Kisah Majnun dan Layla : Cerita Cinta Ketuhanan oleh Nizami Ganjavi

Kisah Majnun dan Layla Majnun, Cerita Cinta Ketuhanan oleh Nizami Ganjavi

HermanAnis.com. Kisah Majnun dan Layla, sebuah cerita cinta ketuhanan oleh Nizami Ganjavi. Cerita dan kisah ini sebenarnya sudah di kenal sebelum di tulis oleh Nizami, cerita ini sudah jadi cerita rakyat. Pada tulisan ini, kami akan disajikan bagaimana memahami cinta ketuhanan lewat Kisah Layla Majnun karya Nizami.

A. Awal mula Kisah Majnun dan Layla

Cerita ini di tulis oleh Jamaludin Ilyas bin Yusuf bin Zaki, nama penanya adalah Nizami, kadang-kadang di sebut Nizami Ganjavi, berasal dari Azerbaijan yang zaman itu masih di bawah Imperium Persia. Nizami adalah anak yatim sejak kecil, dia di besarkan oleh pamannya dan di sekolahkan. Anaknya sangat pintar, menguasai banyak ilmu agama, dan bahkan nanti di gelari hakim. Hakim tidak dalam arti penguasa pengadilan, tapi orang yang ahli hikmah. Selain itu Nizami juga di kenal sebagai sastrawan. Dia menulis banyak naskah, salah satunya adalah Kisah Majnun dan Layla.

Majnun memiliki nama aslinya Qays ibnu Mulawwi. Majnun hanya gelar, Majnun satu akar kata dengan Jin. Jika di terjemahkan langsung, Majnun adalah orang yang kesurupan Jin atau orang yang gila karena cinta. Jatuh cinta yang parah, seperti orang kesurupan, akalnya tidak jalan. Inilah mengapa dia dipanggil Majnun. Sementara Layla, akar katanya berarti malam. Nama Layla diberikan karena matanya sangat indah, hitam pekat seperti malam.

Majnun dan Layla merupakan anak-anak muda dari dua kabilah yang berbeda. Qays dan Layla adalah anak kepala suku pada kabilah masing-masing. Qays merupakan idola di sukunya, anaknya ganteng dan di gadang-gadang oleh ayahnya untuk menjadi pemimpin atau kepala suku berikutnya. Olehnya itu, Majnun oleh ayahnya di sekolahkan di tempat yang elit, sekolah unggulanlah. Di sekolah inilah Majnun ketemu Layla Ibnu Amir.  

Karena sama sama anak kepala suku, keduanya pasti terjaga, terawat, tidak berkekurangan. Layla juga di kenal karena kecantikannya.

Kisah Layla Majnun, Cerita Cinta Ketuhanan oleh Nizami Ganjavi

B. Kisah Majnun dan Layla: Pertemuan di Sekolah

Kisah Layla Majnun oleh Nizami,  yang ingin di tonjolkan adalah bagaimana orang ketika sudah di landa cinta itu sudah lupa dengan semuanya. Harusnya begitu kalau kita sudah merasa cinta sama Allah, rasanya semua yang lain tidak berarti. Kamu boleh mengklaim,

“pak saya sudah cinta sama Allah”

jika apapun yang lain di dunia sudah tidak ada artinya kalau kamu masih panik masih sumpek, masih gelisah, masih khwatir, masih takut oleh apapun, hal yang bukan Allah berarti belum cinta. Cirinya itu nanti akan di tunjukkan oleh Nizami lewat Kisah Layla Majnun.Oleh karena satu sekolahan, begitu melihat Layla pertama kali Majnun langsung jatuh cinta.  Qays ini langsung seperti orang yang kehilangan kesadaran. Layla juga begitu sama-sama sukanya. Jadi kalau di kelas itu, mereka saling lirik-lirikan, pandang-pandangan, sama-sama suka.

Di awal cerita Nizami menggambarkan keduanya di gambarkan sama-sama mabuk. Serangan pertama itu, memang Dahsyat bagi yang pernah mengalaminya, yang belum di bayangkan saja.

a. Syair Cinta Majnun

Pada bagian awal ini keluarlah syair-syair dari Majnun

“Berlalu masa, saat orang-orang pada ku memohon pertolongan,
dan kini, adakah penolong yang akan mengabarkan, rahasia jiwa pada Layla?
Wahai Layla, cinta telah membuatku lemah tak berdaya, seperti anak hilang, jauh dari keluarga dan tidak memiliki apa-apa.
Cinta laksana air yang menetes menimpa bebatua.
Waktu berlalu dan bebatuan itu akan hancur berkepingan, berserat bagai kaca berpecahan. Begitulah cinta yang engkau bawa kepadaku, dan kini telah hancur binasa hatiku, hingga orang-orang memanggilku si gila yang suka merintih dan menangis sedih.
Mereka mengatakan aku telah tersesat, mana mungkin cinta akan menyesatkan, jiwa mereka sebenarnya yang kering laksana dedaunan di terpa panas mentari siang.
Bagiku cinta adalah keindahan yang membuat mata tak bisa terpejam, Pemuda mana yang bisa selamat dari api cinta”.

Majnun ini di kenal pintar membuat syair-syair yang indah. Majnun dalam kegilaannya sering di kerumuni orang-orang karena syairnya yang indah. Memang karena cinta itu membuat orang puitis.

b. Balasan Syair Cinta dari Layla

Layla juga begitu, Layla juga di beberapa bagian banyak juga mengeluarkan puisi-puisi meskipun nanti puisi-puisinya kebanyakan lewat surat yang di kirimkan pada Majnun, salah satunya,

“Semua yang tampak dari manusia adalah kebencian, namun cinta telah memberikan kekuatan. Orang-orang mencemooh hubungan kita, sesungguhnya mereka tidak tahu, betapa kerinduan yang tersimpan dalam dada”

Syair ini lahir ketika orang mulai ramai. Ini dua orang, anaknya orang terpandang, pacaran ke mana-mana, berdua tidak bisa dipisah, jadi gosip dimana-mana.

Jadi gosip, jadi omongannya orang. Ayahnya Layla merasa bahwa ini pencemaran nama baik, dan  meruntuhkan kehormatan suku, maka untuk tidak timbul masalah terus terus Layla ini di panggil pulang, tidak usah sekolah, di rumah saja.

Jadi dua anak muda yang sedang senang-senangnya, sedang mabuk-mabuknya sekarang di pisah dan dimulailah babak pertama kegilaannya Majnun.

Ketika di pisah itu mulailah dia nyari-nyari cara untuk ketemu tapi tidak bisa. Mulai keluar banyak syair, tangisan-tangisan, kemana-mana yang keluar dari mulutnya hanya namanya Layla pokoknya Layla, Layla, Layla yang terus keluar dari mulutnya.

Ini pelajaran sebenarnya dari Nizami, kalau kalian memang sedang jatuh cinta sama Allah, maka akan keluar secara otomatis dari mulutmu nama Allah.

Kamu sengaja atau tidak pasti akan keluar, makanya latihanlah jatuh cinta, agar jiwamu paham.

Baca Juga : 15 Prinsip Dasar Kepemimpinan menurut Aristoteles

C. Kisah Majnun dan Layla: Ketidakberdayaan

Majnun kemana-mana yang dia sebut hanya nama Layla, keluar syairnya Ketidakberdayaan Majnun,

“Orang tuanya mengancam, dengan niat jahat, kejam, tiada lagi harap pertemuan. Ayahku dan ayahnya sesak dada dan sakit hati mereka, bukan karena apa-apa, hanya karena aku mencintai Layla.
Mereka menganggap cinta adalah dosa, Cinta bagi mereka adalah noda yang harus di basuh musnah, padahal hatiku telah menjadi tawanannya, dan ia juga merindukanku.
Cinta masuk ke dalam sanubari tanpa kami undang, bagai Ilham dari langit yang datang menerjang, lalu bersemayam dalam jiwa, dan kini kami akan mati karenanya.
Karena cinta telah melilit seluruh jiwa. Katakan padaku, siapa orangnya yang bisa bebas dari penyakit cinta?”

Cinta itu, kalau sudah menyerangmu kamu tidak akan berdaya, kamu tidak akan bisa menipu dirimu, kalau kamu sudah jatuh cinta pada sesuatu, kamu pura-pura tidak cinta itu, tidak akan bisa. Mungkin di tolak,  mungkin tidak nyambung, mungkin dia tidak suka padamu, tapi kalau kamu cinta, kamu tak akan bisa mengelak.

Cinta bukan sesuatu yang kita undang tapi dia datang masuk dan bersemayam dalam diri, katanya Gibran, “pasrahlah kalau cinta memanggilmu”

Kemudian, Majnun terus mati-matian berusaha untuk bisa bertemu Layla. Macam-macam ceritanya di novel tersebut, ada yang dia pura-pura jadi pelayan perempuan yang di atur oleh teman-temannya. Disana, masuklah Majnun ke kamarnya Layla. Di kamar hanya pandang-pandangan, sama-sama masih saling terpesona, hanya diam.

Hanya diam, hanya melihat, saling mengagumi, saling terpesona, dan tidak ngapa-ngapain, tidak usah di bayangkan aneh-aneh, terus nanti ketahuan dan pergi.  

Ada juga cerita Majnun nyamar jadi pengemis. Suatu ketika dia, ketemu pengemis perempuan. Majnun menemui pengemis,

“tolong semua alat mengemis kasih saya semua, yang aku miliki semua saya kasih padamu”.

Majnun pura-pura mengemis untuk bisa ketemu Layla dari rumah ke rumah. Maka lahirlah Syair Keinginan Selalu Bertemu,

1. Syair Keinginan Selalu Bertemu oleh Majnun

“Duhai betapa besar bahaya aku undang, sekedar untuk bertemu denganmu, kukorbankan segala yang ada padaku, kuubah diriku hingga engkau pun tak mengenaliku, kuayunkan langkah dengan tetes air mata, dan setelah memasuki perkampunganmu, kubuang semua tanda yang membuat orang mengenaliku.
Kuikat diriku dengan rantai baja, bagai budak hina, berjalan menengadahkan tangan meminta sedekah, dan bocah-bocah itu tiada suka melihatku, mereka berkumpul mengelilingiku, menghardik dan melempariku seperti anjing pengganggu”

Jadi dia sudah ngemis, pura-pura jadi orang hina, minta-minta dari rumah ke rumah, dikejar anak kecil, di diteriaki anjing. Tidak masalah yang penting akhirnya sampailah di rumah Layla, itulah Majnun,

“Kini aku hadir di dekatmu, wahai Layla, tak mampu kutahan air mataku, kasihanilah kelemahanku, begitu berat penderitaanku”

Dan tidak ketemu, hanya sampai rumahnya saja, yang penting sampai rumahnya Layla. Bisa melihat rumahnya itu sudah senangnya luar biasa. Itulah cinta, kalau kamu jatuh cinta melihat sandalnya ada di luar, Alhamdulillah ada sandalnya, berarti dia ada di dalam rumah.

Jadi itulah dahsyatnya cinta. Akhirnya, karena tidak tega melihat anaknya, dan atas nasehat banyak orang kemudian Qays di lamarkan Ayahnya ke Ayahnya Layla.

Cuma sayangnya, lamarannya ditolak. Kenapa di tolak padahal ayahnya sudah bilang “minta apa saja saya penuhi, syaratnya apa saja bisa saya penuhi, termasuk seandainya nyawaku yang menjadi taruhannya” kata orang tua Majnun.  

Oleh orang tua Layla,

“siapa saja boleh menikahi anakku kecuali putra Anda”.

Kenapa orang tuanya tidak bisa? Yah, mana ada orang tua yang merelakan anaknya di nikahi oleh orang gila. Mana ada orang tua yang merelakan anaknya di nikahi oleh pemuda yang tidak waras.

2. Syair Penderitaan Cinta dari Majnun

Majnun yang tadinya sudah merasa agak sembuh, merasa terhibur, karena nanti di lamarkan oleh Ayahku, pasti beres tapi kok di tolak, mulai lagi kumat.

Lahirlah Syair Penderitaan Cinta,

“Rumah ku telah menjadi bara api bagi jiwaku. Tetapi  wahai Layla aku akan senantiasa berada di sisimu. Semoga kasih sayang Allah di limpahkan kepadamu. Wahai pecinta yang malang, Kerabatku menganggap aku mempermalukan mereka, teman-temanku pun gemetar jika mendengar namaku.
Duhai cawan anggur yang ada di genggaman, kini jatuh berantakan. Telah kutinggalkan sanak saudara dan orang tua, sedang kekasihku pun jauh di sana. Namun aku tidak akan menyerah walau kesulitan demi kesulitan mendera.
Orang yang tidak merasakan kesengsaraan, tidak akan menikmati arti kesenangan, dan orang yang tidak pernah di himpitkan kesedihan, mereka tidak akan dapat memahami hati yang sedang merana sendirian”

Mulai dari sini Majnun mulai menyepi menjauh dari keluarga, menjauh dari masyarakat, hidup di padang-padang pasir. Apalagi, keluarganya karena mempertimbangkan harga diri dan rasa malu, akhirnya pindah menjauh dari daerah situ.

Akibatnya, bertambah lagi puisi-puisi Majnun, karena merasa semakin jauh dari Layla. Setiap hari hidupnya di padang padang pasir, di bebatuan, di gua-gua. Uniknya selain di kerumuni orang-orang, hewan-hewan yang ada di sana itu patuh sama Majnun. Bahkan, kabarnya sampai anjing, ular, macan, binatang-binatang buas itu kalau di dekat Majnun menjadi jinak.

Ciri-ciri jika ada Majnun, biasanya ketika ada binatang buas yang berkumpul di sekelilingnya. Penjelasannya Nizami ini untuk menunjukkan bahwa, orang yang jiwanya di liputi oleh Cinta, siapapun yang dekat dengannya akan senang.

Berbeda dengan orang-orang yang jiwanya penuh kebencian, jangankan mengobrol, mendekat saja malas, hawanya tidak enak. Olehnya itu bangun jiwamu dengan aura cinta. Itu kelebihannya para pecinta.

D. Kisah Majnun dan Layla: Cinta itu Kebebasan

Pelajaran berikutnya dari Majnun melalui syair-syairnya adalah bahwa cinta itu Kebebasan,

“Wahai Layla kekasihku, berjanjilah pada keagungan cinta, agar sayap jiwamu dapat terbang leluasa, melayanglah bersama cinta laksana anak panah menuju sasarannya. Cinta tidak pernah membelenggu, karena Cinta adalah pembebas, yang akan melepaskan simpul-simpul keberadaan, cinta adalah pembebas dari segala belenggu.”

Melalui kisah ini, Majnun tidak lagi terikat oleh apapun, selain cintanya. Dia rela kehilangan bahkan keluarganya, apalagi posisinya sebagai putra mahkota, apalagi kedudukannya teman-temannya, dia enteng saja melepaskan semuanya.

Hal itu menunjukkan bahwa cinta itu membebaskanmu dari apapun, bahkan contoh paling kecil lagi bahkan membebaskanmu dari dirimu sendiri. Cinta membuat orang tidak egois, kalau masih egois, berarti masih belum cinta.

Masih egois itu kan, masih berpikir tentang dirinya sendiri, terus hitungan, apa yang enak, apa yang menguntungkan bagiku. Orang yang jatuh cinta tidak, makanya katanya Majnun, cinta itu membebaskan manusia, kalau kita semua menggunakan relasi cinta.

Mungkin hari ini tidak sepanas ini, tidak sesumpek ini. Jiwa pecinta akan selalu memberi kehidupan. Jangan takut sedih, jangan takut ganjalan, jangan takut penderitaan, karena cinta akan selalu memberimu hidup. Yang pernah jatuh cinta, kemudian patah hati bisa memahami ini.

Kesedihanmu itu yang luar biasa. Itulah yang menghidupkanmu lewat kenangan-kenangan, memori-memori indah, kenangan itu akan membuatmu kangen, membuatmu rindu, membuatmu ingin ketemu lagi.

Jadi Cinta itu sakit, tapi sakitnya cinta itu ngangenin. Makanya mantan yang paling heboh itu kan mantan di dunia cinta, mantan mahasiswa, mantan murid, biasa-biasa saja.

1. Syair Cinta itu membebaskan oleh Majnun

Majnun melanjutkan,

“Banyak racun yang harus kita telan untuk menambah nikmatnya Cinta, atas nama cinta, racun yang pahit pun terasa manisnya. Bertahanlah kekasihku dunia di ciptakan untuk kaum pecinta, dunia ini ada karena cinta.”

Jadi kalau ini, yah yang pernah mengalami pasti tahu.  Orang lain melihat, kamu itu tidak capek? kok kamu itu tidak males, kamu itu kok mau-maunya, itu kan bagi orang lain. Itulah racun-racunnya.

Apa enaknya? tapi bagi yang mengalami, itulah nikmatnya cinta. Itulah pelajaran dari Majnun. Percayalah kalau tidak ada satupun orang yang punya jiwa cinta, tidak ada lagi relasi antar manusia yang namanya cinta, maka dunia ini bubar detik ini juga. Kalau tidak percaya, coba saja. Jadi itulah pelajaran bahwa cinta itu membebaskan.

2. Syair Cinta Majnun – Terpisah Jarak

Pelajaran berikutnya dari Kisah Layla Majnun adalah pelajaran tentang Jarak,

“Bila dekat rumahnya Layla, aku merasa terbebani, tapi bila aku jauh darinya aku merasa sedih, sehingga dekat maupun jauh, bersemayam rindu dan gelisah. Saat dia berjanji, cintaku kian menggebu menanti, saat dia tidak janji aku mati menanti datangnya janji, sehingga jauh maupun dekat hanya dia di angan. Namun jarak dekat atau jauh belum menyembuhkan apa yang kami rasakan, sungguhpun ternyata dekat dengannya lebih baik ketimbang jauh darinya.”

Jadi ini logika, atau cara kita berinterksi dengan Tuhan kadang begitu, dekat sama Tuhan ada kadang ada beban, jauh sama Tuhan juga menggelisahkan. Terkadang, jikalau kita dekat merasa dekat dengan Tuhan, nanti buka HP harus hati-hati, tidak boleh buka yang lain-lain, bohong dikit tidak bisa, shalat harus tepat waktu, puasa harus, shalat Tahajud kok rasanya berat. Dekat dengan Allah membebani, tapi jauh juga menggelisahkan.

Tenang saja Layla, cintaku tidak hilang meskipun kamu jauh, padahal sebenarnya lebih enak kalau kamu dekat. Itu pelajaran selanjutnya dari Majnun tentang jarak.

3. Syair Cinta Majnun – Syair Tanda Kehadiran

Pelajaran selanjutnya itu, dari syair Majnun tentang Tanda Kehadiran,

“Aku berjalan melintasi rumahnya Layla, kucium dinding itu, dinding itu, semua sudut-sudut rumah titik-titiknya diciumi. Cinta di dadaku bukanlah untuk dinding rumah, namun cinta pada siapa yang tinggal di dalamnya.”

Ini pelajaran dari Nizami, kalau kita jatuh cinta maka semua yang berhubungan dengan yang kita cintai pasti juga kita cintai, kita hormati, kita hargai. Berarti kalau kita cinta sama Allah, pasti kita juga memuliakan dan menghargai semua yang berhubungan dengan Allah.  

Apakah itu manusia, apakah itu binatang, tumbuhan, atau alam semesta. Konsekuensi dari mencintai Allah pasti mencintai semuanya, karena dalam semuanya ada tanda-tanda kehadiran Allah. Temboknya Layla adalah tanda adanya Layla, maka semua makhluk harusnya juga kita cintai.

Kalau ada orang yang katanya mencintai Allah, tapi masih ada yang dia benci di alam ini, padahal semua yang ada di alam semesta ini adalah tanda-tanda kehadirannya Allah, berarti sebenarnya dia belum terlalu cinta.

Cinta pasti tidak menyisakan kebencian apapun. Kalau itu cinta pada Allah, tidak mungkin kita ada benci pada apapun yang bukan Allah. Oleh karena, yang bukan Allah itu kan juga berhubungan dengan Allah.

Kisah ini pelajaran dari Qays, bahwa semua yang berhubungan dari Layla adalah manifestasi kehadirannya Layla, di hormati, di hargai, dindingnya pun dia ciumi.

4. Syair Cinta Majnun – Keteguhan Hati

Selanjutnya Majnun semakin tak karuan, itu menjadi pemicu lahirnya syair-syair yang indah dan penuh makna tentang ‘Keteguhan Hati,’

“Waktu terus berlalu, usia makin bertambah, namun jiwaku yang terbakar rindu belum sembuh jua, bahkan semakin parah. Bila kami di takdirkan berjumpa, akan kugandeng lengannya, berjalan bertelanjang kaki, menuju kesunyian, sambil memanjatkan doa-doa pujian.
Cinta, kasih dan sayang telah menyatu, mengalir bersama aliran darah di tubuhku. Cinta bukanlah harapan atau ratapan, walau tiada harapan, aku akan tetap mencintainya. Sampaikan salamku pada dia, wahai angin malam, katakan aku akan tetap menunggu, hingga ajal datang menjelang.”

Pelajaran yang bisa diambil adalah, bahwa cinta itu efeknya kesetiaan. Orang yang cinta pasti setia. Kenapa ada orang tidak setia? Biasanya karena yang dia harapkan dari yang dia cintai tidak muncul. Ketika ada harapan-harapan selain cinta, itu berarti ada pamrih-pamrih.  Kalau masih ada pamrih-pamrih, berarti belum cinta yang tulus.

Cinta bukanlah harapan atau ratapan. Walau tiada harapan aku tetap mencintainya. Jadi kalau memang benar itu cinta, tidak usah kamu tuntut untuk setia, pasti setia. Kalau sampai nanti tidak setia, berarti belum cinta atau cintanya hilang. Jadi itu pelajaran.

5. Syair Jiwa Pecinta

Pelajaran selanjutnya dari Kisah Layla Majnun adalah tentang bagaimana Jiwa Pecinta,

“Jiwa pecinta itu jiwa rindu pada yang di cinta, akan merasa sakit karena rindu di dada, sebab pecinta selalu ingin bersama, tapi halangan tiada henti. Pecinta seperti burung merpati, walau terbang bebas di angkasa luas, tetap saja kembali pada kekasihnya, atau laksana ikan tuna, tetap tabah walau di permainkan gelombang, timbul tenggelam di lautan. Walau selalu di caci dan di cela, batin menjerit tubuh binasa. Meski lapar dan disia-siakan, namun jiwa pecinta akan selalu mamaafkan.

Pecinta tidak membutuhkan pujian, pengorbanan pecinta tidak akan sia-sia. Kulihat bintang kutub dan bintang kejora, di mana pula cinta. Sekecil apapun, coiinta tetap berkuasa di singgasana jiwa, dan bagi pecinta, kebahagiaan dan kesedihan sama indahnya, karena cinta sejati tidak mengenal kesia-siaan.
Jiwaku dan jiwanya akan tetap bersama, andaipun tidak di dunia, pasti jiwa kami akan bersatu di liang barzah, dan kelak akan di bangkitkan bersama, hingga dapat bersatu selama-lamanya. Mataku berkorban untuknya, dengan segenap curahan air mata, berharap liang lahatnya adalah liang lahat ku,agar jenazah kita bersatu.”

Syair-syair Majnun, nanti akhirnya sangat terkenal. Kegilaannyapun semakin menjadi-jadi. Dengan begitu, maka semakin marah keluarganya Layla dan semakin gelisah keluarganya Majnun. Bahkan nanti, di antara keluarganya Layla ada yang mengancam untuk membunuh Majnun. Dari sinilah kemudian muncul syairnya Layla.

6. Syair Protes dari Layla

Layla ini protes, jangan di kira hanya Majnun yang segalau itu, aku pun juga sama galaunya hanya aku tidak seperti Majnun. Bisa bebas keluar,

“Bila kakiku terperosok, aku menyebut namanya, aku bermimpi dalam tidurku hidup bersama dia. Apabila di sebut namanya,  hilanglah kekuatan jiwa, hatiku seperti sirna di telan namanya. Demi Allah, hampir saja aku gila karena memikirkannya, makin lama dadaku makin sesak karena rindu gelisah.

Kaumku mengancam, jika aku tak berhenti menyebut namanya, maka darahnya akan tumpah, bunuhlah aku dan biarkan dia, setelah nyawaku melayang, janganlah kalian hina dia, cukuplah apa yang ia derita karena cinta.

Mungkin ia akan menuduhku tidak setia dengan janji, dan aku tidak akan mampu mencegahnya, kucampur tinta dengan air mata, untuk menulis surat padanya. Inilah saat kukuburkan jiwaku untuknya, aku khawatir jika ajalku tiba, tak dapat memandang wajahnya.”

7. Syair cinta Majnun – Tiada yang Lain

Satu ketika Majnun di jemput oleh ayahnya dan di bawa pulang ke sukunya. Kemudian di ciptakan suasana yang sekiranya membuat Majnun dapat melupakan Layla. Di carikan gadis-gadis cantik yang jauh lebih cantik dari Layla. Dibuatkan pesta tiap malam, targetnya Majnun dapat melupakan Layla.

Atas hal tersebut, kemudian lahir lagi syair-syair Majnun tentang “Tiada yang Lain”,

“Mungkin engkau di beri dua cawan minuman, satu cawan kebencian, agar engkau lupa padaku, yang satu anggur kesenangan, agar engkau menerima orang lain sebagai gantiku. Duhai kekasihku, kuingatkan dirimu jangan rusakkan ikatan, yang orang lain selalu ingin menyempurnakan, kelak engkau akan melihat beda antara cinta dan nafsu.

Wahai Layla, nafsu akan melemahkan hati, ia akan terus menggoda dan merayu, namun kelak akan menyesal, sedih tak berkesudahan,  jiwa yang dipenuhi kebencian, tak akan pernah menjadi mulia, ia tak akan puas, bila yang di harapkan tak di dapat.

Sedang diriku Layla, demi Allah, tali kasih yang telah bersemi, akan kusiram dan kupupuk, agar cinta yang kau berikan tetap terjaga selamanya, dan aku haramkan atas diriku juga, segala yang engkau tidak suka. Jangan kau biarkan jiwaku hancur karena murkamu, karena ku tak sanggup menerima amarahmu, bahkan gunung pun akan hancur karena kemarahanmu.

Buanglah dalam dirimu segala keraguan, karena cinta tak bisa bersanding dengan kebimbangan. Aku akan selalu menjaga tali cinta kita, walau kau tak disisiku, namun aku yakin cintamu selalu hadir di hatiku.”

Majnun yang tinggal di padang pasir, jarang makan, mengembara sendiri, sehingga setiap kali tenaganya habis, tidak punya kekuatan lagi, dia selalu membaca puisi sebagai penyemangat.

8. Puisi Penyemangat Majnun di Padang Pasir

Majnun terus membaca munajat ini, dan setiap kali selesai membacanya itu, kekuatannya kembali lagi. Katanya Majnun,

“Tuhan, apalagi yang dapat aku lakukan, aku telah lelah dan tubuhku melemah. Aku memohon dengan kekuatan-Mu, ringankanlah langkah kaki Layla untuk menemui diriku yang tidak berdaya ini. Wahai Tuhan! Aku adalah hamba-Mu, apalah guna hidupku jika harus menanggung beban seperti ini. Tunjukkanlah kemulaiaan-Mu, turunkanlah berkah-Mu, agar jiwaku dapat hidup kembali, terhindar dari lembah kematian, dan memperoleh kekuatan untuk melangkah menemui kekasihku.

Wahai Layla! Aku tahu engkau terpenjara dalam lingkungan keluarga yang mengasihimu, tapi mengapa engkau tak hendak melihat diriku yang terlunta-lunta di padang gersang? Aku hidup terasing, orang-orang menganggapku gila, mereka menista dan menjauhiku.

Duhai kekasihku! Cinta telah mengambil jiwaku dan menyandingkannya dengan jiwamu. Aku tidak akan mempedulikan anggapan orang, aku hanya memohon padamu kuatkanlah tali pengikat jiwa kita, jangan biarkan tangan-tangan kotor menjamahnya. Jangan kau biarkan nafsu dan kemewahan dunia melenakan jiwa kita.

Cukuplah bagiku kenangan saat-saat bahagia ketika aku memandang jernih matamu, dapat menikmati madu senyummu, memandangi ikal rambutmu bagai debur ombak di pantai. Biarkan kenangan itu menjadi mata air kebahagiaan, tempat istirahat musafir cinta yang kehausan.

Kalimat ini Majnun ucapkan saat dia melemah, setelah membaca ini terus dia bergairah lagi hidupnya. Memori kenangan itu senjata yang luar biasa yang menghidupkan cinta.

Selanjutnya ritme hidup Majnun, setiap hari semacam itu, dia baca puisi berkeliling-keliling di padang pasir, di daerah-daerah terpencil, semakin lama, Majnun semakin terkenal dan selalu di cari karena syair-syairnya yang indah.

E. Kisah Majnun dan Layla: Usaha melamar Layla kembali

Dalam beberapa kesempatan, seorang kepala suku namanya Noval, yang ingin membantu Majnunm karena kasihan. Noval kemudian melatih Majnun untuk hidup normal lagi, sekitar 23 bulan. Kemudian membawa Majnun melamar kepada keluarga Layla.

Namun, oleh orang tua Layla lamaran tetap di tolak. Orang tua Layla sudah antipati sama Majnun. Mendapat penolakan, Majnun kumat lagi, puisi-puisinya keluar lagi. Majnun kembali lagi ke Padang Pasir, mengembara lagi sampai orang tuanya sangat sedih. Menjelang meninggal ayahnya, dia mencari-cari Majnun untuk di bawa pulang.

Majnun bahkan sujud di kaki ayahnya karena tidak bisa memenuhi permintaan ayahnya untuk pulang. Kepada ayahnya, Majnun,

“Wahai Ayahanda, kesedihan adalah takdirku, penderitaan telah memangsa masa mudaku, kesedihan bagai ulat yang memakan habis daun-daun bungaku, hingga tunas keindahan hidupku tercabut. Aku duduk dalam kegelapan, berselimut debu, dan telah kuucapkan pada semua kenikmatan duniawi yang menggodaku, segala penderitaan telah aku jalani, dan keceriaan masa muda telah tercampak, tersisih, kini aku datang ke hadapanmu memohon maaf dan maklummu. Engkau adalah Ayahku, orang yang sepantasnya aku minta Ridho darimu.”

Majnun tidak sanggup memenuhi permintaan ayahnya untuk pulang hidup secara normal. 

F. Kisah Majnun dan Layla: Majnun Naik Haji

Karena Majnun tidak sanggup memenuhi permintaan ayahnya untuk pulang hidup secara normal.  Akhirnya ayahnya minta, “yah sudah kalau begitu permintaanku yang terakhir, ayo kamu ikut aku naik haji”.

Ada cerita, Majnun diajak oleh ayahnya ke Mekkah untuk Haji. Harapannya nanti di Mekkah, berdoa untuk melupakan Layla. Pada saat naik haji itu, sedang asyik-asyiknya melakukan ritual Haji, tiba-tiba Majnun mendengar ada orang tak sengaja atau mengucapkan kata Layla.

Ini membuat Majnun yang sudah mulai konsen mau ibadah, langsung berubah lagi. Keluar lagi syairnya,

“Seseorang memanggil-manggil namamu, saat kami berada di lereng bukit Mina, mendengar namamu terguncanglah hatiku oleh duka, Ah, lelaki itu tidak tahu betapa suci namamu, mengapakah ia memanggil nama Layla dengan seenaknya?

Apakah ia tidak tahu dengan menyebut namamu, berarti ia telah menerbangkan seekor burung yang telah bersarang di hatiku. Ia memanggil nama Layla, Semoga Allah membukakan kedua matanya, untuk melihat betapa pesonamu yang tak akan mampu dia kira.”

Doa Majnun di depan Ka’bah

Majnun kumat lagi, sudah asyik-asyiknya mau ketemu Allah, mau berdoa di sana, akhirnya begitu nyampe Ka’bah dia pegang pintu Ka’bah kemudian di berdoa.

“Aku teringat akan dikau Layla, saat para jamaah haji sibuk berdzikir. Di Kota Mekah di dinding Ka’bah mereka khusyuk berdoa, sedang kalbuku hanya tertuju padamu.

Ya Rohman aku bertaubat kepadaMu, dari dosa-dosa yang telah kulakukan, dan dari dosa-dosa yang akan selalu datang bermunculan. Aku mencintai Layla namun halangan menghadangku untuk bertandang, aku menyayanginya dan tidak bisa berpaling dari selain Dia. Bagaimana aku bisa berpaling darinya sedang hatiku telah tergadai padanya? Aku bertobat padamur rabbi, karena padamu jua aku akan kembali.

Wahai yang maha pengasih, raja diraja para pecinta. Engkau yang menganugerahkan cinta ini, aku hanya mohon pada-Mu satu hal saja, tinggikanlah cintaku sedemikian rupa, sehingga sekalipun aku binasa, cintaku dan kekasihku tetap hidup.”

Jadi doanya Majnun, lebih memantapkan lagi kegilaannya. Ini doanya yang sangat terkenal,

“Ya Allah tambahkanlah cinta dan kerinduanku padanya,”Seandainya semakin berkurang umurku karena cinta, maka tambahlah umurnya Layla. Tambahkanlah cintaku, jangan membuatku lupa untuk mengingatnya selamanya”.

G. Kisah Majnun dan Layla – Pernikahan Layla

Kemudian oleh Ayahnya nanti Layla di paksa untuk kawin dengan laki-laki tua bernama Abu Salon. Bisa di bayangkan, seperti apa situasinya Majnun waktu mengetahui Layla menikah, syairnya kemudian keluar lagi,

‘Wahai dunia begitukah balasanmu pada cinta yang tulus ini? Begitukah balasan yang harus aku terima dari pengorbananku? Kemarin aku masih merasa senang, karena bayang-bayang Layla masih hadir dalam mimpiku.

Namun kini bayangan itu pun engkau renggut, Apalagi yang aku miliki sekarang? Wahai dunia engkau telah mencabik-cabik tubuhku yang lemah tak berdaya, mengapa kau belum puas juga hingga tega merenggut mimpi indahku?

Layla, wahai Layla, di mana engkau letakkan hati dan jiwaku? Di mana kau simpan janji dan kenangan kita? Semudah itukah engkau menyerah, melupakan segala derita yang aku rasa.

Tangan siapakah yang telah mencengkrammu dan menjauhkan dirimu dariku? Layla datanglah kemari sebentar saja, Tikamkanlah belatih ke dalam jantungku. Ah, tikaman belati yang mencabut nyawaku, akan lebih indah dari hidup menanggung siksaan cinta.”

Kabarnya, begitu mendengar Layla menikah, Majnun pingsan berhari-hari. Iyah, pingsannya berhari-hari, terus begitu bangun nanti keluar banyak syair.

1. Syair Majnun di hari pernikahan Layla

Pas hari menikahnya Layla, Majnun menuliskan ucapan selamat dalam bentuk Syair,

“Semoga kalian berdua selalu berbahagia di dunia ini. Aku hanya meminta satu hal sebagai tanda cintamu, janganlah engkau lupakan namaku, sekalipun engkau telah memilih orang lain sebagai pendampingmu.
Janganlah pernah lupa bahwa, ada seseorang yang meskipun tubuhnya hancur berkeping-keping, hanya akan memanggil-manggil namamu Layla.”

2. Surat Balasan Layla Setelah Menikah

Jangan salah, nanti Layla menjawabnya melalui surat kepada Majnun,

“Dalam hidupku, aku tidak bisa melupakanmu barang sesaat pun. Kupendam cintaku sedemikian lama, tanpa mampu menceritakannya kepada siapapun, engkau memaklumkan cintamu ke seluruh dunia, sementara aku membakarnya di dalam hatiku, sementara engkau membakar segala sesuatu yang ada di sekelilingmu, kini aku harus menghabiskan hidupku dengan seseorang, padahal segenap jiwaku menjadi milik orang lain.

Katakan padaku kekasih, mana di antara kita yang lebih di mabuk cinta. Surat ini dari aku, seorang perempuan yang terpenjara di rumahnya, seorang perempuan yang sepanjang hari hanya duduk-duduk, sambil termenung di rumah, untukmu kekasihku, apa kabarmu sayang? Bagaimana hari-harimu? dengan siapa kau menjalani jam demi jam, dalam hidupmu di lembah-lembah dan gunung-gunung itu?

Aku kira engkau lebih bahagia daripada aku, engkau bisa bebas pergi ke mana saja, dengan siapa saja dan bisa makan apa saja, sedangkan aku ketahuilah Kekasihku aku tak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya menunggu hari demi hari tanpa jiwa, sambil terus mengingatmu dan merinduimu. Hatiku hampa. Duhai kekasih jiwaku yang berhati bening, bagai air mata Khidir, mata air keabadian.

Aku masih seperti dulu, Meski aku telah menikah namun, Aku bersumpah, hatimu selalu ada di hatiku, Meski aku tidur satu rumah dengan suamiku, tapi ranjangku tak pernah mempertemukan kepalaku dan kepalanya, permata di tubuhku masih tersimpan utuh bersih, dan tak pernah di sentuh oleh jamahan tangan siapapun, hartaku yang paling berharga masih terkunci rapat, dan tak pernah di buka oleh tangan siapapun, bunga di taman masih tetap kuncup, dan belum merekah.

Sebagaimana dulu wahai kekasih hatiku, Kemarilah tuangkan air keabadian Khidir itu. Jarak jauh darimu tak akan lama lagi. Kita akan menyatu dalam keabadian.

Surat ini menentramkan hati Qays yang begitu bisa stress.

3. Balasan Surat Majnun Pasca Layla Menikah

Tapi nanti, Majnun juga membalas surat Layla, cuma karena seangnya mendapat surat dari Layla membuatnya yang biasa bikin syair panjang lebar, sekarang tidak bisa ngomong apa-apa,

kalimatnya pendek sekali,

“Ini surat dariku aku yang gelisah dan gila, untukmu duhai engkau yang ada di lubuk jiwaku. Kini engkau adalah mahkota di kepala siapa, dan kekayaan di tangan siapa. Aku hanyalah debu di lembahmu, bila engkau menuangkan untukku air pertemuan, engkau menumbuhkan bunga, dan menerbitkan musim semi, namun bila aku memperolehmu, dan tak lagi berpisah jauh darimu, bumi ini tak akan menumbuhkan apapun selain debu. Lihatlah, aku adalah tawanan yang terbelenggu.”

Inilah ketidakberdayaan seorang Qays. Ingin sekali ketemu Layla, tapi sekarang dia tidak percaya lagi dengan dirinya sendiri. Kalau aku bersama Layla, jadi apa Layla, kalau aku tak berpisah denganmu, bumi ini tak akan menumbuhkan apapun selain debu.

Karena aku sudah seperti ini sekarang. Tidak pantas lagi dengan dirimu. Jadi itu juga hiburannya Qays dan Layla. Masih ada cerita misalnya kois ketemu dengan Noval. Noval ini ketua suku yang ingin membela Qays.

4. Perang antara suku Noval dengan Ayahnya Layla

Noval kemudian memohon kepada ayahnya Layla, namun tetap di tolak sehingga terjadilah perang antara sukunya Noval dengan Sukunya Layla. Peristiwa peperangan terjadi dan suku ayahnya Layla kalah. Hal menarik saat perang, Qays ternyata memihak ke sukunya Layla.

Dia ikut membantu membantu ngobati yang sakit, yang luka. Hal ini membuat Noval bingung. Ketika ayah Layla jadi tawanan, kata ayahnya,

“Nyawaku, sukuku, terserah mau kau apakan, tapi satu permintaanku, kalau aku di suruh memberikan, menikahkan anakku dengan Qays, itu tidak akan aku izinkan“.

Tokoh antagonisnya ada di situ. Sampai nanti suami Layla meninggal, yang memang sudah berumur.

G. Kisah Majnun dan Layla – Meninggalnya Layla

Setelah suaminya meninggal, kesehatan Layla turun drastis. Karena dia sudah habis-habisan memendam rindu.

Layla kemudian sakit-sakitan, sakit parah dan nanti terakhir Layla berpesan kepada Ibunya,

“Ibu lihatlah cahaya wajahku telah memudar, dan menjadi pusat pucat pasi tak lagi bercahaya, lilin-lilin di mataku tampak muram dan akan segera padam. Wahai ibuku, aku mohon engkau mendengarkan wasiatku, sebelum aku pulang beso atau lusa, bilamana aku mati kenakan aku baju pengantin yang paling bagus, jangan bungkus aku dengan kain kafan! Carilah kain yang berwarna merah muda, bagai darah segar seorang yang syahid.
Lalu riaslah wajah dan tubuhku secantik mungkin, bagaikan pengantin yang paling cantik di seluruh bumi, alis dan bulu mataku ambillah dari debu yang melekat di kaki kekasihku, dan jangan usapkan ketubuhku minyak wangi kasturi atau minyak wangi apapun, usapkanlah dengan air mata Qays kekasihku. Sesudah aku mengenakan baju pengantin itu, dan menjadi sangat cantik dan anggun, aku akan menunggu Qays, sang pengembara yang luka itu akan datang.

Wahai ibu, katakan kepada pengembara yang selalu di liputi kesengsaraan itu, semua sudah selesai, Layla sahabatnya dalam kesedihan itu sekarang sudah tiada, ia telah bebas dari belenggu duniawi, hatinya hanya di berikan kepadamu dan dia mati untukmu, cinta telah menyatu dalam kehidupan yang ia jalani, cahaya cinta itu begitu murni, sehingga tak ada kebahagiaan lain yang dia ketahui selain menyebut namamu. Tidak ada satupun yang bisa menghibur pikirannya yang selalu tertekan, kecuali cintanya padamu, dan dengan cinta itu jiwanya yang lembut telah pulang ke alam keabadian, semua berkahnya hanya untukmu”.

Ini pesan terakhir Layla lewat ibunya, kemudian Layla meninggal.

H. Reaksi Majnun mendengar Berita Menginggalnya Layla

Bisa di bayangkan Bagaimana kondisinya Qays, dia pingsan berhari-hari berhari-hari. Terus setelah itu dia lari ke makamnya Layla dan dia tidak kemana-mana lagi. Hanya ada di makamnya Layla. Pekerjaannya tiap hari memeluk nisan dan makamnya Layla.

Nanti Qays meninggal dalam keadaan memeluk pusaranya Layla,

“Engkau telah keluar dari kehidupan yang membingungkan ini, dunia adalah rangkaian penghianatan dan perselisihan yang tidak pernah berakhir, dan aku berharap engkau dapat segera melepaskan belenggu di kakiku, dan memuaskan dahagaku dengan minuman cinta yang memabukkan, di sana kita akan segera bertemu dalam kebahagiaan abadi, lilin yang menyinari hidup kita akan semakin bersinar, dengan nyala yang lebih terang. Cinta kita akan bercampur dengan cahaya keabadian.

Ya Allah dengarlah hamba-Mu dalam tatapan cinta, bebaskanlah dia dari segala penderitaan panjang selama ini, atas nama-Mu rengkuhlah dia dalam pelukan-Mu.

Ya Allah, tunjukkanlah kasih sayang-Mu, tunjukkanlah kebesaran-Mu pada diriku ini, pertemukanlah segera aku padanya, tidak ada lagi yang dapat kupertahankan di dunia ini, setelah jiwaku satu-satunya engkau panggil.

Setelah itu Qays meninggal, sambil memeluk nisan kekasihnya Layla. Di akhir cerita, Nizami menambahkan cerita tentang seorang Sufi yang bermimpi dua-duanya berbahagia di alam sana.

Qays dan Layla sedang berbahagia dengan pakaian yang indah. Seorang Sufi lain juga memimpikan bahwa di akhirat sana Allah menyapa Qays, wahai Qays Mengapa engkau menyebut Namaku dengan nama Layla waktu di dunia?

Itu sebenarnya menunjukkan bahwa, kisah tentang cinta Ilahiah, cinta kepada Tuhan yang sudah mendalam itu yang membuat para Sufi mabuk Allah. Itu yang membuat, yang ada di mulut para Sufi itu ketika mengalami puncak rasa cinta itu hanyalah Allah.

I. Kisah-kisah Majnun dan Layla yang lainnya

Cerita atau Kisah Layla Majnun banyak di adaptasi, dengan bermacam-macam versi. Ada beberapa kisah lain yang tidak ada dalam Nizami. Kisah lain misalnya, suatu ketika teman-teman Majnun sering menggodanya dengan mengatakan,

“kalau kamu mau, kami bisa mendatangkan perempuan yang lebih cantik untukmu”.

Tapi, Majnun bergeming. “Kalian tak akan mengerti. Aku mencintai Layla bukan karena rupa dan penampilannya. Saat memiliki gelas yang terpenting dan yang paling membahagiakan bukan bentuk gelas itu, melainkan ketika aku bisa menikmati anggur dengan gelas tersebut.

Kalian sebaliknya, merasa puas dan cukup dengan bentuk gelasnya,  tapi tak tahu apa yang paling penting dari sebuah gelas. Tidak ada artinya gelas emas perhiasan, permata tapi isinya cuka. Bagiku wadah tua dan rusak berisi anggur, lebih baik ketimbang 100 gelas emas berisi cuka”, kata Majnun.

Mungkin kalau bahasa hari ini, jangan lihat casingnya, kalau anda sudah jatuh cinta, casing itu tidak penting. Orang yang masih ribut dengan rupa, dengan casing,  itu sebenarnya belum jatuh cinta. Kalau sudah jatuh cinta tidak penting lagi.

Maka, katanya Rumi,

“Cinta menjadikan sesuatu tampak menawan, Namun yang tampak menawan tak selalu menyebabkan jatuh cinta.”

Kalau kamu sudah jatuh cinta, seperti apapun kondisi yang kamu cintai, maka akan tampak Indah. Itulah yang tidak di pahami oleh banyak orang. Mungkin sebagian orang akan berkata, “sudah cari saja yang lain, kan banyak”. Sesimpel itu yang ada di pikiran sebagian kita,  kenapa? karena kita belum jatuh cinta. Yang sudah dan pernah jatuh cinta pasti mengerti apa nilai yang di cintai, tidak sekedar casingnya.

1. Kisah Majnun mengejar Anjing yang melewati orang yang sedang sholat berjamaah

Kisah Layla Majnun yang lain, pada suatu ketika Qays di kagetkan dengan seekor anjing dari kampungnya Layla sekonyong-konyong berjalan lewat depannya. Qays segera mengikutinya dengan harapan ia menemukan tempat di mana Layla berada. Di tengah perjalanan Qays melewati sekelompok orang kampung yang sedang shalat berjamaah, tetapi Qays tidak melihat mereka karena sedang konsentrasi mengejar anjing itu.

Setelah Qays pulang, sekelompok orang yang shalat berjamaan bertanya kepada Qays,

“wahai Qays, tadi tadi engkau melewati kami saat sedang shalat, kenapa kau tidak ikut shalat dengan kami?”

Qays berkata,

“demi Allah, saat kalian sedang shalat Aku sama sekali tidak melihat kalian”  ini karena hatinya Qays hanya fokus pada anjing dan yang dia cintai Layla.

Qays menjawab,

“bila kalian benar-benar cinta pada Allah, sebagaimana diriku cinta pada Layla, pasti kalian tidak melihat aku saat kalian shalat.

Padahal kalian sedang berbicara dengan Allah, tapi mengapa kalian masih bisa memperhatikan diriku. Aku saja yang mengejar anjing kepunyaan Layla pujaan hatiku sama sekali tidak melihat kalian”. Ini sebenarnya sindiran luar biasa dari Qays, bahwa

“cuma karena anjing saja, aku sampai lupa sama kalian, sementara kalian sama Allah, tapi masih bisa memperhatikan diriku”.

2. Kisah Pesta di rumah Layla

Suatu ketika di rumah Layla di adakan pesta, semua warga desa di undang. Majnun yang tak di undang menyusup masuk sampai di dalam rumah. Dia melihat orang-orang sedang antri. Di lihatnya pula Layla sedang menghidangkan makanan satu persatu pada tamu bapaknya Diapun kemudian ikut antri, dengan harapan dapat bertemu Layla meskipun hanya sebentar.

Satu persatu, Majnun melewati antrian. Makin dekat dengan si kekasihnya itu, hatinya semakin menggelora. Lama sudah ia memendam rindu. Dan, inilah waktu yang tepat bagi Majnun untuk bisa menemui sang permata hati.

Akhirnya, sampailah di berdiri di depan Layla. Ia pun memberikan piringnya pada Layla. Namun, di luar dugaan, bukan senyum yang terima, bukan pula kata-kata mutiara yang ia dapat. Ia, seketika itu pula Layla mengambil piring Majnun, lalu memecahkannya ke lantai.

Seluruh keluarga Layla, yang sedari tadi memeprhatikan adegan itu, seketika bersorak gembira, akhirnya Layla menyerah. Inilah tanda bahwa Laila sudah tidak sayang lagi pada Majnun. Tapi, di antara kerumunan orang itu, ada seseorang yang melihat ekspresi Majnun. Hatinya bertanya, “kenapa Majnun malah tersenyum?”

Karena penasaran, ia pun bertanya, “kok kamu malah tersenyum, kamukan habis di permalukan di depan semua warga desa, kenapa mukamu masih senyum?”

Qays menjawab,

“Kapan saya di permalukan? kamu salah paham, tadi waktu Layla memecahkan piringku, tujuannya hanya satu, agar aku ikut antrian lagi. Kalau aku ikut antrian lagi, ya aku bisa ketemu lagi, bisa berlama-lama saling memandang”.

Itu adalah rahasia cinta Ilahiah, seperti kisah Layla yang jika di lihat biasa saja, kelihatan tega sekali sama Majnun, orang kampung yang bersorak-sorak karena menganggap Layla sudah sadar, padahal sebenarnya tidak.

J. Kisah Majnun dan Layla – Meninggalnya Majnun

Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badannya semakin lemah, sementara suhu tubuhnya semakin tinggi. Oleh teman-temannya di bawa ke tabib. Tabib menyarankan untuk bedah, karena ada yang infeksi, ada darah yang harus di keluarkan untuk menurunkan suhu tubuhnya. Majnun menolak, “jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya, saya tidak mau di bedah’”

Para Tabib bingung,

“kok kamu takut? Padahal selama ini kan kamu keluar masuk hutan sendiri, macan tidak takut, apalagi binatang buas tidak takut. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”.

Majnun menjawab,

“tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti, tapi aku takut pisaunya menyakiti Layla”.

Tabib menjawab,

“Menyakiti Layla?, mana bisa? Yang di bedah kan badanmu.”

Majnun Menjawab,

“Justru itu. Layla itu ada di setiap bagian tubuhku. Dia ada di aliran darahku.”

Pelajarannya adalah ketika kita mencintai dan di cintai, maka antara yang mencintai dan di cintai sudah tidak terbedakan lagi. Jika yang di sakiti Majnun, maka yang sakit Layla. Kalau di sakiti Layla, maka yang sakit adalah Majnun.

Kisah terakhir, Khalifah yang mendengar cerita atau Kisah Layla Majnun yang sangat populer, membuatnya datang menemui Layla. Ketika Khalifah bertemu Layla, ia menjadi heran,

“Qays menjadi Majnun karena kamu? Sungguh tak masuk akal. Apa yang di lihatnya darimu hingga membuatnya tergila-gila? Kamu bukanlah wanita yang sangat cantik. Banyak wanita lain yang secantik kamu, bahkan melebihimu. Bahkan dayangku yang paling jelek lebih cantik daripada dirimu”

Layla menjawab,

“Diamlah. Yang dia lihat tidak terlihat olehmu, karena kamu bukan Majnun. Kamu tidak tahu karena kamu bukan yang mencintai.”

Baca Juga: Perbedaan Cinta Laki-laki dan Perempuan

K. Kisah Majnun dan Layla – Hikmah dari kisah Layla Majnun

Jadi ini sebenarnya pelajaran, kalau kamu sedang susah, banyak masalah, kesulitan yang tidak berhenti-henti, semua itu mungkin karena Allah ingin dekat lama denganmu, mungkin Allah rindu mendengarkan suaramu terus, jadi jangan salah paham dulu.

Untuk itu maka, cintailah Allah, dekatilah Allah dengan rasa cinta, maka kamu tidak akan kecewa, tak akan mengeluh, tidak akan putus asa karena banyak rahasia di balik itu semua. Itulah Kisah Layla Majnun, ada banyak pelajaran cinta yang di berikan oleh Nizami lewat romannya ini. Ini merupakan alegori dari Cintai Ilahiyah, cinta ketuhanan.

Untuk mendapatkan Novel karya Nizami ini, anda dapat membelinya secara online di toko Gramedia. Dan bagi teman-teman yang ingin membaca quotes-quotes dari Nizami dalam kisah Layla Majnun, Anda dapat membacanya pada artikel Layla Majnun Quotes

Baca Juga: Kisah Qarun

Sumber Utama:
Kuliah Filsafat Dr. Fahruddin Faiz.


Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca