Hasil PISA Indonesia 2022

HermanAnis.com – Hasil PISA tahun 2022 telah dirilis OECD, bagaimana hasil PISA Indonesia 2022? secara rata-rata, skor PISA Indonesia tahun 2022 turun di bandingkan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains.

The Programme for International Student Assessment (PISA) menilai pengetahuan dan keterampilan siswa berusia 15 tahun dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Tes ini mengeksplorasi seberapa baik siswa dapat memecahkan masalah yang kompleks, berpikir kritis dan berkomunikasi secara efektif. Indonesia pertama kali berpartisipasi dalam PISA pada tahun 2001.

Tes PISA 2022 ini sedianya di laksanakan pada tahun 2021 namun tertunda karena pandemi COVID-19. Kondisi luar biasa selama periode ini, menyebabkan lockdown dan penutupan sekolah di banyak negara yang menyulitkan dalam mengumpulkan data. Barulah pada tahun 2022 data dapat dikumpulkan. Data hasil tes PISA Indonesia telah memenuhi standar kualitas yang di tetapkan oleh PISA dan di anggap layak untuk di laporkan.

Pengukuran PISA 2022 berfokus pada kemampuan siswa dalam menerapkan matematika, pemahaman bacaan, dan pengetahuan sains dalam situasi dunia nyata. Tidak sebatas pada perolehan teori saja, namun menitikberatkan pada kemampuan siswa dalam menggunakan keterampilan tersebut untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian ini mencerminkan tantangan yang di hadapi siswa dalam menerapkan pengetahuan akademis dalam lingkungan praktis.

Baca Juga: Karakteristik Soal Literasi Membaca dalam PISA

A. Hasil PISA Indonesia 2022

OECD telah merilis hasil PISA terbaru pada 5 Desember 2023 melalui laman resminya. Hasil ini tentu penting bagi Indonesia setidaknya karena dua hal, pertama, hasil ini dapat menunjukkan posisi Indonesia di bandingkan negara lain di dunia dalam bidang matematika, pemahaman bacaan, dan sains. Sehingga ini memungkinkan kita untuk mengevaluasi keberhasilan sistem pendidikan Indonesia. Kedua, hasil PISA ini merupakan alat yang sangat berguna bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengevaluasi kebijakan pendidikan yang ada. Hal ini memberikan wawasan mendalam mengenai kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan dan membantu mengembangkan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negara ini.

Baca Juga: Apa itu ESD?

1. Seberapa baik hasil ujian siswa berusia 15 tahun di Indonesia?

a. Tren kinerja matematika, membaca dan sains

Tren kinerja matematika, membaca dan sains di Indonesia di berikan dalam gambar 1 di bawah ini.

Hasil PISA Indonesia 2022 - Tren kinerja dalam matematika, membaca dan sains
Gambar 1. Tren kinerja dalam matematika, membaca dan sains
Sumber: OECD, Database PISA 2022, Tabel I.B1.5.4, I.B1.5.5 dan I.B1.5.6.

Baca Juga: Literasi Sains menurut PISA

Interpretasi tren kinerja dalam matematika, membaca dan sains di Indonesia, berdasarkan hasil PISA Indonesia 2022 sebagai berikut:

  1. Hasil rata-rata tahun 2022 turun di bandingkan tahun 2018 dalam bidang matematika, membaca, dan sains.
  2. Secara keseluruhan, hasil tahun 2022 termasuk yang terendah yang pernah di ukur oleh PISA di ketiga mata pelajaran, setara dengan hasil yang di peroleh pada tahun 2003 dalam membaca dan matematika, dan pada tahun 2006 dalam sains. Meskipun hasil beberapa penilaian sebelumnya lebih tinggi di bandingkan hasil yang di amati pada tahun-tahun awal, peningkatan ini berbalik dengan penurunan yang terlihat pada tahun 2015 dan seterusnya.
  3. Selama periode terakhir (2018 hingga 2022), kesenjangan antara siswa dengan nilai tertinggi (10% dengan nilai tertinggi) dan siswa terlemah (10% dengan nilai terendah) menyempit dalam matematika, namun hal tersebut tidak berubah secara signifikan dalam bidang matematika. membaca dan sains. Dalam matematika, mereka yang berprestasi tinggi menjadi lebih lemah, sementara kinerja tidak berubah secara signifikan di antara mereka yang berprestasi rendah.
  4. Di bandingkan dengan tahun 2012, proporsi siswa yang mendapat nilai di bawah tingkat kemahiran dasar (Level 2) meningkat sebesar lima poin persentase dalam matematika; meningkat sebesar 19 poin persentase dalam membaca; dan tidak berubah secara signifikan dalam sains.

Catatan:

  • Titik putih menunjukkan estimasi kinerja rata-rata yang secara statistik tidak signifikan di atas/di bawah estimasi PISA 2022. Garis hitam menunjukkan tren yang paling sesuai.
  • Versi interaktif dari gambar ini tersedia di https://oecdch.art/a40de1dbaf/C108.

Baca Juga: Pengertian Literasi Matematika dalam PISA 2022

b. Hasil PISA Indonesia 2022 dibandingkan dengan negara lain

Infografis rata-rata kinerja matematika, membaca dan sains Indonesia di bandingkan dengan negara lain di PISA 2022 di berikan dalam gambar 2 di bawah ini.

Hasil PISA Indonesia 2022 - Rata-rata kinerja matematika, membaca dan sains di PISA 2022
Gambar 2. Rata-rata kinerja matematika, membaca dan sains di PISA 2022
Sumber: OECD, PISA 2022 Database, Tables I.B1.2.1, I.B1.2.2 dan I.B1.2.3.

Catatan:

  • Negara-negara pembanding mencakup enam negara dengan kinerja tertinggi di setiap mata pelajaran dan lima negara dengan populasi siswa berusia 15 tahun terbesar.
  • Garis horizontal yang melampaui penanda mewakili ukuran ketidakpastian yang terkait dengan perkiraan rata-rata (interval kepercayaan 95%).

Interpretasi rata-rata kinerja matematika, membaca dan sains di Indonesia di bandingkan negara lain berdasarkan Hasil PISA 2022 sebagai berikut:

  1. Siswa di Indonesia mendapat nilai di bawah rata-rata OECD dalam bidang matematika, membaca, dan sains.
  2. Proporsi siswa di Indonesia, di bandingkan rata-rata negara-negara OECD, memiliki kinerja terbaik (Level 5 atau 6) dalam setidaknya satu mata pelajaran. Pada saat yang sama, proporsi siswa yang mencapai tingkat kemahiran minimum (Level 2 atau lebih tinggi) dalam ketiga mata pelajaran tersebut lebih kecil di bandingkan rata-rata negara-negara OECD.

c. Apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa dalam matematika?

Di Indonesia, 18% siswa mencapai setidaknya tingkat kemahiran 2 dalam matematika, jauh lebih rendah di bandingkan rata-rata negara-negara OECD (rata-rata OECD: 69%). Minimal, siswa dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi sederhana dapat di representasikan secara matematis (misalnya membandingkan jarak total di dua lintasan, atau mengkonversi nilai ke dalam mata uang yang berbeda). Lebih dari 85% siswa di Singapura, Makau (Tiongkok), Jepang, Hong Kong (Tiongkok), Tionghoa Taipei, dan Estonia (dalam urutan menurun) berprestasi pada level ini atau lebih tinggi.

Hampir tidak ada siswa di Indonesia yang berprestasi terbaik dalam matematika, artinya mereka mencapai Level 5 atau 6 dalam tes matematika PISA (rata-rata OECD: 9%). Enam negara dan perekonomian di Asia mempunyai jumlah pelajar terbesar yang melakukan hal tersebut: Singapura (41%), Tionghoa Taipei (32%), Makau (Tiongkok) (29%), Hong Kong (Tiongkok)* (27%), Jepang ( 23%) dan Korea (23%). Pada tingkat ini, siswa dapat memodelkan situasi yang kompleks secara matematis, dan dapat memilih, membandingkan dan mengevaluasi strategi pemecahan masalah yang tepat untuk menghadapinya. Hanya di 16 dari 81 negara dan perekonomian yang berpartisipasi dalam PISA 2022, lebih dari 10% siswanya mencapai kemahiran Level 5 atau 6.

Perbandingan persentasi siswa dengan kinerja terbaik dan rendah dalam matematika, membaca dan sains di Indonesia di bandingkan dengan rata-rata hasil dari negera dalam OECD di berikan dalam gambar 3.

Hasil PISA Indonesia 2022 - Siswa dengan kinerja terbaik dan kinerja rendah dalam matematika, membaca dan sains
Gambar 3. Siswa dengan kinerja terbaik dan kinerja rendah dalam matematika, membaca dan sains
Sumber: OECD, Database PISA 2022, Tabel I.B1.3.1, I.B1.3.2 dan I.B1.3.3.

Catatan: Angka di dalam gambar sesuai dengan persentase.

d. Apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa dalam membaca?

Sekitar 25% siswa di Indonesia mencapai Level 2 atau lebih tinggi dalam membaca (rata-rata OECD: 74%). Minimal, siswa ini dapat mengidentifikasi gagasan utama dalam teks yang panjangnya sedang, menemukan informasi berdasarkan kriteria yang eksplisit, meskipun terkadang rumit, dan dapat merefleksikan tujuan dan bentuk teks ketika di arahkan secara eksplisit untuk melakukannya. Jumlah siswa berusia 15 tahun yang mencapai tingkat kemahiran minimum dalam membaca (Level 2 atau lebih tinggi) bervariasi dari 89% di Singapura hingga 8% di Kamboja.

Di Indonesia, hampir tidak ada siswa yang mendapat nilai Level 5 atau lebih tinggi dalam membaca (rata-rata OECD: 7%). Siswa-siswa ini dapat memahami teks yang panjang, menangani konsep-konsep yang abstrak atau berlawanan dengan intuisi, dan membedakan antara fakta dan opini, berdasarkan isyarat implisit yang berkaitan dengan isi atau sumber informasi.

e. Apa yang diketahui dan dapat dilakukan siswa dalam sains

Sekitar 34% siswa di Indonesia mencapai Level 2 atau lebih tinggi dalam bidang sains (rata-rata OECD: 76%). Minimal, siswa dapat mengenali penjelasan yang benar untuk fenomena ilmiah yang sudah di kenal dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi, dalam kasus sederhana, apakah suatu kesimpulan valid berdasarkan data yang di berikan.

Di Indonesia, hampir tidak ada siswa yang berprestasi dalam bidang sains, artinya mereka mahir pada Level 5 atau 6 (rata-rata OECD: 7%). Siswa-siswa ini dapat secara kreatif dan mandiri menerapkan pengetahuan mereka tentang sains ke dalam berbagai situasi, termasuk situasi yang tidak mereka kenal.

2. Hasil PISA Indonesia 2022: Kesenjangan kinerja di Indonesia

a. Hasil PISA Indonesia 2022: Kesenjangan sosial-ekonomi

Hasil PISA 2022 di Indonesia di bandingkan dengan negara lain, terkait kesenjangan sosial-ekonomi di berikan gambar di bawah ini.

Hasil PISA Indonesia 2022 - Rata-rata kinerja matematika, menurut kuintil status sosial-ekonomi internasional
Gambar 4. Rata-rata kinerja matematika, menurut kuintil status sosial-ekonomi internasional
Sumber: OECD, Database PISA 2022, Tabel I.B1.4.6 dan I.B1.4.8.

Catatan:

  • Besarnya penanda sebanding dengan jumlah populasi siswa dalam setiap “kuintil” status sosial-ekonomi (sebagaimana ditentukan oleh indeks PISA status ekonomi, sosial dan budaya, ESCS). Kuintil ditentukan di tingkat internasional, yang mencakup 20% peserta PISA di setiap kuintil; dalam setiap sampel nasional, proporsinya dapat berbeda dari 20%.
  • Batang vertikal yang melampaui penanda mewakili ukuran ketidakpastian yang terkait dengan setiap perkiraan (interval kepercayaan 95%). Garis putus-putus horizontal mewakili ketidakpastian yang terkait dengan nilai rata-rata kelompok siswa terbesar (sebagaimana ditentukan oleh kuintil internasional) di Indonesia.

Kuintil = nilai yang menandai batas interval dari sebaran frekuensi yang berderet dalam lima bagian sebaran yang sama.

b. Hasil PISA 2022 Indonesia di bandingkan negara lain

Berikut beberapa interpretasi hasil PISA 2022 di Indonesia dibandingkan dengan negara lain, terkait kesenjangan sosial-ekonomi bergadasakan gambar 4.

  1. Indeks status ekonomi, sosial dan budaya PISA di hitung sedemikian rupa sehingga semua siswa yang mengikuti tes PISA, terlepas dari negara tempat mereka tinggal, dapat di tempatkan pada skala sosial ekonomi yang sama.
    Artinya, indeks ini dapat di gunakan untuk membandingkan kinerja siswa dengan latar belakang sosio-ekonomi yang sama di berbagai negara. Di Indonesia, 43% siswa berada pada kuartil internasional terbawah dalam skala sosio-ekonomi, yang berarti bahwa mereka termasuk siswa yang paling kurang mampu dalam mengikuti tes PISA pada tahun 2022. Nilai rata-rata mereka dalam matematika adalah 354 skor poin. Di Türkiye dan Vietnam, siswa dengan latar belakang sosio-ekonomi yang sama cenderung mendapat nilai yang jauh lebih tinggi.
  2. Indeks status ekonomi, sosial dan budaya PISA di Indonesia, menunjukkan siswa secara sosio-ekonomi (25% teratas dalam hal status sosial-ekonomi) mengungguli siswa yang kurang beruntung (25% terbawah) dengan skor 34 poin dalam matematika. Angka ini lebih kecil di bandingkan perbedaan rata-rata antara kedua kelompok (93 poin skor) di negara-negara OECD.
  3. Antara tahun 2012 dan 2022, kesenjangan prestasi matematika antara 25% siswa teratas dan terbawah dalam hal status sosial-ekonomi menyempit di Indonesia, sementara kesenjangan rata-rata di negara-negara OECD tetap stabil.
  4. Status sosial ekonomi merupakan prediktor kinerja matematika di semua negara dan perekonomian peserta PISA. Hal ini menyumbang 6% dari variasi kinerja matematika pada PISA 2022 di Indonesia (di bandingkan dengan rata-rata 15% di negara-negara OECD).
  5. Sekitar 15% siswa kurang mampu di Indonesia mampu meraih nilai kinerja matematika pada kuartal teratas. Siswa-siswa ini dapat dianggap tangguh secara akademis karena, meskipun memiliki kelemahan sosial-ekonomi, mereka telah mencapai keunggulan pendidikan di bandingkan dengan siswa di negara mereka sendiri. Rata-rata di negara-negara OECD, 10% siswa yang kurang beruntung mendapat nilai kinerja matematika pada kuartal teratas di negara mereka sendiri.

b. Hasil PISA Indonesia 2022: Kinerja terkait perbedaan gender

Beberapa interpretasi hasil PISA 2022 Indonesia di bandingkan negara lain terkait perbedaan gender, di antaranya,

  1. Anak perempuan mengungguli anak laki-laki dalam matematika dengan 6 poin dan membaca dengan 23 poin di Indonesia. Secara global, dalam bidang matematika, anak laki-laki memiliki kinerja yang lebih baik di bandingkan anak perempuan di 40 negara dan perekonomian, anak perempuan memiliki kinerja yang lebih baik daripada anak laki-laki di 17 negara atau perekonomian lainnya, dan tidak ada perbedaan signifikan yang di temukan di 24 negara atau perekonomian lainnya. negara dan perekonomian yang berpartisipasi dalam PISA 2022 (79 dari 81).
  2. Di Indonesia, jumlah anak laki-laki yang berprestasi rendah sama besarnya antara anak laki-laki (83%) dan anak perempuan (81%) dalam mata pelajaran matematika; Namun, persentase anak laki-laki dalam membaca lebih besar (70% anak perempuan dan 79% anak laki-laki mendapat nilai di bawah Level 2 dalam membaca).
  3. Antara tahun 2012 dan 2022, prestasi matematika menurun pada anak laki-laki, namun tetap stabil pada anak perempuan di Indonesia.

3. Bagaimana keadaan sekolah di Indonesia?

a. Hasil PISA Indonesia 2022: Rasa memiliki dan kepuasan siswa di sekolah

Rasa memiliki siswa terhadap sekolah
Gambar 5. Rasa memiliki siswa terhadap sekolah
Sumber: OECD, Database PISA 2022, Tabel II.B1.1.4.

Catatan: Angka di dalam gambar sesuai dengan persentase.

Pada tahun 2022, 87% siswa di Indonesia melaporkan bahwa mereka mudah berteman di sekolah (rata-rata OECD: 76%) dan 86% merasa diterima di sekolah (rata-rata OECD: 75%). Sementara itu, 16% melaporkan merasa kesepian di sekolah, dan 13% merasa seperti orang asing atau tersisih di sekolah (rata-rata OECD: 16% dan 17%). Dibandingkan tahun 2018, rasa memiliki siswa terhadap sekolah tidak berubah secara signifikan di Indonesia.

Kepuasan siswa terhadap kehidupan, secara umum, menurun di banyak negara dan perekonomian selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2022, 14% siswa di Indonesia melaporkan bahwa mereka tidak puas dengan kehidupan mereka: mereka menilai kepuasan hidup mereka antara 0 dan 4 pada skala yang berkisar antara 0 hingga 10. Pada tahun 2018, jumlah siswa yang merasa tidak puas hampir sama dengan kehidupan (13%). Rata-rata di negara-negara OECD, proporsi pelajar yang tidak puas dengan kehidupan meningkat dari 11% pada tahun 2015 menjadi 16% pada tahun 2018 dan 18% pada tahun 2022.

b. Hasil PISA Indonesia 2022: Dukungan dan kedisiplinan dalam pelajaran matematika

Di Indonesia, 57% siswa melaporkan bahwa, di sebagian besar pelajaran matematika, guru menunjukkan minat terhadap setiap pembelajaran siswa (rata-rata OECD: 63%), dan 64% menyatakan bahwa guru memberikan bantuan ekstra ketika siswa membutuhkannya (rata-rata OECD: 70 %). Pada tahun 2012, saham masing-masing adalah 62% dan 69%. Rata-rata, hasil matematika pada tahun 2022 cenderung lebih kecil dalam sistem pendidikan di mana lebih banyak siswa melaporkan bahwa guru memberikan bantuan ekstra ketika siswa membutuhkannya, dibandingkan sepuluh tahun sebelumnya.

Banyak siswa belajar matematika dalam iklim disiplin ilmu yang tidak mendukung pembelajaran: pada tahun 2022,

  • sekitar 25% siswa di Indonesia melaporkan bahwa mereka tidak dapat mengerjakan dengan baik di sebagian besar atau seluruh pelajaran (rata-rata OECD: 23%);
  • 24% siswa tidak mendengarkan apa yang dikatakan guru (rata-rata OECD: 30%);
  • 25% siswa mengalami gangguan saat menggunakan perangkat digital (rata-rata OECD: 30%); dan
  • 27% perhatiannya teralihkan oleh siswa lain yang menggunakan perangkat digital (rata-rata OECD: 25%).

Rata-rata di negara-negara OECD, siswa cenderung tidak mengalami gangguan saat menggunakan perangkat digital ketika penggunaan telepon seluler di lingkungan sekolah dilarang.

c. Hasil PISA Indonesia 2022: Perasaan aman berada di sekolah dan disekitar sekolah

Data PISA 2022 menunjukkan bahwa dalam sistem pendidikan yang kinerjanya tetap tinggi dan rasa memiliki siswa meningkat, siswa cenderung merasa lebih aman dan terhindar dari perundungan dan risiko lain di sekolah mereka.

Di Indonesia, 4% siswa melaporkan merasa tidak aman dalam perjalanan ke sekolah (rata-rata OECD: 8%); 6% siswa melaporkan tidak merasa aman di ruang kelas mereka di sekolah (rata-rata OECD: 7%); 17% siswa melaporkan tidak merasa aman di tempat lain di sekolah (misalnya lorong, kafetaria, kamar kecil) (rata-rata OECD: 10%).

Sekitar 25% anak perempuan dan 30% anak laki-laki di laporkan menjadi korban tindakan intimidasi setidaknya beberapa kali dalam sebulan (rata-rata OECD: 20% anak perempuan dan 21% anak laki-laki). Rata-rata di negara-negara OECD, lebih sedikit siswa yang terkena perundungan pada tahun 2022 di bandingkan tahun 2018: misalnya, hanya 7% siswa yang melaporkan bahwa siswa lain menyebarkan rumor buruk tentang mereka pada tahun 2022, di bandingkan dengan 11% pada tahun 2018. Di Indonesia juga, proporsinya menyusut (9% pada tahun 2022 di bandingkan dengan 20% pada tahun 2018).

d. Hasil PISA Indonesia 2022: Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran

Data PISA yang dikumpulkan dari kepala sekolah menunjukkan bahwa persentase orang tua yang terlibat di sekolah dan pembelajaran menurun secara signifikan antara tahun 2018 dan 2022 di banyak negara/ekonomi. Hal ini tidak terjadi di Indonesia. Pada tahun 2022, 43% siswa di Indonesia berada di sekolah yang kepala sekolahnya melaporkan bahwa pada tahun ajaran sebelumnya setidaknya setengah dari seluruh keluarga mendiskusikan kemajuan anak mereka dengan seorang guru atas inisiatif mereka sendiri (dan 49% atas inisiatif guru).

Pada tahun 2018, jumlah tersebut adalah 39% (dan 40%). Sistem yang memiliki tren lebih positif dalam keterlibatan orang tua antara tahun 2018 dan 2022 (yaitu sistem di mana jumlah orang tua yang mendiskusikan kemajuan anaknya dengan guru atas inisiatif mereka sendiri menyusut lebih sedikit) cenderung menunjukkan kinerja matematika yang lebih stabil atau lebih baik.

e. Hasil PISA Indonesia 2022: Pembelajaran selama penutupan sekolah terkait COVID

Di Indonesia, 60% siswa melaporkan bahwa gedung sekolah mereka ditutup selama lebih dari tiga bulan karena COVID-19. Rata-rata di negara-negara OECD, 51% siswa mengalami penutupan sekolah dalam jangka waktu yang sama. Dalam sistem pendidikan yang kinerjanya tetap tinggi dan rasa memiliki siswa meningkat, hanya sedikit siswa yang mengalami penutupan sekolah lebih lama.

Selama pembelajaran jarak jauh, 33% siswa di Indonesia mengalami masalah setidaknya sekali seminggu dalam memahami tugas sekolah dan 28% siswa dalam menemukan seseorang yang dapat membantu mereka mengerjakan tugas sekolah (rata-rata OECD: 34% dan 24%). Dalam sistem pendidikan yang kinerjanya tetap tinggi dan rasa memiliki siswa meningkat, lebih sedikit siswa yang menghadapi masalah selama pembelajaran jarak jauh.

Dukungan terhadap kesejahteraan siswa seringkali terbatas ketika sekolah mereka di tutup. Di Indonesia, 25% siswa melaporkan bahwa mereka mendapat dukungan setiap hari melalui kelas virtual langsung pada program komunikasi video. Hanya 17% siswa melaporkan bahwa setiap hari mereka di tanyai oleh seseorang dari sekolah tentang perasaan mereka (rata-rata OECD: 51% dan 13%).

Jika gedung sekolah harus di tutup lagi di masa depan, banyak siswa di OECD yang merasa yakin untuk menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran jarak jauh, namun hanya sedikit siswa yang merasa percaya diri untuk mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.

Sekitar 55% siswa di Indonesia merasa percaya diri atau sangat percaya diri dalam menggunakan program komunikasi video dan 70% siswa merasa percaya diri atau sangat percaya diri dalam memotivasi diri mereka sendiri untuk mengerjakan tugas sekolah (rata-rata OECD: 77% dan 58%).

4. Apa lagi yang di sampaikan PISA kepada kita?

a. Sumber daya yang di investasikan dalam pendidikan

Pengeluaran untuk pendidikan hanya berhubungan dengan kinerja siswa sampai batas tertentu. Diantara negara yang pengeluaran kumulatif per siswanya, selama masa sekolah dasar dan menengah antara usia 6 dan 15 tahun, berada di bawah USD 75.000 (PPP) pada tahun 2019. Di Indonesia, pengeluaran kumulatif per siswa, yang berusia di atas sepuluh tahun antara 6 dan 15 tahun, setara dengan sekitar USD 19.700 (PPP).

Di sekitar separuh negara/ekonomi yang memiliki data serupa, kepala sekolah pada tahun 2022 lebih besar kemungkinannya melaporkan kekurangan staf pengajar di bandingkan kepala sekolah pada tahun 2018. Pada tahun 2022, 18% siswa di Indonesia berada di sekolah yang kepala sekolahnya melaporkan bahwa kapasitas sekolah dalam memberikan pengajaran terhambat oleh kurangnya staf pengajar (dan 13%, karena staf pengajar yang tidak memadai atau berkualifikasi rendah).

Pada tahun 2018, proporsinya masing-masing adalah 42% dan 25%. Di sebagian besar negara/perekonomian, siswa yang bersekolah di sekolah yang kepala sekolahnya melaporkan kekurangan staf pengajar mendapat nilai matematika lebih rendah di bandingkan siswa di sekolah yang kepala sekolahnya melaporkan lebih sedikit atau tidak ada kekurangan staf pengajar.

b. Bagaimana siswa sukses melalui sekolah

Saat mereka mengikuti tes PISA pada tahun 2022, 51% siswa berusia 15 tahun (terdaftar di kelas 10.). Di Indonesia, 85% melaporkan bahwa mereka telah mengikuti pendidikan pra-sekolah dasar selama satu tahun atau lebih (rata-rata OECD: 94%). Rata-rata di negara-negara OECD, siswa yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah dasar selama satu tahun atau lebih mendapat nilai lebih tinggi dalam matematika pada usia 15 tahun di bandingkan siswa yang tidak pernah mengikuti pendidikan dasar atau yang telah mengikuti pendidikan kurang dari satu tahun, bahkan setelah memperhitungkan faktor sosio-ekonomi. faktor.

Sekitar 12% siswa di Indonesia melaporkan bahwa mereka pernah mengulang kelas setidaknya satu kali (rata-rata OECD: 9%) setelah masuk sekolah dasar. Pengulangan kelas cenderung kurang lazim dalam sistem berkinerja tinggi.

c. Hasil PISA Indonesia 2022 – Otonomi sekolah

Di Indonesia, 56% siswa bersekolah di sekolah yang kepala sekolahnya mempunyai tanggung jawab utama untuk merekrut guru (rata-rata OECD: 60%), dan 70% terdaftar di sekolah yang gurunya mempunyai tanggung jawab utama untuk memilih materi pembelajaran yang akan di gunakan (OECD rata-rata: 76%). Banyak sistem sekolah berkinerja tinggi cenderung mempercayakan tanggung jawab ini kepada kepala sekolah dan guru.

B. Fitur utama PISA 2022 – Hasil PISA Indonesia 2022

1. Konten

Survei PISA 2022 berfokus pada matematika, dengan membaca dan sains sebagai bidang minor dan berpikir kreatif sebagai bidang penilaian yang inovatif. PISA 2022 juga mencakup penilaian terhadap literasi keuangan generasi muda, yang bersifat opsional bagi negara dan perekonomian. Hasil matematika, membaca dan sains di rilis pada 5 Desember 2023 dan hasil berpikir kreatif dan literasi keuangan pada tahun 2024.

2. Peserta didik atau siswa

Sekitar 690.000 siswa mengikuti penilaian ini pada tahun 2022, mewakili sekitar 29 juta anak usia 15 tahun di sekolah-sekolah di 81 negara dan perekonomian yang berpartisipasi.

Di Indonesia, 13.439 siswa, di 410 sekolah, menyelesaikan penilaian matematika, membaca atau sains, mewakili sekitar 3790.800 siswa berusia 15 tahun (di perkirakan 85% dari total populasi anak berusia 15 tahun).

3. Penilaian

Siswa mengikuti tes selama dua jam, masing-masing di khususkan untuk satu mata pelajaran. Siswa yang berbeda di berikan soal tes yang berbeda dan kombinasi mata pelajaran yang berbeda (misalnya matematika di ikuti membaca, atau sains di ikuti matematika, dll.). Soal tes merupakan campuran dari soal pilihan ganda dan soal yang mengharuskan siswa untuk menyusun tanggapannya sendiri.

Siswa juga menjawab kuesioner latar belakang, yang penyelesaiannya memakan waktu sekitar 35 menit. Kuesioner ini mencari informasi tentang siswa itu sendiri, sikap, watak dan keyakinan mereka, rumah mereka, serta pengalaman sekolah dan belajar mereka. Kepala sekolah mengisi kuesioner tentang manajemen sekolah, organisasi, dan lingkungan belajar.

Beberapa negara/ekonomi juga membagikan kuesioner tambahan kepada siswa, orang tua dan/atau guru, untuk memperoleh lebih banyak informasi. Temuan dari kuesioner opsional ini tidak tercakup dalam catatan ini.

D. Kesimpulan

Hasil PISA 2022 menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai ruang untuk meningkatkan literasi matematika, membaca, dan sains. Hal ini memperkuat kebutuhan untuk memperbaiki sistem pendidikan agar lebih mempersiapkan siswa untuk memenuhi tuntutan dunia modern. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, Indonesia dapat merumuskan langkah-langkah strategis yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan demi masa depan yang lebih baik.

Untuk informasi lebih lanjut tentang PISA 2022 kunjungi www.oecd.org/pisa

References

  • https://www.oecd.org/publication/pisa-2022-results/country-notes/indonesia-c2e1ae0e#chapter-d1e11

Demikian semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close