Pembelajaran Mendalam (Deep Learning): Konsep, Landasan, Prinsip, dan Implementasi

pembelajaran mendalam (deep learning)
close

Pendahuluan

Dunia pendidikan saat ini menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Peserta didik tidak cukup hanya dibekali kemampuan menghafal dan mengulang informasi, tetapi dituntut untuk memahami, menghubungkan, serta menerapkan pengetahuan dalam kehidupan nyata. Di sinilah pembelajaran mendalam (deep learning) hadir sebagai paradigma baru yang relevan dengan kebutuhan abad ke-21.

Baca juga: SN DIkti: Permen Dikti Nomor 39 Tahun 2025 Tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

Pendekatan ini berorientasi pada proses belajar yang lebih bermakna, reflektif, dan berkesadaran, sehingga siswa tidak hanya tahu apa, tetapi juga mengerti mengapa dan bagaimana sebuah konsep diterapkan. Dengan demikian, pembelajaran mendalam membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan kolaborasi yang penting untuk masa depan.

Baca juga: Pendidikan menurut John Dewey

Apa Itu Pembelajaran Mendalam?

Secara sederhana, pembelajaran mendalam adalah pendekatan belajar yang menekankan pemahaman konsep secara menyeluruh, integratif, dan kontekstual. Fokus utamanya bukan sekadar menyelesaikan soal atau menghafal materi, melainkan membangun hubungan antara pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.

Beberapa ciri utama pembelajaran mendalam antara lain:

  • Pemahaman konseptual yang kuat → siswa mampu menjelaskan ide inti, bukan hanya mengingat definisi.
  • Keterkaitan dengan kehidupan nyata → materi pelajaran dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari.
  • Berbasis refleksi → siswa diajak berpikir kritis atas proses belajar yang dialami.
  • Berkesadaran (mindful) → fokus pada kualitas proses, bukan hanya hasil akhir.
  • Menggembirakan → pembelajaran dirancang agar menyenangkan, sehingga memotivasi siswa untuk terus belajar.

👉 Baca juga: Deep Learning dan Penerapannya dalam Pembelajaran

Landasan Pembelajaran Mendalam

Setiap pendekatan pendidikan membutuhkan dasar yang kuat agar dapat diimplementasikan secara konsisten. Deep learning lahir dari kombinasi landasan filosofis, pedagogis, teoretis, sosiologis, dan yuridis. Kelima landasan ini saling melengkapi dalam memberikan arah, nilai, serta legitimasi terhadap praktik pendidikan di sekolah maupun perguruan tinggi.

Baca juga: Kumpulan Teori-teori Belajar

1. Landasan Filosofis dan Pedagogis

Landasan filosofis menekankan bahwa pembelajaran seharusnya tidak hanya memindahkan informasi dari guru ke siswa, tetapi juga membentuk manusia yang utuh. Filosofi humanisme, konstruktivisme, dan progresivisme menjadi pijakan utama.

  • Humanisme → menekankan pentingnya memanusiakan peserta didik, menghargai keberagaman, serta menumbuhkan potensi unik tiap individu.
  • Konstruktivisme → melihat bahwa pengetahuan dibangun melalui pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan.
  • Progresivisme → menekankan pembelajaran berbasis masalah nyata, sehingga siswa belajar untuk hidup, bukan sekadar untuk ujian.

Dari sisi pedagogis, pembelajaran mendalam menuntut guru untuk menjadi fasilitator sekaligus desainer pengalaman belajar, bukan hanya sebagai penyampai materi.

👉 Selengkapnya: Landasan Filosofis dan Pedagogis Pembelajaran Mendalam

2. Landasan Teoretis

Landasan ini merujuk pada teori-teori belajar yang mendukung pembelajaran mendalam. Misalnya:

  • Piaget → perkembangan kognitif siswa bertahap dan memerlukan pengalaman konkret.
  • Vygotsky → pentingnya interaksi sosial dan zone of proximal development.
  • Bloom → pembelajaran harus mengintegrasikan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
  • Taksonomi SOLO → kualitas pemahaman siswa bisa dilihat dari tingkat kompleksitas jawaban mereka.

Teori-teori tersebut menjadi dasar konseptual dalam merancang pembelajaran yang lebih bermakna.

👉 Selengkapnya: Landasan Teoretis Pembelajaran Mendalam

3. Landasan Sosiologis

Pendidikan tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial. Landasan sosiologis menekankan bahwa pembelajaran mendalam harus:

  • Menjawab kebutuhan masyarakat.
  • Membentuk siswa yang berkarakter sosial, kritis, dan peduli lingkungan.
  • Menghubungkan sekolah dengan realitas budaya, ekonomi, serta tantangan global.

Dengan kata lain, sekolah bukan sekadar ruang kelas, melainkan miniatur masyarakat.

👉 Selengkapnya: Landasan Sosiologis Pembelajaran Mendalam

4. Landasan Yuridis

Agar pembelajaran mendalam dapat diterapkan secara resmi, diperlukan legitimasi hukum. Dalam konteks Indonesia, hal ini tercermin pada:

  • UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional → menekankan pengembangan potensi peserta didik secara utuh.
  • Permendikbud dan kurikulum nasional → menegaskan pentingnya pembelajaran aktif, kreatif, dan berpusat pada peserta didik.
  • Profil Pelajar Pancasila → sebagai arah capaian karakter dan kompetensi siswa.

Landasan yuridis memberikan jaminan bahwa pembelajaran mendalam bukan sekadar tren, melainkan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.

👉 Selengkapnya: Landasan Yuridis Pembelajaran Mendalam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Mendalam

Agar pembelajaran mendalam dapat berjalan efektif, diperlukan prinsip dasar yang menjadi panduan bagi guru maupun siswa. Terdapat tiga prinsip utama, yaitu berkesadaran (mindful learning), bermakna (meaningful learning), dan menggembirakan (joyful learning). Ketiganya saling melengkapi dan membentuk ekosistem belajar yang sehat, produktif, dan berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang.

👉 Lihat pembahasan: Prinsip Pembelajaran Mendalam: Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan

1. Berkesadaran (Mindful Learning)

Prinsip pertama adalah berkesadaran, yaitu menghadirkan penuh perhatian dalam proses belajar. Dalam konteks ini, siswa tidak hanya mengerjakan tugas secara mekanis, tetapi benar-benar memahami tujuan, proses, dan makna dari aktivitas belajar.

Ciri pembelajaran yang berkesadaran antara lain:

  • Siswa fokus pada proses, bukan sekadar hasil akhir.
  • Guru mendorong refleksi kritis, misalnya melalui pertanyaan pemantik: Mengapa konsep ini penting? Bagaimana saya bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata?
  • Lingkungan kelas dirancang untuk meminimalkan distraksi, sehingga siswa mampu menghadirkan diri secara utuh dalam kegiatan belajar.

👉 Lihat pembahasan: Mindful Learning: Konsep, Manfaat, dan Cara Menerapkannya

2. Bermakna (Meaningful Learning)

Prinsip kedua adalah pembelajaran bermakna. Konsep ini menekankan bahwa pengetahuan baru harus dikaitkan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, sehingga tercipta pemahaman yang mendalam.

Menurut David Ausubel, belajar bermakna terjadi jika informasi baru terintegrasi dengan struktur kognitif siswa, bukan hanya dihafalkan. Misalnya, dalam fisika, siswa tidak hanya mengingat rumus percepatan, tetapi mampu menghubungkannya dengan fenomena sehari-hari seperti gerak kendaraan.

Ciri-ciri pembelajaran bermakna:

  • Materi pelajaran dikaitkan dengan pengalaman nyata.
  • Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban.
  • Guru menggunakan strategi inkuiri, problem-based learning, atau project-based learning.

👉 Baca juga: Meaningful Learning: Konsep, Implementasi, dan Tantangan

3. Menggembirakan (Joyful Learning)

Prinsip ketiga adalah menggembirakan, yang berarti pembelajaran harus dirancang agar menyenangkan dan memotivasi siswa. Pembelajaran yang penuh tekanan justru menghambat kreativitas dan daya kritis.

Strategi untuk menciptakan pembelajaran yang menggembirakan meliputi:

  • Menggunakan permainan edukatif atau simulasi.
  • Memberikan kebebasan bereksplorasi sesuai minat siswa.
  • Menyediakan ruang apresiasi, sehingga siswa merasa dihargai.
  • Menciptakan suasana kelas yang ramah, interaktif, dan bebas rasa takut.

Jika siswa merasa gembira, motivasi intrinsik mereka untuk belajar akan meningkat, sehingga pembelajaran mendalam dapat tercapai.

Kerangka Pembelajaran Mendalam

Pembelajaran mendalam tidak bisa hanya berhenti pada tataran konsep. Agar dapat diterapkan secara konsisten, dibutuhkan kerangka yang jelas sebagai acuan bagi pendidik, sekolah, maupun pembuat kebijakan.

Secara umum, kerangka pembelajaran mendalam mencakup empat komponen utama, yaitu: praktik pedagogis, lingkungan pembelajaran, teknologi digital, dan kemitraan. Keempatnya saling mendukung dalam menciptakan pengalaman belajar yang bermakna, kontekstual, dan berorientasi pada masa depan.

1. Praktik Pedagogis

Praktik pedagogis adalah inti dari pembelajaran mendalam. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, melainkan sebagai fasilitator, mentor, dan perancang pengalaman belajar.

Beberapa strategi pedagogis yang sesuai dengan pembelajaran mendalam antara lain:

  • Problem Based Learning (PBL) → siswa memecahkan masalah nyata sebagai titik awal pembelajaran.
  • Project Based Learning (PjBL) → siswa mengerjakan proyek kolaboratif yang relevan dengan kehidupan.
  • Inquiry Learning → siswa dilatih untuk menemukan jawaban melalui penyelidikan.
  • Blended Learning → menggabungkan pembelajaran tatap muka dan digital.

Praktik pedagogis ini mendorong keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, komunikasi, kreativitas, dan kolaborasi.

👉 Selengkapnya: Kerangka Pembelajaran Mendalam

2. Lingkungan Pembelajaran

Lingkungan pembelajaran tidak hanya terbatas pada ruang kelas, tetapi mencakup seluruh ekosistem belajar yang ditandai dengan:

  • Atmosfer inklusif → semua siswa merasa aman, dihargai, dan bebas berekspresi.
  • Budaya kolaborasi → siswa terbiasa bekerja sama, berbagi ide, dan menghargai perbedaan.
  • Ruang belajar fleksibel → pengaturan kelas mendukung diskusi, eksplorasi, dan kerja tim.
  • Keterhubungan dengan dunia nyata → pembelajaran tidak hanya teoritis, tetapi kontekstual dengan kehidupan masyarakat.

Dengan lingkungan belajar yang tepat, siswa terdorong untuk aktif dan terlibat secara mendalam.

3. Teknologi Digital

Di era digital, teknologi menjadi katalis penting dalam pembelajaran mendalam. Pemanfaatan teknologi tidak sekadar untuk menyajikan materi, tetapi juga memperluas akses, memperkaya pengalaman belajar, dan memungkinkan personalisasi pembelajaran.

Contoh penerapan teknologi digital dalam pembelajaran mendalam:

  • Learning Management System (LMS) → memfasilitasi akses materi, tugas, dan diskusi online.
  • Aplikasi kolaboratif seperti Google Workspace atau Microsoft Teams untuk kerja kelompok.
  • Multimedia interaktif untuk mendukung visualisasi konsep abstrak.
  • AI dalam pendidikan → memberikan asesmen adaptif dan rekomendasi pembelajaran personal.

Namun, penggunaan teknologi harus tetap didasarkan pada tujuan pedagogis, bukan sekadar tren.

4. Kemitraan

Pembelajaran mendalam membutuhkan keterlibatan berbagai pihak di luar sekolah. Kemitraan ini memastikan bahwa apa yang dipelajari siswa relevan dengan kebutuhan nyata.

Bentuk kemitraan yang dapat dibangun:

  • Orang tua → mendukung proses belajar di rumah.
  • Masyarakat → menyediakan konteks sosial dan budaya untuk pembelajaran.
  • Industri dan dunia kerja → memberi pengalaman nyata melalui magang, kunjungan, atau kolaborasi proyek.
  • Perguruan tinggi atau lembaga riset → memperkaya pembelajaran dengan perspektif ilmiah.

Dengan adanya kemitraan, sekolah tidak berjalan sendiri, melainkan menjadi bagian dari ekosistem pendidikan yang lebih luas.

Profil Lulusan dalam Pembelajaran Mendalam

Tujuan utama pembelajaran mendalam bukan hanya mencetak siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga membentuk profil lulusan yang utuh, berkarakter, dan relevan dengan tuntutan zaman. Profil ini sejalan dengan cita-cita pendidikan nasional, yakni mencetak manusia yang beriman, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat serta lingkungan.

Dalam kerangka pembelajaran mendalam, terdapat delapan dimensi profil lulusan yang perlu dikembangkan secara berimbang.

1. Dimensi Karakter

Lulusan memiliki kepribadian yang berlandaskan nilai moral, etika, dan spiritual. Karakter ini menjadi fondasi agar ilmu pengetahuan digunakan untuk kebaikan bersama, bukan sekadar kepentingan pribadi.

2. Dimensi Berpikir Kritis

Kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan mengambil keputusan berdasarkan data serta argumentasi yang rasional. Lulusan dengan keterampilan ini mampu membedakan informasi valid dengan hoaks, serta bijak dalam mengambil sikap.

3. Dimensi Kreativitas

Lulusan diharapkan mampu menciptakan ide baru, berinovasi, dan menghasilkan solusi kreatif atas permasalahan nyata. Kreativitas tidak hanya berlaku di bidang seni, tetapi juga dalam sains, teknologi, maupun kehidupan sehari-hari.

4. Dimensi Kolaborasi

Kemampuan bekerja sama dengan orang lain secara efektif, menghargai keberagaman, dan mencapai tujuan bersama. Lulusan yang kolaboratif tidak hanya kuat secara individual, tetapi juga bermanfaat bagi komunitasnya.

5. Dimensi Komunikasi

Lulusan harus mampu menyampaikan ide secara jelas, meyakinkan, dan sesuai konteks. Kemampuan komunikasi mencakup komunikasi lisan, tulisan, visual, maupun digital.

6. Dimensi Literasi Digital

Sejalan dengan perkembangan teknologi, lulusan dituntut memiliki literasi digital yang baik, yakni mampu menggunakan, menganalisis, serta memproduksi informasi melalui media digital secara bijak.

7. Dimensi Kemandirian

Lulusan yang mandiri mampu mengelola diri, mengambil keputusan, serta bertanggung jawab atas pilihan hidupnya. Sikap ini penting agar siswa tidak hanya bergantung pada orang lain, tetapi mampu menghadapi tantangan secara proaktif.

8. Dimensi Kepedulian Sosial dan Lingkungan

Pembelajaran mendalam menekankan pentingnya kepedulian terhadap isu-isu kemanusiaan, keberlanjutan lingkungan, serta peran aktif dalam masyarakat. Lulusan diharapkan menjadi agen perubahan yang membawa dampak positif.

👉 Selengkapnya: Delapan Dimensi Profil Lulusan dalam Pembelajaran Mendalam

Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam

Pembelajaran mendalam bukan hanya soal materi atau metode, tetapi juga bagaimana siswa mengalami proses belajar itu sendiri. Pengalaman belajar inilah yang menentukan apakah siswa benar-benar memahami sebuah konsep secara mendalam atau hanya sekadar menghafalnya.

Untuk menganalisis dan mengembangkan kualitas pengalaman belajar, digunakan dua kerangka penting, yaitu Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO (Structure of the Observed Learning Outcome). Integrasi keduanya membantu guru memahami sejauh mana siswa menguasai materi, sekaligus merancang pembelajaran yang lebih efektif.

1. Taksonomi Bloom

Taksonomi Bloom adalah kerangka yang mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam tiga ranah utama:

  • Kognitif → pengetahuan dan keterampilan berpikir.
  • Afektif → sikap, nilai, dan emosi.
  • Psikomotorik → keterampilan fisik dan teknis.

Dalam ranah kognitif, pembelajaran dapat bergerak dari tingkat rendah hingga tinggi: mengingat → memahami → menerapkan → menganalisis → mengevaluasi → mencipta.

Dalam pembelajaran mendalam, guru berfokus mendorong siswa ke level analisis, evaluasi, dan kreasi, bukan berhenti pada mengingat dan memahami.

2. Taksonomi SOLO

Berbeda dengan Bloom, Taksonomi SOLO menilai kualitas hasil belajar siswa berdasarkan kompleksitas jawaban mereka. Ada lima level utama:

  1. Pre-structural → jawaban tidak relevan atau salah paham.
  2. Uni-structural → hanya satu aspek sederhana yang dipahami.
  3. Multi-structural → memahami beberapa aspek, tapi belum terhubung.
  4. Relational → aspek-aspek sudah terhubung dalam suatu kerangka pemahaman.
  5. Extended Abstract → mampu menggeneralisasi dan mengaplikasikan konsep ke situasi baru.

Dengan kerangka ini, guru bisa menilai apakah pemahaman siswa benar-benar mendalam atau masih dangkal.

3. Integrasi Bloom dan SOLO dalam Pembelajaran Mendalam

Kedua taksonomi ini saling melengkapi:

  • Bloom membantu guru merancang tujuan pembelajaran (intended learning outcomes).
  • SOLO membantu menilai hasil belajar nyata siswa (observed learning outcomes).

Contoh penerapan dalam fisika:

  • Pada level Bloom analisis, siswa diminta menjelaskan perbedaan massa dan berat.
  • Hasil jawaban siswa kemudian dinilai dengan SOLO: apakah hanya sekadar menyebut definisi (uni-structural), atau mampu mengaitkan dengan fenomena nyata seperti perbedaan timbangan di bumi dan bulan (relational), bahkan menggeneralisasi ke konsep gravitasi di planet lain (extended abstract).
Tabel keterkaitan Taksonomi Bloom dan Taksonomi SOLO dalam Pembelajaran Mendalam

Dengan pendekatan ini, guru tidak hanya tahu siswa sudah belajar apa, tetapi juga sejauh mana kualitas pemahaman mereka.

👉 Selengkapnya: Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam: Integrasi Taksonomi SOLO dan Bloom

Implementasi Pembelajaran Mendalam

Teori, landasan, dan prinsip pembelajaran mendalam akan menjadi nyata hanya jika diimplementasikan dengan strategi yang tepat. Implementasi ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen, yang saling terhubung membentuk siklus pembelajaran.

👉 Selengkapnya: Implementasi Pembelajaran Mendalam: Strategi Perencanaan, Pelaksanaan, dan Asesmen Efektif

1. Perencanaan: Merancang RPP Berbasis Pembelajaran Mendalam

Perencanaan merupakan tahap krusial. Guru perlu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tidak hanya berorientasi pada target kognitif, tetapi juga pengembangan karakter, sikap, dan keterampilan.

Ciri RPP berbasis pembelajaran mendalam:

  • Tujuan pembelajaran kontekstual → tidak hanya menguasai materi, tapi juga mengaitkannya dengan kehidupan nyata.
  • Strategi aktif dan kolaboratif → seperti problem-based learning, project-based learning, atau inquiry learning.
  • Penilaian autentik → tidak sebatas ujian tertulis, tapi juga observasi, portofolio, dan refleksi.

📌 Contoh: RPP Pembelajaran Mendalam Fisika: Pengukuran Panjang dan Massa

2. Pelaksanaan: Menghidupkan Pembelajaran di Kelas

Pada tahap ini, guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Proses belajar dirancang agar siswa aktif membangun pemahaman melalui eksplorasi, diskusi, dan refleksi.

Strategi pelaksanaan pembelajaran mendalam meliputi:

  • Mengajukan pertanyaan pemantik yang mendorong berpikir kritis.
  • Mengintegrasikan pengalaman nyata agar materi tidak terlepas dari konteks kehidupan.
  • Menggunakan teknologi digital untuk memperkaya pengalaman belajar.
  • Memberikan ruang kolaborasi agar siswa terbiasa bekerja dalam tim.
  • Mendorong refleksi diri sehingga siswa menyadari proses belajar yang dialaminya.

3. Asesmen Pembelajaran Mendalam: Menilai Secara Autentik dan Komprehensif

Asesmen dalam pembelajaran mendalam tidak hanya menilai hasil akhir, tetapi juga proses belajar. Penilaian yang digunakan bersifat autentik, mencerminkan kemampuan siswa dalam kehidupan nyata.

Konsep asesmen lebih di kenal sebagai penilaian capaian belajar. Padahal fungsi asesmen tidak hanya itu. Asesmen juga dapat di gunakan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Fungsi asesmen selama ini lebih berorintasi pada asesmen sumatif dan assessment of learning (menilai hasil belajar). Hal ini mengakibatkan konsep asesmen assessment for learning dan assessment as learning (untuk pembelajaran) menjadi kurang di kenal.

Berikut beberapa jenis asesmen yang rsering digunakan dalam pembelajaran:

  • Asesmen formatif → dilakukan selama proses belajar untuk memberi umpan balik.
  • Asesmen sumatif → menilai capaian akhir, namun tetap berbasis pada unjuk kerja nyata.
  • Asesmen portofolio → mengumpulkan hasil kerja siswa sebagai bukti perkembangan.
  • Refleksi diri siswa → menilai kesadaran siswa terhadap proses belajar mereka sendiri.

Dengan asesmen komprehensif, guru dapat memastikan bahwa pembelajaran tidak berhenti pada hafalan, tetapi benar-benar mencapai pemahaman mendalam.

👉 Info selengkapnya: Kupas Tuntas Assessment of, Assessment for, dan Assessment as Learning

Deep Learning vs Machine Learning dalam Pendidikan

Selain dalam konteks pendidikan, istilah deep learning juga digunakan dalam kecerdasan buatan (AI). Penting membedakan antara deep learning dalam pendidikan dan teknologi machine learning agar tidak terjadi miskonsepsi.
👉 Baca selengkapnya: Perbedaan Deep Learning dan Machine Learning

Penutup

Kesimpulan

Pembelajaran mendalam adalah sebuah paradigma pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai pusat proses belajar, bukan sekadar objek penerima informasi. Ia berlandaskan pada aspek filosofis, teoretis, pedagogis, yuridis, dan sosiologis, serta terwujud melalui kerangka praktik pedagogis, pemanfaatan teknologi digital, lingkungan belajar yang mendukung, dan kemitraan antar pihak.

Melalui prinsip berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan, pembelajaran mendalam mendorong siswa untuk tidak hanya menguasai pengetahuan kognitif, tetapi juga mengembangkan karakter, keterampilan kolaborasi, serta kemampuan reflektif.

Implementasi pembelajaran mendalam mencakup tiga pilar utama:

  1. Perencanaan yang kontekstual dengan RPP berbasis pengalaman nyata.
  2. Pelaksanaan yang aktif melalui metode inkuiri, proyek, maupun problem-based learning.
  3. Asesmen autentik yang menilai proses sekaligus hasil belajar secara menyeluruh.

Dengan integrasi taksonomi Bloom dan SOLO, guru dapat memastikan bahwa capaian pembelajaran bergerak dari sekadar mengingat ke arah mencipta, dari pemahaman permukaan menuju pemahaman mendalam.

Arah Masa Depan Pembelajaran Mendalam

Ke depan, pembelajaran mendalam akan menjadi pondasi utama transformasi pendidikan di Indonesia. Ada beberapa hal yang perlu ditekankan:

  • Integrasi teknologi digital → AI, big data, dan platform pembelajaran adaptif akan memperluas ruang belajar siswa.
  • Kemitraan lintas sektor → sekolah, keluarga, masyarakat, dan dunia kerja harus terhubung untuk menciptakan ekosistem belajar yang berkesinambungan.
  • Asesmen berbasis kompetensi → lebih menekankan pada kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
  • Pendidikan berkelanjutan → siswa tidak hanya dipersiapkan untuk lulus ujian, tetapi juga untuk menghadapi tantangan kehidupan nyata di abad 21.

Jika dijalankan secara konsisten, pembelajaran mendalam bukan hanya strategi pendidikan, melainkan gerakan transformasi yang akan melahirkan generasi berkarakter, berdaya saing, dan mampu berkontribusi dalam pembangunan bangsa.

📖 Baca Juga:

Sumber rujukan:

  • Bahan Paparan Prof. Dr. Dinn Wahyudin, MA. PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING): Kajian Filosofi dan Teori Oleh . Bahan Diskusi “Deep Learning, dalam Pendidikan Era Digital “, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia, 17 Februari 2025.
  • Catherine McAuley College. What is deep learning?
  • OpenAI. (2025). ChatGPT conversation on deep learning in education. Retrieved from https://chat.openai.com

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca