Bagaimana Cara Bertanya yang Baik?

Bagaimana Cara Bertanya yang Baik?

HermanAnis.com – Pada bagian ini kita akan membahas tentang cara bertanya yang baik atau seninya orang bertanya?. Hal ini penting, oleh karena pemikiran, ide, gagasan selalu di awali dari pertanyaan-pertanyaan. Kalau orang tidak bertanya, menerima saja apa yang terjadi disekitarnya, maka ilmu baru tidak akan lahir. Untuk itu maka kunci semuanya adalah di awali dengan pertanyaan-pertanyaan.

“Asking a Question is the simplest way of focusing thinking
-Edward de Bono

Kita awali pembahasan dengan beberapa Quotes tentang pertanyaaan.

A. Cara Bertanya yang Baik menurut ahli

Edward de Bono ini adalah Seorang Doktor, psikolog, penulis, filusuf, dan juga seorang konsultan. Beliaulah yang mempopulerkan istilah berpikir lateral, menulis buku yang berjudul enam topi berpikir. Selain itu, beliau memiliki gagasan agar di sekolah di ajarkan metode berpikir yang benar.

Bagaimana Cara Bertanya yang Baik?

Baca juga: Enam Topi Berpikir – Edward De Bono

Menurut de Bono, “Menanyakan sebuah pertanyaan adalah cara paling mudah untuk memfokuskan pemikiran”. Jadi jika Anda ingin fokus, coba bertanyalah. Bertanya itu di awali rasa ingin tahu, hal ini di sebabkan oleh karena pengetahuan sebelumnya di rasa belum memuaskan.

Jika anda paham isi suatu buku, buatlah rumusan pertanyaan yang anda ingin tau jawabannya, hal ini untuk membantu Anda memfokuskan pemikiran. Ini memudahkan Anda fokus.

“A Prudent question is one-half of wisdom”
-Francis Bacon

Francis Bacon merupakan tokoh yang memicu lahirnya modernitas di barat. Pertanyaan yang di susun secara serius, yang baik, yang hati-hati adalah setengahnya kebijaksanaan. Jalan menuju kebijaksanaan.

“The key to wisdom is this – constant and frequent questioning, for by doubting we are led to question, by questioning we arrive at the truth”
-Peter Abelard

Menurut Peter Abelard (seorang Filusuf) kunci dari kebijaksanaan itu adalah bertanya secara kontiniu dan berulang-ulang. Semakin banyak pertanyaan maka wawasan kita semakin luas. Dengan meragukan sesuatu kita akan terbawa pada pertanyaan, dan dengan memerptanyakannya kita akan menuju pada kebenaran.


“Judge a man buy his Questions Rather than his Answer”
-Voltaire

Menurut Voltaire, Nilailah seseorang melalui pertanyaan-pertanyaannya, bukan dari jawaban-jawabannya. Melalui pertanyaan yang di ajukannya, kita dapat melihat tipe orang itu seperti apa.

The important thing is not stop Questioning”
-Albert Einstein

Sedeangkan menurut Einstein, hal yang paling penting adalah untuk tidak berhenti bertanya. Bertanyalah terus, nanti akan lahir Einstein-einstein baru, orang-orang pintar baru yang banyak.

Beberapa quote ini, sepertinya cukup untuk memperovokasi kita pentingnya pertanyaan dalam menuntut ilmu. Siapa yang ingin mengubah dunia kuncinya ilmu.

Baca juga: Contoh Laporan Studi Kasus

B. Hikmah pertanyaan dala Al-Quran

Beberapa hikmah “pertanyaan” dalam Al-Quran, setidaknya ada tiga mode atau jenis pertanyaan, di antaranya yakni:

