersebut.
Dalam buku “Psychology of Learning for Instruction” yang di tulis oleh Marcy P. Driscoll, di jelaskan bahwa apersepsi yang efektif dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa karena mereka dapat melihat relevansi dan manfaat dari apa yang sedang mereka pelajari.
c. Membantu transfer pembelajaran
Apersepsi memungkinkan siswa untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang telah di pelajari dalam situasi baru dan kontekstual yang berbeda. Dengan menghubungkan materi baru dengan pengetahuan sebelumnya, siswa dapat lebih mudah mengaplikasikan konsep yang di pelajari ke dalam situasi dunia nyata.
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Meredith J. Greene dan Mark A. Derry pada tahun 2005, dalam buku “What Is Cognitive Load Theory? Exploring the Influence of Different Forms of Affective Arousal on the Process of Constructivist Learning”, di temukan bahwa memberikan apersepsi yang tepat dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan dan keterampilan dari satu konteks ke konteks lain.
Sumber:
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2016). Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti: Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
- Driscoll, M. P. (2017). Psychology of Learning for Instruction. Boston: Pearson.
- Greene, M. J., & Derry, S. J. (2005). What Is Cognitive Load Theory? Exploring the Influence of Different Forms of Affective Arousal on the Process of Constructivist Learning. In J. P. Mestre (Ed.), Transfer of Learning: From a Modern Multidisciplinary Perspective (pp. 173-204). Information Age Publishing.
3. Pembelajaran hukum newton 1, 2 dan 3
Pembelajaran Hukum Newton 1, 2, dan 3 merupakan proses pembelajaran yang membahas prinsip-prinsip dasar fisika yang ditemukan oleh Isaac Newton. Berikut penjelasan singkat tentang masing-masing hukum Newton beserta sumbernya:
a. Hukum Newton Pertama (Hukum Inersia):
Hukum Newton Pertama menyatakan bahwa sebuah benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus dengan kecepatan konstan kecuali jika ada gaya yang bekerja padanya. Dalam hal ini, inersia adalah sifat benda untuk tetap dalam keadaan gerak atau diamnya kecuali ada gaya yang mempengaruhinya.
Sumber:
Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2014). Fundamentals of Physics. Hoboken, NJ: Wiley.
b. Hukum Newton Kedua (Hukum Gerak)
Hukum Newton Kedua menyatakan bahwa gaya yang bekerja pada suatu benda adalah hasil dari massa benda di kalikan dengan percepatannya. Dalam rumus matematis, hukum ini di nyatakan sebagai F = ma, di mana F adalah gaya, m adalah massa, dan a adalah percepatan.
Sumber:
Serway, R. A., Jewett, J. W., & Bennett, C. A. (2016). Physics for Scientists and Engineers. Boston, MA: Cengage Learning.
c. Hukum Newton Ketiga (Prinsip Aksi-Reaksi)
Hukum Newton Ketiga menyatakan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah. Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda lain, benda yang kedua juga memberikan gaya yang sama besarnya tapi berlawanan arah pada benda pertama.
Sumber:
Giancoli, D. C. (2018). Physics: Principles with Applications. Boston, MA: Pearson.
B. Contoh apersepsi dalam pembelajaran hukum newton
Berikut adalah contoh apersepsi dalam membelajarkan materi Hukum Newton yang dapat di ceritakan kepada siswa:
1. Contoh 1 – apersepsi hukum newton
“Saat ini kita akan mempelajari tentang Hukum Newton, yang merupakan prinsip-prinsip dasar dalam fisika yang telah membentuk dasar-dasar ilmu pengetahuan modern. Mari kita mulai dengan cerita sederhana.
Bayangkanlah Anda sedang mengendarai sepeda di jalanan yang sepi. Ketika Anda mendorong pedal, sepeda akan mulai bergerak maju. Ketika Anda berhenti mendorong pedal, sepeda akan berhenti bergerak dan akhirnya berhenti. Kenapa hal ini terjadi?
Nah, itu terjadi karena Hukum Newton Pertama, yang dikenal sebagai hukum inersia. Hukum inersia menyatakan bahwa sebuah benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap jika tidak ada gaya yang bekerja padanya. Jadi, saat Anda mendorong pedal sepeda, Anda memberikan gaya pada sepeda, dan sepeda mulai bergerak.
Sekarang, bayangkan situasi lain. Anda mengendarai sepeda dengan kecepatan konstan, dan tiba-tiba Anda menekan rem secara tiba-tiba. Apa yang terjadi? Sepeda akan melambat dan akhirnya berhenti.
Ketika Anda menekan rem, Anda memberikan gaya ke arah berlawanan dengan gerakan sepeda. Ini menghasilkan percepatan negatif pada sepeda dan menyebabkan sepeda melambat dan berhenti. Inilah yang tercermin dalam Hukum Newton Kedua, yang menyatakan bahwa gaya yang diberikan pada sebuah benda adalah hasil dari massa benda dikalikan dengan percepatannya. Jadi, semakin besar gaya yang Anda berikan, semakin besar pula percepatan yang dialami oleh sepeda.
Terakhir, bayangkanlah lagi bahwa Anda mengendarai sepeda dan tiba-tiba berbelok. Ketika Anda berbelok, tubuh Anda cenderung melawan perubahan arah gerakan dan bergerak keluar dari sepeda. Ini karena Hukum Newton Ketiga, yang menyatakan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar tapi berlawanan arah.
Jadi, ketika Anda mendorong tubuh Anda keluar dari sepeda, tubuh Anda memberikan gaya reaksi pada sepeda, sehingga menyebabkan sepeda berbelok. Inilah yang membuat kita tetap berada di sepeda saat berbelok.
Melalui cerita tersebut, diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep dasar Hukum Newton dengan lebih baik dan menghubungkannya dengan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.”
2. Contoh 2 – apersepsi nukum newton
Contoh Apersepsi Hukum Newton yang kedua, dapat Anda berikan dengan apa yang di lakukan Newton untuk menemukan hukumnya:
“Saudara-saudara, hari ini kita akan membahas tentang Hukum Newton, tetapi sebelum kita mulai, mari kita merenungkan sejenak tentang perjalanan yang di lakukan oleh Sir Isaac Newton untuk menemukan hukum-hukum ini.
Bayangkanlah zaman ketika Newton hidup, pada abad ke-17. Newton adalah seorang ilmuwan yang sangat berbakat dan penasaran. Salah satu momen penting dalam perjalanan Newton adalah ketika ia duduk di bawah pohon apel di kebunnya. Ketika itu, sebuah apel jatuh dan mengenai kepalanya. Apakah Anda pernah mendengar cerita ini?
Insiden dengan apel itu membuat Newton bertanya-tanya mengapa apel itu jatuh ke bawah, tidak ke samping atau ke atas. Ia menyadari bahwa ada kekuatan atau gaya yang bekerja pada apel itu, mendorongnya ke bawah. Itulah momen yang menginspirasi Newton untuk menggali lebih dalam dan memahami fenomena gerakan ini.
Newton melakukan banyak eksperimen dan pengamatan untuk menguji ide-idenya. Ia menggabungkan pengetahuan dari ilmuwan sebelumnya dan menciptakan kerangka kerja yang revolusioner dalam fisika. Dalam bukunya yang terkenal, “Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica”, Newton mengemukakan tiga hukum gerakan yang sekarang di kenal sebagai Hukum Newton.
Hukum pertama menjelaskan tentang inersia. Benda cenderung untuk tetap bergerak atau tetap diam, jika tidak ada gaya luar yang bekerja padanya. Hukum kedua menghubungkan gaya dengan percepatan dan memperkenalkan konsep massa. Sedangkan hukum ketiga menyatakan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang sama besar tapi berlawanan arah.
Jadi, ketika kita belajar tentang Hukum Newton hari ini, mari kita hargai dan menghormati perjalanan yang di lakukan Newton dalam menemukan hukum ini. Pikirkan tentang kerja keras, kreativitas, dan ketekunan yang ia miliki untuk mendorong batas pengetahuan manusia. Kita semua bisa terinspirasi oleh semangat dan dedikasi Newton saat mempelajari dan memahami konsep-konsep ini.”
C. Contoh apersepsi dalam pembelajaran terkait hukum newton 1, 2, dan 3
1. Contoh apersepsi dalam pembelajaran hukum newton 1
Berikut kami berikan contoh apersepsi dalam pembelajaran Hukum Newton Pertama:
“Guru memulai pelajaran tentang Hukum Newton Pertama dengan meminta siswa untuk membayangkan situasi di mana mereka berada di dalam mobil yang sedang berjalan dengan kecepatan konstan di jalan yang lurus. Guru bertanya kepada siswa, ‘Apa yang akan terjadi jika tiba-tiba mobil ini mengalami kerusakan pada mesinnya dan berhenti mendadak?’
Melalui pertanyaan ini, guru mengaktifkan pengetahuan dan pengalaman siswa tentang gerakan dan keadaan benda saat berada dalam kendaraan. Siswa dapat merenungkan situasi tersebut dan mulai membuat asumsi tentang apa yang akan terjadi. Beberapa siswa mungkin berpendapat bahwa mereka akan terdorong ke depan, sementara yang lain mungkin berpendapat bahwa mereka akan tetap di tempat.
Setelah siswa memberikan pendapat mereka, guru menjelaskan bahwa menurut Hukum Newton Pertama, juga di kenal sebagai hukum inersia, sebuah benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus dengan kecepatan tetap kecuali jika ada gaya yang bekerja padanya. Dalam contoh ini, ketika mobil tiba-tiba berhenti, tubuh siswa cenderung untuk tetap bergerak maju sejalan dengan kecepatan mobil sebelumnya, karena tubuh siswa memiliki inersia. Inersia adalah sifat benda untuk tetap pada keadaan gerak atau diamnya kecuali ada gaya yang mempengaruhinya.
Melalui contoh apersepsi ini, siswa dapat mengaitkan situasi dalam kehidupan nyata dengan konsep Hukum Newton Pertama. Mereka dapat memahami bahwa gerakan atau keadaan diam suatu benda tidak berubah kecuali ada gaya eksternal yang bekerja padanya. Ini membantu siswa membangun pemahaman awal yang kuat tentang konsep hukum inersia dalam Hukum Newton Pertama.”
2. Contoh apersepsi dalam pembelajaran hukum newton 2
Contoh apersepsi dalam pembelajaran Hukum Newton Kedua:
“Guru memulai pelajaran tentang Hukum Newton Kedua dengan memberikan siswa beberapa benda yang berbeda, seperti bola kecil, bola besar, dan karet gelang. Guru meminta siswa untuk memperhatikan perbedaan ukuran dan massa objek-objek tersebut.
Kemudian, guru meminta siswa untuk melakukan eksperimen sederhana dengan melempar bola kecil dan bola besar ke lantai secara bersamaan. Setelah itu, guru menanyakan kepada siswa, ‘Apa yang dapat kamu amati dari eksperimen ini?’
Melalui eksperimen ini, siswa dapat mengalami secara langsung perbedaan dalam respon yang mereka lihat. Siswa dapat mengamati bahwa bola besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai lantai daripada bola kecil. Beberapa siswa mungkin juga menyadari bahwa bola besar memiliki massa yang lebih besar daripada bola kecil.
Kemudian, guru menjelaskan bahwa menurut Hukum Newton Kedua, gaya yang di berikan pada sebuah benda adalah hasil dari massa benda di kalikan dengan percepatannya. Dengan kata lain, semakin besar massa suatu benda, semakin besar gaya yang di perlukan untuk memberikan percepatan yang sama. Ini menjelaskan mengapa bola besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai lantai karena memiliki massa yang lebih besar.
Melalui contoh apersepsi ini, siswa dapat mengaitkan pengalaman eksperimen langsung dengan konsep Hukum Newton Kedua. Mereka dapat memahami bahwa massa benda mempengaruhi gaya yang di perlukan untuk memberikan percepatan. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh pemahaman awal yang kuat tentang konsep Hukum Newton Kedua dan mengaitkannya dengan situasi dan objek-objek dalam kehidupan sehari-hari.”
3. Contoh apersepsi dalam pembelajaran hukum newton 3
Berikut ini adalah contoh apersepsi dalam pembelajaran Hukum Ketiga Newton:
Contoh: Melempar Bola
Siswa telah mempelajari Hukum Ketiga Newton yang menyatakan bahwa setiap tindakan memiliki reaksi yang sebanding. Dalam konteks ini, contoh apersepsi dapat dilakukan dengan melempar sebuah bola ke tembok.
Ketika siswa melempar bola ke tembok, bola akan menumbuk tembok dengan kekuatan tertentu. Siswa melihat bahwa bola tersebut memantul kembali dengan kekuatan yang sama dan arah yang berlawanan. Apersepsi terjadi ketika siswa menghubungkan pengalaman ini dengan Hukum Ketiga Newton.
Siswa menyadari bahwa ketika bola menumbuk tembok, tembok memberikan reaksi yang sama dan sebanding, yaitu memantulkan bola dengan kekuatan yang sama. Mereka menyadari bahwa jika tembok memberikan reaksi yang lebih kecil daripada kekuatan yang mereka berikan saat melempar bola, bola tidak akan memantul kembali sejauh itu.
Melalui pengalaman ini, siswa memperoleh apersepsi tentang Hukum Ketiga Newton, yaitu bahwa setiap tindakan memiliki reaksi yang sebanding dan berlawanan arah. Dengan menggunakan apersepsi ini, guru dapat memperkuat pemahaman siswa tentang Hukum Ketiga Newton melalui penjelasan lebih lanjut, diskusi, dan contoh-contoh lain yang relevan.
Jika Anda menganggap tulisan ini bermanfaat, sudilah kiranya meninggalkan komentar. Komentar Anda sangat berati bagi kami. Terima kasih.
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.