  • Orang yang bertanya adalah orang yang sadar bahwa dirinya tidak tau. Ini akan menjadi awal lahirnya ilmu. Bertanyalah, kepada orang-orang orang yang paham jika kalian tidak paham. Imam Al-Ghozali membagi 4 klasifikasi manusia:
    1. Orang yang tau bahwa dirinya tau. Kita harus berguru pada orang yang seperti ini. Orang pintar yang sadar dirinya pintar. Dia paham dirinya paham. Sehingga dapat memberi banyak manfaat kepada sesama.
    2. Orang pintar yang tidak sadar dirinya pintar. Model ini seperti orang tidur, untuk itu mari kita bangunkan, kita ajak untuk memberikan konstribusi lebih pada masyarakat. Sebenarnya ilmunya tinggi, hanya saja dia tidak sadar akan nilai dirinya, sehingga manfaatnya kurang besar.
    3. Orang yang tau dirinya tidak tau. Model yang ini sadar dirinya tidak mengerti. Sehingga orang seperti ini biasanya bersifat terbuka, mau belajar. Orang seperti ini mampu melahirkan pertanyaan secara kreatif, oleh karena sadar dirinya tidak tau.
    4. Orang yang tidak tau dirinya tidak tau. Model seperti ini biasanya tidak sadar kalau dirinya tidak mengerti. Biasanya orang seperti ini jika di ingatkan akan marah, oleh karena merasa benar.
  • Pertanyaan adalah bukti dari perhatian dan tanggung jawab. Contohnya pertanyaan orang tua kepada anaknya, dari guru kepada muridnya, ini semua merupakan pertanyaan yang menunjukkan perhatian dan tanggung jawab. Bahkan dari Allah SWT kepada hamba-Nya. Pertanyaan ini merupakan wujud dari mendidik, kasih sayang, perhatian, dan tanggung jawab.
  • Pertanyaan yang sifatnya nasehat. Contohnya apa kita akan kembali kezaman jahiliah, pertanyaan seperti ini adalah nasehat. Atau, pertanyaan Rasulullah Muhammad SAW, taukah kalian orang-orang yang merugi?

Fokus kita dalam bahasan berikutnya adalah ke jenis pertanyaan pertama, yakni bagaimana cara bertanya yang baik dan benar. Pertama-tama kita pahami dulu fungsi dari pertanyaan.

Bagaimana Cara Bertanya yang Baik?

Baca Juga: Bagaimana Ciri Ciri Pertanyaan yang Baik?

C. Fungsi Pertanyaan

Jika ada yang bertanya, apa sih fungsi dari pertanyaan? Setidaknya ada tujuh fungsi dari pertanyaan di antaranya adalah:

  1. Untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan baru,
  2. Menguji kapasitas pengetahuan seseorang,
  3. Untuk membangkitkan rasa ingin tau dan minat intelektual,
  4. Mendorong berpikir karena pertanyaan yang baik membantu seseorang untuk menemukan jawaban yang baik pula,
  5. Untuk mengembangkan kemampuan dan kebiasaan menilai,
  6. Menjamin pengorganisasian dan pemahaman terhadap sesuatu secara tepat, dan
  7. Untuk mengarahkan perhatian kepada unsur-unsur penting dalam suatu permasalahan.

D. 4 Level Pertanyaan

Berikutnya kita bahas level pertanyaan. 4 level pertanyaan ini di mulai dari perntanyaan level informatif, interpretive, level kritis dan level kreatif. Level ini di mulai dari yang dasar sampai pertanyaan yang mendalam.

1. Pertanyaan Level Informatif.

Biasa pertanyaannya bentuknya What, Where, When, apa ini, apa itu? Itu informatif sifatnya. Isi Jawabnya adalah informasi. Ini merupakan level dasar, namun bukan berarti rendah. Meskipun levelnya sederhana, namun penting sebagai bekal untuk masuk pada pertanyaan lebih mendalam. Contoh “Kapan pandemi Covid-19 bermula”?

2. Pertanyaan Level Interpretive.

Level ini pertanyaan level pemahaman. Level ini mempertanyakan makna atau pemahaman orang. Misalnya bertanya lebih dalam, Mengapa terjadi pandemi, pandemi seperti ini kira-kira bermanfaat atau berbahaya? atau mana yang kita utamakan dalam pandemi sekarang, kestabilan ekonomi atau kesehatan? Jawabannya bisa macam-macam, setiap orang punya argumen sendiri-sendiri.

3. Pertanyaan Level Kritis.

Level ini menguji ketepatan-ketepatan jawaban yang sudah di berikan sebelumnya. Misalnya, di era pandemi sekarang ini kestabilan ekonomi diutamakan/diperjuangkan, sedangkan kesehatan tidak menjadi fokus. Jawaban ini kemudian dikritisi dengan argumen yang rasional.

Meletakkan jawaban, menguji jawaban, mencari relevansi jawaban, sesuai porsi dan proporsinya, ini pertanyaan kritis. Pada level ini, bukan hanya bertanya tapi juga mempertanyakan jawaban, bekalnya harus memiliki informasi yang cukup dan pemahaman yang cukup.

4. Pertanyaan Level Kreatif.

Ini merupakan lanjutan level pertanyaan kritis. Level ini merupakan kemampuan bertanya untuk melahirkan jawaban-jawaban yang baru. Bertanya yang kemungkinan jawabannya baru dan original.

E. 9 Hal Pokok yang Perlu dipernyatakan

Selanjutnya, hal lain yang perlu di perhatikan tentang cara bertanya yang baik selanjutnya adalah titik-titik yang bisa kita pertanyakan secara kritis filosofis, setidaknya ada sembilan titik yakni:

1. Clarity (Kejelasan)

Kadang-kadang jika orang bicara, ada yang kurang jelas, tanykanlah! Misalnya, Coba eloborasi lebih jauh, bisakah anda memberi saya contoh, kira-kira contoh konkretnya apa, coba beri ilustrasi yang anda maksud itu bagaimana?

Jika anda mahasiswa, anda dapat menyakan Pak mohon di jelaskan lagi bagian ini?, Pak, bisa berikan contoh yang lebih konkret?

2. Accuracy. (Ketepatan).

Itu sumbernya dari mana? bagaimana cara membuktikan benar atau salahnya? Apa buktinya? Menanyakan akurasi ketepatannya.

3. Precision (Ketelitian)

Kadang-kadang orang bicara terlalu melebar keman-mana. Tidak Spesifik, boleh di tanyakan presisinya. Mohon maaf pak, bisa lebih spesifik? Pastinya seperti apa pak? tepatnya seperti apa sih pak? Dari tadi bapak bicara sudah mutar-mutar, intinya apa pak?

4. Relevance (Kesesuainnya)

Relevansi itu kesesuaian. Contohnya, yang bapak jelaskan dari tadi itu hubungannya apa dengan topik kuliah kita? Hubungannnya apa? Gunanya apa?

5. Depth (Kedalaman)

Pertanyaan yang menggali masalah semakin mendalam. Kira-kira masalah ini berbungan dengan problem apa saja? Kesulitan-kesulitas apa saja yang harus kita lewati untuk menyelesaikan masalah ini? Kalau kita ikuti saran bapak, kira-kira problem apa saja yang akan kita hadapi?

6. Breadth (Keluasan)

Menambah pespektif. Contohnya, Kalo dari pespektif bapak seperti itu, kalau dari perspektif lain bagaimana? Biasanya ketika ada diskusi yang mengudang politikus, pengacara, kyai, ahli filsafat, akademisi, maka yang di kejar adalah keluasan dari berbagai bidang.

7. Logic (Logika)

Mempertanyakan prosesnnya, dasarnya, atau logikanya. Mempertnyakan koherensi berpikirnya.

8. Significance (Nilai Pentingnya)

Mempertanyakan mana yang paling penting. Kita harus fokus pada bagian yang mana pak?

9. Fairness (Objektivitas)

Mempertanyakan atau menguji adanya bias. Bapak berpendapat seperti itu apa karena bapak satu organisasi dengan beliau?

Baca Juga: Adab Bertanya dalam Forum

F. Mentalitas Penanya dalam Cara Bertanya yang Baik

Sebelum kita bertanya terlebih dahulu kita bereskan dulu mentalitas kita, mentalitas yang perlu kita bereskan adalah:

  1. Aware (Kesadaran). Apa yang aku tuju, apa yang aku cari?
  2. Breathe (Mengambil Nafas). Apakah aku perlu berhenti sebentar, melihat secara lebih objektif?
  3. Curiosity (Rasa Ingin Tau). Apakah aku punya semya fakta yang dibutuhkan? Apa yang sebenarnya terjadi?
  4. Chose (Pilih). Putuskan mau tanya tentang apa.

G. Hal yang perlu di pertimbangkan sebelum menjawab pertanyaan

Sebelum kita menjawab pertanyaan, pertanyakan dulu dalam diri anda tentang enam hal yakni,

  1. Apakah harus segera aku jawab atau bisa di tunda atau tidak perlu aku jawab?
  2. Apekah sesuai dengan bidang pengetahuan yang aku dalami selama ini?
  3. Apakah aku tau jawabannya?
  4. Apekah aku harus mencari rujukan dulu?
  5. Apakah aku harus mendiskusikan dulu dengan oranglain yang berkaitan?
  6. Apekah aku harus melakukan observasi dulu?

H. Proses Ideal dalam Cara Bertanya yang Baik

Bagaimana Cara Mengembangkan pertanyaan, dari proses bertanya sampai jadi ilmu.

  1. Question. Setelah bertanya akan ada jawaban-jawaban.
  2. Decision. Setelah ada jawaban ada keputusan memilih jawaban.
  3. Action. Setelah memutusakan kemudian melakukan sesuai dengan kebenaran jawaban yang di butuhkan.
  4. Result. Setelah action maka akan di peroleh hasil.
  5. Reflection. Hasil yang di peroleh kemudian dievaluasi. Melihat hasil yang di peroleh apakah tepat atau benar.

Kita tutup pembahasan ini dengan satu qoute,

Mistakes might not give you answers.
But they give you questions for a greater answer

Kesalahan-kesalahan menjawab mungkin tidak memberimu jawaban, tetapi memberimu pertanyaan-pertanayaan menuju jawaban yang lebih besar.

=Baca Juga=


Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca