Konsep Diri: Pengertian, Jenis, Ciri, Tahapan dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya

APA ITU KONSEP DIRI?

HermanAnis.com – Teman-teman semua, pembahasan kita kali ini adalah tentang Konsep Diri. Pembahasan fokus pada apa itu konsep diri, pengertian, perkembangan, aspek, jenis, faktor yang mempengaruhi, dan Konsep Diri dalam Perspektif Islam.

A. Apa itu Konsep Diri?

Pembahasan fokus pada apa itu konsep diri, pengertian, perkembangan, ciri-ciri, jenis, faktor-faktor yang mempengaruhi, cara mengembangkan tingkatan, dan perspektif agama terhadap konsep diri.

Konsep diri atau self concept adalah cara pandang dan sikap seseorang terhadap diri sendiri. Koncep diri merupaka inti dari kepribadian seseorang dan sangat berperan dalam menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku seseorang di dalam lingkungannya.

Setiap individu pasti memiliki self concept dan dapat berkembang menjadi konsep diri positif maupun negatif, namun demikian kita pada umumnya tidak tahu apakah konsep diri yang di miliki itu negatif atau positif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan memiliki dorongan untuk mengenal dan memahami dirinya sendiri. Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu menginstropeksi diri atau lebih mengenal dirinya melalui kelebihan dan kelemahan yang di miliki.

Sedangkan individu yang memiliki konsep diri negatif, ia tidak memiliki kestabilan perasaan dan keutuhan diri, juga tidak mampu mengenal diri sendiri baik kelebihan maupun kelemahan serta potensi yang dimiliki. Individu yang memiliki konsep diri negatif adalah individu yang pesimis, merasa dirinya tidak berharga, dan tidak tahan dengan kritikan yang diberikan kepadanya

Self concept memiliki tiga komponen utama, yaitu komponen perseptual, komponen konseptual, dan komponen sikap.

  1. komponen perseptual yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang di tampilkan pada orang lain, komponen ini sering disebut physical self-concept.
  2. Komponan konseptual yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang di miliki, baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang serta masa depannya. Komponen ini sering di sebut psycological self-concept, yang tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti pendirian yang teguh dan kebalikannya dari sifat-sifat tersebut.
  3. Komponen sikap yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang di milikinya. Perkembangan kepribadian seseorang sangat dipengaruhi perkembangan konsep dirinya, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilakunya.

B. Pengertian Konsep Diri menurut Pakar atau Ahli

Pada dasarnya manusia bukanlah makhluk berdiri sendiri, manusia hidup di kelilingi oleh lingkungan termasuk keluarga, teman, dan alam itu sendiri.

Berbagai pengalaman hidup telah di alami dari setiap peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam 17 kehidupan. Hal inilah yang tentunya membuat seseorang memiliki pandangan terhadap dirinya sendiri. Self concept merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya.

Pengertian konsep diri menurut para tokoh sebagai berikut:

  1. Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman self concept adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya. Keyakinan yang di maksud bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya.
  2. Self concept menurut Hurlock yaitu keyakinan tentang diri sendiri yang meliputi pemahaman fisik, psikis (emosional), sosial dan akademis (prestasi). Selain itu Hurlock juga berpandangan bahwa konsep diri merupakan gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang dirinya yang mencakup citra fisik dan psikologis.
  3. Menurut Burns self concept adalah suatu gambaran dari apa yang kita pikirkan, yang orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan, yang mana koncep diri merupakan berbagai kombinasi dari berbagai aspek, yaitu citra diri, intensitas afektif, evaluasi diri dan kecenderungan memberi respon.
  4. Menurut Chaplin menyatakan bahwa self concept adalah  evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai  diri sendiri oleh individu yang bersangkutan.
  5. Sedangkan menurut Brooks berpendapat self concept sebagai pandangan dan perasaan individu tentang dirinya, persepsi tentang  dirinya ini boleh bersifat fisik, psikologis dan sosial. Koncep diri meliputi apa  yang di pikirkan dan apa yang dirasakan tentang dirinya sendiri.
  6. Calhoun & Acocella menjelaskan bahwa self concept merupakan gambaran mental diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri, dan penilaian terhadap diri. Concep diri juga di anggap sebagai pemegang peranan kunci dalam pengintegrasian kepribadian individu, didalam memotivasi tingkah laku serta di dalam pencapaian kesehatan mental.

Kesimpulan tentang apa itu konsep diri

Konsep diri merupakan gambaran yang di miliki seseorang tentang di rinya, yang di bentuk melalui pengalaman-pengalaman yang di peroleh dari interaksi dengan lingkungan. Koncep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi.

Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai pengalaman yang di jumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang di dapatkan dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, sejarah hidup individu dari masa lalu membuat di rinya memandang diri lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya.

Dari pendapat para tokoh di atas dapat di simpulkan pengertian dari concep diri merupakan sikap, perasaan, pandangan dan keyakinan individu tentang di rinya sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

Hasil interaksi ini dapat meliputi, fisik, psikis, sosial dan akademik yang nantinya akan menentukan langkah-langkah individu dalam melakukan aktifitas sesuai dengan gambaran yang ada pada  di rinya.

C. Perkembangan Konsep Diri

Selama periode awal kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya di dasari oleh persepsi tentang diri sendiri. Kemudian dengan bertambahnya usia, pandangan tentang diri ini menjadi lebih banyak di dasari oleh nilai-nilai yang di peroleh dari interaksi dengan orang lain.

1. Tahap-tahap Perkembangan Konsep Diri

Menurut Elizabeth B. Hurlock self concept terdiri atas dua bentuk yakni konsep diri primer dan sekunder.

a. Konsep diri primer

Konsep diri ini di dasarkan atas pengalaman anak di rumah dan di bentuk dari berbagai konsep terpisah, yang masing-masing merupakan hasil dari pengalaman dengan berbagai anggota keluarga. Self Concept atau konsep diri primer mencakup citra fisik dan psikologis diri.

b. Konsep diri Sekunder

Self concept yang kedua adalah konsep diri sekunder. Konsaep diri ini berhubungan dengan bagaimana anak melihat dirinya melalui mata orang lain. Konsep diri sekunder juga mencakup citra fisik maupun psikologis diri.

Anak-anak berpikir tentang struktur fisik mereka seperti halnya orang diluar rumah, dan mereka menilai citra psikologis diri mereka yang di bentuk di rumah, dengan membandingkan citra ini dengan apa yang mereka kira di pikir guru, teman sebaya, dan orang lain mengenai diri mereka.

Joan Rais Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih mengemukakan bahwa pada dasarnya konsep diri tersusun atas tahapan-tahapan.

Yang paling dasar adalah konsep diri primer, di mana konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri melalui orangtua, nenek, paman ataupun saudara-saudara sekandung yang lainnya.

Kemudian setelah anak bertambah besar, ia mempunyai lebih banyak teman, banyak kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai lebih banyak pengalaman.

Akhirnya, anak akan memperoleh self concept yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya.

Ini menghasilkan suatu konsep diri sekunder. Bagaimana konsep diri sekunder ini terbentuk, banyak di tentukan pula oleh bagaimana konsep diri primernya.

Anak akan cenderung memilih teman bermain yang sesuai dengan konsep diri primer yang sudah di punyainya itu dan teman-teman barunya tulah yang nantinya menunjang terbentuknya diri sekunder.

2. Tahapan perkembangan konsep diri

Jadi dapat di simpulkan bahwa perkembangan self concept tersusun atas 2 tahap, yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder.

Di mana konsep diri primer adalah self concept yang terbentuk atas dasar pengalaman anak di lingkungan rumahnya sendiri, berhubungan dengan anggota keluarga dirumah seperti orang tua, nenek, paman, ataupun saudara-saudara sekandung yang lainnya.

Sedangkan, konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk atas dasar pengalaman anak di lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya atau teman bermain.

Dengan demikian dapat di katakan bahwa proses pertumbuhan dan perkembangan individu menuju kedewasaan sangat di pengaruhi oleh lingkungannya karena individu belajar dari lingkungan.

a. Reflected Appraisal

Teori ini mengemukakan bahwa konsep diri seseorang terbentuk atas pengaruh lingkungan sekitar, bagaimana orang-orang lain memberi respon dan menilai individu tersebut. Peran orang lain yang berarti (significant other) dalam kehidupan seseorang sangat menentukan.

b. Social Comparation

Teori ini mengemukakan bahwa konsep diri berkembang malalui proses interaksi seseorang dengan lingkungan sepanjang rentang kehidupannya. Seseorang secara terus-menerus membentuk nilai-nilai yang ia alami dan pelajari bersama orang lain di lingkungannya.

Selama proses ini berlangsung terjadi perbandingan-perbandingan yang seseorang lakukan terhadap di rinya dan orang lain. Segala yang di pelajari dan di alami oleh seseorang berkaitan dengan segala hal tentang di rinya akan di persepsi kedalam diri dan membentuk citra diri (gambaran diri) individu terhadap diri sendiri.

D. Ciri Ciri Konsep Diri

Menurut Wasty Soemanto, ciri-ciri self concept, yaitu:

1) Terorganisasikan

Individu mengumpulkan banyak informasi yang di pakai untuk membentuk pandangan tentang di rinya sendiri. Untuk sampai pada gambaran umum tentang di rinya ia menginformasikan itu ke dalam kategori-kategori yang lebih luas dan banyak.

2) Multifaset

Individu mengkategorikan persepsi diri itu dalam beberapa wilayah misalnya: social acceptance, physical attractiveness, athletic ability and academic ability.

3) Stabil

General self concept itu stabil. Perlu di catat bahwa area self concept dapat berubah.

4) Berkembang

Self concept berkembang sesuai dengan umur dan pengaruh lingkungan.

5) Evaluatif

Selain membentuk deskripsi di rinya pada situasi yang istimewa, tetapi individu juga mengadakan penilaian terhadap di rinya sendiri.

Sedangkan menurut Inge Hutagalung terdapat sejumlah karakteristik orang yang mempunyai konsep diri negatif, yaitu:

  1. Sangat `peka dan cenderung sulit menerima kritik dari orang lain.
  2. Mengalami kesulitan berbicara dengan orang lain.
  3. Sulit mengakui bahwa kesalahan.
  4. Kurang mampu mengungkapkan perasaan dengan cara yang wajar. Senang mendapatkan pujian, setiap pujian adalah lebih baik daripada tidak ada sama sekali
  5. Cenderung menunjukkan sikap mengasingkan diri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan.

Sedangkan karakteristik orang yang memiliki konsep diri positif, adalah orang yang:

  1. terbuka.
  2. tidak memiliki hambatan untuk berbicara dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang masih asing sekalipun.
  3. cepat tanggap dalam situasi sekelilingnya.

Dalam hal ini dapat di simpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki konsep diri positif, yaitu bersikap terbuka, tidak memiliki hambatan untuk berbicara dengan orang lain, cepat tanggap dalam situasi sekelilingnya.

Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya di setujui masyarakat, serta mampu memperbaiki di rinya.

E. Jenis Jenis Konsep Diri

Berikut pembahasan tentang jenis jenis self concept menurut William D Brooks & Philip Emmen, Calhoun & Acocella, Rogers, pada bagia ini akan menguraikan

1. Jenis konsep diri menurut William D Brooks & Philip Emmen

William D Brooks & Philip Emmen membagi pola konsep diri menjadi 2 yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

a. Jenis Konsep diri positif menurut William D Brooks & Philip Emmen

Jenis Jenis Konsep Diri

Ciri-ciri dari jenis konsep diri positif yang dapat kita tandai di antaranya adalah:

  1. Yakin akan kemampauan mengatasi masalah. Sehingga dia akan memiliki keyakinan bahwa ia mampu mengatasi masalah yang di hadapinya.
  2. Merasa setara dengan orang lain.
  3. Menerima pujian tanpa rasa malu/bersalah.
  4. Menyadari bahwa setiap orang memiliki keinginan, perasaan serta perilaku yang seluruhnya belum tentu disetujui oleh masyarakat.
  5. Mampu memperbaiki diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak di senanngi dan berusaha mengubahnya. Selain itu, dia juga mengetahui dan menyadari kekurangan-kekurangan yang ada dalam dirinya dan berusaha memperbaikinya.

b. Konsep diri negatif menurut William D Brooks & Philip Emmen

Ciri-ciri dari jenis konsep diri negatif yang dapat kita tandai di antaranya adalah:

  1. Peka terhadap kritikan.
  2. Responsif terhadap pujian antusias dalam menerima pujian dan terlalu di tampakkan.
  3. Hiperkritis. Dampak dari pujian menjadikan individu menjadi suka mencela, mengkritik, dan meremehkan orang lain
  4. Memiliki kecenderungan merasa tidak di senangi oleh orang lain. Reaksinya memandang orang lain sebagai musuh, karena dia merasa  tidak di perhatikan.
  5. Pesimis terhadap kompetisi.

Setiap orang mempunyai perbedaan dalam menerima dirinya sendiri maupun menerima apa pendapat orang lain tentang dirinya, maka konsep diri yang muncul pasti berbeda dan karakteristik dari konsep diri tersebut tidaklah sama.

Ada pendapat yang menyebut konsep diri tinggi, sedang, rendah, dan ada yang membedakan atas konsep diri positif dan negatif.

2. Jenis Konsep diri menurut Calhoun & Acocella

Hal yang sejalan di kemukakan oleh Calhoun & Acocella, di mana, ia membagi konsep diri menjadi dua jenis, yaitu konsep diri yang positif dan konsep diri yang negatif.

a. Konsep diri positif menurut Calhoun & Acocella

Konsep diri yang lebih berupa penerimaan diri bukan sebagai suatu  kebanggaan yang besar tentang dirinya, dapat memahami dan menerima dirinya sendiri secara apa adanya, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi  positif dan dapat menerima orang lain.

Individu yang memiliki konsep diri  positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat di capai, pengetahuan yang luas, harga diri yang tinggi, mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul siapa di rinya sehingga di rinya menerima segala kelebihan dan kekurangan, evaluasi terhadap di rinya menjadi lebih positif serta mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas.

b. Konsep diri negatif menurut Calhoun & Acocella

Calhoun & Acocella membagi konsep diri negatif  menjadi dua tipe, yaitu:

  1. Pandangan seseorang tentang di rinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki parasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa di rinya, apa kelemahan dan kelebihannya atau  apa yang ia hargai dalam kehidupannya.
  2. Pandangan tentang di rinya yang terlalu kaku, stabil dan teratur. Hal ini  bisa terjadi sebagai akibat didikan yang terlalu keras dan kepatuhan yang  terlalu kaku. Disini, individu merupakan aturan yang terlalu keras pada di rinya sehingga tidak dapat menerima sedikit saja penyimpangan atau  perubahan dalam kehidupannya.

Singkatnya, individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari dua tipe, tipe pertama yaitu individu yang tidak tahu siapa di rinya dan tidak mengetahui kekurangan dan kelebihannya, sedangkan tipe kedua adalah individu yang memandang di rinya dengan sangat tratur dan stabil.

3. Jenis Konsep diri menurut Rogers

Menurut Rogers jenis konsep diri terdiri dari atas dua, yakni konsep menerima dan menolak.

  1. Konsep diri menerima, yaitu seseorang menerima pengalaman sesuai dengan self
  2. Konsep diri menolak, yaitu apabila pengalaman yang diterima tidak sesuai dengan self.

Singkatnya, konsep diri menerima akan berkembang menjadi konsep diri positif, sedangkan konsep diri menolak akan berkembang menjadi konsep diri negatif.

4. Jenis konsep diri positif dan negatif

Sikap diri yang positif berbeda dengan kesombongan atau keegoisan, konsep diri yang positif lebih mengarah pada penerimaan diri secara apa adanya dan mengembangkan harapan yang realistis sesuai dengan kemampuan yang di miliki. Berdasarkan ulasan tersebut dapat di simpulkan bahwa individu yang mempunyai konsep diri yang positif merupakan orang yang mampu menikmati apa yang ada dalam di rinya baik kekurangan maupun kelebihannya.

Mampu menerima saran dan kritik ataupun pujian dari orang lain tanpa merasa tersinggung, puas terhadap keadaan diri dan yakin akan kemampuannya meraih cita-cita. Konsep diri negatif merupakan penilaian yang negatif terhadap diri. Individu yang mempunyai konsep diri negatif, informasi baru tentang di rinya hampir pasti menjadi kecemasan, rasa ancaman terhadap diri.

Apapun yang diperoleh tampaknya tidak berharga di bandingkan dengan apa yang diperoleh orang lain. Ia selalu merasa cemas dan rendah diri dalam pergaulan sosialnya karena tiadanya perasaan yang menghargai pribadi dan penerimaan terhadap di rinya. Jadi orang yang memiliki konsep diri negatif, selalu memandang negatif pada berbagai hal. Ia merasa tidak puas dengan apa yang di miliki dalam hidup dan selalu merasa kurang, merasa tidak cukup mempunyai kemampuan untuk meraih cita-cita yang di inginkan.

Individu tersebut merasa rendah dan tidak mau mengakui kelebihan orang lain, ia tidak dapat menerima apabila ada orang lain yang lebih segalanya darinya. Oleh karena itu ia selalu mengikuti apa yang di kerjakan oleh orang lain.

F. Aspek aspek Konsep Diri

Konsep diri tidak hanya mempengaruhi individu dalam karakter tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki konsep diri dan dapat berkembang menjadi Self Concept positif maupun negatif, namun demikian kita pada umumnya tidak tahu apakah konsep diri yang dimiliki itu negatif atau positif.

Perkembangan Konsep Diri

1. Aspek konsep diri menurut Calhoun & Acocella

Aspek aspek konsep diri menurut Calhoun & Acocella terdiri dari tiga aspek yaitu pengetahuan yang di miliki individu mengenai dirinya sendiri, pengharapan yang di miliki individu untuk dirinya sendiri dan penilaian mengenai diri sendiri. Self concept merupakan gambaran mental yang di miliki oleh seorang individu.

1. Pengetahuan

Aspek atau di mensi pertama dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang di miliki individu merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya. Dalam benak setiap individu ada satu daftar julukan yang menggambarkan tentang dirinya

Hal ini mengacu pada istilah-istilah kuantitas seperti nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan, pekerjaan, agama dan sebagainya dan sesuatu yang merujuk pada istilah-istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati, tenang dan bertemperamen tinggi.

Pengetahuan bisa di peroleh dengan membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya (orang lain). Pengetahuan yang di miliki individu tidaklah menetap sepanjang hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan cara merubah tingkah laku individu tersebut atau cara mengubah kelompok pembanding.

Dalam membandingkan diri sendiri dengan orang lain maka julukan yang tepat untuk membedakan adalah perbadaan kualitas.

2. Harapan

Aspek atau di mensi kedua dari konsep diri adalah harapan. Harapan merupakan aspek dimana individu mempunyai berbagai pandangan kedepan tentang siapa dirinya, menjadi apa di masa mendatang, maka individu mempunyai pengharapan terhadap dirinya sendiri.

Singkatnya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu.

3. Penilaian

Aspek terakhir dari konsep diri adalah penilaian terhadap diri sendiri. Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap di rinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat dan terjadi pada di rinya.

Intinya, setiap individu berperan sebagai penilai terhadap di rinya sendiri dan dengan menilai hal ini merupakan standar masing-masing individu.

2. Dimensi konsep diri menurut Song & Hattie, Pudjijogjanti & Suryabrata

Aspek Aspek Konsep Diri. Sementar menurut Pudjijogjanti Self Concept secara global terdiri dari tiga aspek, yaitu konsep diri general, self concept mayor, dan self concept spesifik.

  1. Konsep diri general merupakan cara individu dalam memahami keseluruhan di rinya dan hal ini sulit untuk di rubah, karena sudah melekat.
  2. Self concept mayor merupakan cara individu memahami konteks sosial, fisik dan akademis dari di rinya.
  3. Self concept spesifik merupakan cara individu memahami di rinya berkaitan dengan aktivitas dalam berkegiatan sosial, fisik dan akademis.

Menurut Song & Hattie membagi Self Concept dalam dua bagian yaitu self concept akademik dan penampilan individu yang bersangkutan. Sementara konsep diri menurut Suryabrata memiliki beberapa aspek yaitu bagaimana orang:

  1. mengamati di rinya sendiri
  2. berpikir tentang di rinya sendiri
  3. menilai di rinya sendiri
  4. berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri.

3. Aspek konsep diri menurut Hurlock, Nashori & Thalib

Aspek Aspek Konsep Diri. Menurut Hurlock konsep diri yaitu keyakinan tentang diri sendiri yang meliputi diri fisik, diri psikologis, diri sosial dan diri akademis. Sedangkan menurut Nashori membagi konsep diri lebih luas ke dalam enam bagian yaitu self concept fisik, konsep diri pribadi, sosial, moral etis, keluarga dan konsep diri akademik.

Menurut Syamsul Bachri Thalib, menyatakan bahwa dimensi Self Concept di bedakan menjadi self concept akademis dan konsep diri non-akademis. Konsep diri non-akademis di bedakan lagi menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi, pada dasarnya self concept mencakup aspek konsep diri akademis, self concept sosial dan penampilan diri.

4. Dimensi konsep diri menurut Fitts

Fitts membagi di mensi atau aspek konsep diri menjadi dua yaitu di mensi internal dan di mensi ekternal.

a. Aspek Internal

Aspek internal atau disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang di lakukan individu yaitu penilaian yang dilakukan individu terhadap di rinya sendiri berdasarkan dunia dalam di rinya yang terdiri dari tiga bentuk, yaitu:

1). Diri Identitas (identity self)

Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “siapakah saya”.

Dalam pertanyaan tersebut tercakup label-label dan simbol- simbol yang di berikan pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk menggambarkan di rinya dan membangun identitasnya.

2). Diri Pelaku (behavioral self)

Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai apa yang di lakukan oleh di rinya. Selain itu, bagian ini juga berkaitan dengan diri identitas.

3). Diri Penerimaan atau Penilai (judging self)

Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator. Kedudukannya sebagai perantara antara diri identitas dan diri pelaku.

Individu cenderung memberikan penilaian terhadap apa yang di persepsikannya. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakannya yang akan di tampilkannya.

b. Lima aspek eksternal Konsep Diri

Pada di mensi eksternal, individu menilai di rinya sendiri melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang di anutnya, serta hal-hal lain di luar di rinya, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya.

Di mensi atau aspek ekternal ini di bedakan atas lima bentuk, yaitu :

1). Diri Fisik (physical self)

Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap di rinya sendiri secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan di rinya, penampilan di rinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, dan kurus).

2). Diri Etik-moral (moral-ethical self)

Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap di rinya di lihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai hubungan dengan Tuhan, kepuasaan seseorang akan kehidupan keagamaannya dan nilai-nilai moral yang di pegangnya, yang meliputi batasan baik dan buruk.

3). Diri Pribadi (personal self)

Diri pribadi merupakan persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini di pengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas dengan pribadinya atau sejauh mana ia merasa di rinya sebagai pribadinya atau sejauh mana ia merasa di rinya sebagai pribadi yang tepat.

4). Diri Keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa kuat terhadap di rinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang di jalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.

5). Diri Sosial (social self)

Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi di rinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan dalam menjelaskan aspek-aspek konsep diri, tampak bahwa pendapat para ahli saling melengkapi, sehingga dapat di katakan bahwa dimensi self concept mencakup aspek akademik, aspek sosial, aspek fisik, dan aspek norma atau nilai.

G. Faktor Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Bagian ini akan menguraikan faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Calhoun & Acocella, Hardy & Heyes, Joan Rais, Burns, Inge Hutagalung, Fitts dan Thalib. Self concept terbentuk dalam waktu yang relatif lama dan pembentukan ini tidak bisa di artikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri.

Ketika individu lahir, individu tidak memiliki pengetahuan tentang dirinya, tidak memiliki penilaian terhadap diri sendiri. Namun seiring dengan berjalannya waktu individu mulai bisa membedakan antara dirinya, orang lain dan benda benda di sekitarnya.

1. Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri menurut Calhoun & Acocella

Faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Calhoun & Acocella yaitu:

1. Orang tua

Orang tua kita adalah kontak sosial yang paling awal dan paling kuat. Apa yang di komunikasikan oleh orang tua pada anak lebih menancap dari pada informasi lain yang di terima sepanjang hidupnya.

Pengaruh yang sangat besar pada diri individu adalah orang tua di mana orang tua yang paling awal melakukan kontak. Orang tua kita mengajarkan bagaimana menilai diri sendiri dan orang tua yang lebih banyak membentuk kerangka dasar untuk konsep diri.

2. Teman sebaya

Kelompok teman sebaya akan mempengaruhi konsep diri pada anak di mana masalah penerimaan atau penolakan dalam kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap diri anak.

Penerimaan anak dari kelompok teman sebaya sangat di butuhkan setelah mendapat cinta dari orang lain dalam mempengaruhi self concept. Jika penerimaan ini tidak datang, di bentak atau di jauhi maka konsep diri akan terganggu.

Di samping masalah penerimaan atau penolakan, peran yang di ukur anak dalam kelompok teman sebayanya sangat mempunyai pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri.

3. Masyarakat

Di masyarakat di dalamya terdapat sebuah harapan, dan harapan  tersebut akan masuk dalam diri individu akan berusaha untuk  melaksanakan harapan tersebut.

Individu tidak terlalu mementingkan kelahiran mereka, tetapi masyarakat menganggap penting fakta-fakta yang ada pada seorang anak, seperti siapa bapaknya, ras dan lain-lain. Akhirnya penilaian ini sampai kepada anak dan masuk ke dalam konsep diri.

Masyarakat memberikan harapan-harapan kepada anak dan melaksanakan harapan tersebut. Jadi orang tua, teman sebaya dan masyarakat memberitahu kita bagaimana mengidentifikasi diri kita sendiri sehingga hal ini berpengaruh terhadap konsep diri yang di miliki seorang individu.

Selain di masyarakat sosial, masyarakat di lingkungan belajar juga memiki pengaruh yang besar terhadap konsep diri anak. Pengalaman dengan lingkungan dan orang sekitar akan memberikan  masukan mengenai akibat suatu perilaku. Akibat ini bisa menjadi berbentuk sesuatu yang positif maupun negatif.

2. Hardy & Heyes

Faktor yang mempengaruhi self concept menurut Hardy & Heyes menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang sangat berkaitan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep diri, yaitu:

1. Reaksi dari orang lain

Membuktikan bahwa dengan mengamati pencerminan perilaku diri sendiri terhadap respon yang di berikan oleh orang lain maka individu dapat mempelajari dirinya sendiri.

Orang-orang yang memiliki arti pada diri individu (significant other) sangat berpengaruh dalam pembentukan konsep diri.

2. Perbandingan dengan orang lain

Konsep diri setiap individu sangat bergantung kepada bagaimana cara individu tersebut membandingkan dirinya dengan orang lain. Kita biasanya lebih suka membandingkan diri kita sendiri dengan orang-orang yang hampir serupa dengan kita.

Dengan demikian bagian-bagian dari konsep diri dapat berubah cukup cepat di dalam suasana sosial.

3. Peranan seseorang

Setiap orang memaikan peran yang berbeda-beda. Dalam setiap peran tersebut seseorang di harapkan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu. Pengalaman dan harapan-harapan yang berhubungan dengan peran yang berbeda akan berpengaruh pada konsep diri seseorang.

4. Identifikasi terhadap orang lain

Seringkali seorang anak mengagumi orang-orang dewasa, dan mencoba menjadi pengikut dan meniru beberapa nilai, keyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi ini menyebabkan individu merasakan bahwa mereka telah memiliki beberapa sifat dari orang-orang yang di kagumi.

Dengan demikian, dapat di tarik kesimpulan bahwa individu tidak lahir dari konsep diri. Self concept terbentuk seiring dengan perkembangan konsep diri adalah interaksi individu dengan orang lain, yaitu orang tua, teman sebaya dan masyarakat yang memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung (melalui media teknologi).

3. Joan Rais

Joan Rais menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ke dalam empat hal, yakni:

1. Jenis kelamin

Keluarga, lingkungan sekolah ataupun lingkungan masyarakat yang lebih luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin. Menjelang masa bebas, begitu banyak tekanan-tekanan sosial yang di alami seseorang dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan konsep dirinya.

Seseorang harus mempu memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana seharusnya seorang wanita atau pria bertindak atau berperasaan.

2. Harapan-harapan

Harapan-harapan orang lain terhadap diri seseorang sangat penting bagi konsep dirinya. Karena orang lain mencetak kita, dan setidaknya kitapun mengasumsikan apa yang orang lain asumsikan menganai kita.

Berdasarkan asumsi-asumsi itu, kita mulai memainkan peran-peran tertentu yang di harapkan orang lain.

3. Suku bangsa

Masyarakat umumnya terdapat suatu kelompok suku bangsa tertentu yang dapat di katakan tergolong sebagai kaum minoritas. Biasanya kelompok semacam ini mempunyai konsep diri yang cenderung lebih agresif

4. Nama dan pakaian

Nama-nama tertentu yang akhirnya menjadi bahan tertawaan dari teman-teman, akan membawa seseorang kepada pembentukan konsep diri yang lebih negatif. Oleh karena nama-nama julukan yang bernada negatif dapat menyebabkan seseorang benar-benar beranggapan bahwa dirinya memang demikian.

Sebaliknya nama-nama panggilan yang bernada positif dapat mengubah seseorang ke arah yang lebih positif. Demikian halnya dengan cara berpakaian, seseorang dapat menilai atau mempunyai gambaran mengenai dirinya sendiri.

4. Burns

Sementara menurut Burns Konsep diri di pengaruhi oleh faktor-faktor  sebagai berikut :

  1. Citra diri, tentang kesadaran dan citra tubuh, yang mulanya terjadi melalui persepsi indrawi
  2. Kemampuan bahasa, bahasa timbul untuk membantu proses interaksi dengan orang lain yang ada di sekitar individu, dan untuk memudahkan umpan baik yang di lakukan oleh orang-orang terdekat
  3. Umpan balik dari lingkungan, khususnya orang-orang terdekat bila individu mempunyai citra diri yang mendekati ideal masyarakat akan mempunyai rasa harga diri yang akan tampak melalui penilaian-penilaian yang terefleksikan
  4. Identitas dengan peran jenis yang sesuai dengan steriotep masyarakat. Berdasarkan peggolongan seks dan peranan seks yang seseuai dengan pengalaman masing-masing individu melebel maskulin atau feminin kepada di rinya
  5. Pola asuh, perlakuan dan komunikasi orang tua. Hal ini berpengaruh terhadap harga diri individu karena ada ketergantungan secara fisik, emosional, dan sosial kepada orang tua individu (terutama pada masa kanak-kanak).

5. Inge Hutagalung

Menurut Inge Hutagalung faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:

1. Orang lain

Seseorang mengenal tentang di rinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu. Konsep diri seseorang individu terbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya. Orang yang paling berpengaruh pada diri seseorang adalah orang- orang yang di sebut significant others, yaitu orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang.

Ketika kecil, significant others adalah orang tua dan saudara. Dari merekalah seseorang membentuk konsep di rinya. Dalam perkembangannya significant others meliputi semua orang yang memengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan seseorang.

Ketika individu telah dewasa, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk menghimpun penilaian semua orang yang pernah berhubungan dengannya. Konsep ini di sebut dengan generalized others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya.

2. Kelompok acuan (reference group)

Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma- norma sendiri.

Di antara kelompok tersebut, ada yang di sebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang di anut kelompok tertentu. Kelompok inilah yang memengaruhi konsep diri seseorang.

6. Fitts dan Thalib

Sementara itu, menurut Fitts konsep diri seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

  1. Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga.
  2. Kompetensi dalam area yang di hargai oleh individu dan orang lain.
  3. Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi yang sebenarmya.

Sedangkan, Syamsul Bachri Thalib menyebutkan faktor yang mempengaruhi konsep diri mencakup keadaan fisik dan penilaian orang lain mengenai fisik individu; faktor keluarga termasuk pengasuhan orang tua, pengalaman perilaku kekerasan, sikap saudara, dan status sosial ekonomi; dan faktor lingkungan sekolah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa konsep diri seseorang di pengaruhi oleh orang lain, kelompok rujukan, pengalaman, kompetensi, aktualisasi diri, status sosial ekonomi, dan lingkungan sekolah.

H. Tingkatan dalam Konsep Diri

Menurut Ukki tingkat konsep diri ada tiga yaitu:

  1. Aku diri (aku seperti yang aku pahami). Cara individu mempersepsi diri. Setiap individu memiliki pemahaman tentang di rinya dan setiap individu memahami bahwa ia seperti yang ia pahami
  2. Aku sosial (aku seperti yang di pahami orang lain yang ada di sekitar aku). Cara orang lain memahami individu juga mempengaruhi diri individu sendiri.
  3. Aku ideal (aku yang aku inginkan)

Keyakinan tentang aku yang ideal, bila di dalamnya tidak memiliki korelasi yang kuat dengan aku diri dapat di sebut sebagai pemimpi.

Oleh karena itu biasanya kita salah untuk mengenal orang lain begitupun orang lain bisa salah mengenali diri kita. Proses pengenalan diri berlangsung secara perlahan-lahan tidak ada orang yang mengetahui di rinya sekaligus secara sempurna. Ini karena konsep diri merupakan proses yang fluktuatif dan berubah-ubah.

I. Konsep Diri dalam Perspektif Islam

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk menilai di rinya masing-masing, bahkan Al-qur’an menggambarkan bahwa manusia tetap memiliki kesempatan untuk menilai atau menghisab di rinya sendiri pada hari kebangkitan.

Kemampuan untuk memahami diri sendiri, berkembang sejalan dengan usia seseorang. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa.

Self concept dapat untuk memahamkan diri kita sebagai mahluk ciptaan Allah yang sempurna dengan berbagai potensi dalam diri yang kelak akan di pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Ajaran dalam islam mengajarkan setiap kita untuk selalu berpandangan positif terhadap diri, karena manusia mempunyai derajat yang lebih tinggi dari makhluk yang lain. Konsep Diri dalam Perspektif Islam sebagaimana di sebutkan dalam firman Allah SWT dalam Al-Quran yakni dalam Qs. At Taghabun, 64:16, Qs. Al Baqarah: 286, Qs. Al-Imran. 139, Qs. Al-Isra’. 70, Qs. Adz-Dariyat. 56, Qs. An-Nisa’. 28, dan Qs. Al-Imron. 177.

Pembahasan selengkapnya dapat Anda baca pada link di bawah ini!

Baca Juga: Konsep Diri dalam Perspektif Islam

J. Cara mengembangkan Konsep Diri positif

Untukmu yang ingin mengembangakan konsep diri yang positif, berikut tipsnya :

1. Fokuslah pada setiap hal

Terkadang kita sibuk membandingkan diri dengan orang lain, hal ini ada benarnya dan ada salahnya. Melihat keberhasilan maupun identitas orang lain tentu akan positif selama kita memiliki pemikiran positif.

Jika membandingkan diri dengan orang lain agar termotivasi tentu ini baik. Namun jika kita merasa gagal tidak seperti orang lain dan sibuk menyalahkan diri, ini menjadi tidak baik.

Jadi, fokuslah pada potensimu dan kembangkan. Semua orang memiliki kekurangan masing-masing, kita hanya perlu memperbaiki semampu kita. Tidak perlu memaksakan diri.

Kegagalan bukanlah sesuatu yang buruk juga, dari kegagalan kita akan mendapat pelajaran dan bisa lebih mengenali diri sendiri. Kenalilah di rimu dengan hati nuranimu, hal ini akan membantumu membentuk konsep di rimu.

2. Cintai diri sendiri

Jika kita tidak mencintai diri sendiri, lalu siapa yang akan mencintai kita? Kita tidak bisa selamanya menggantungkan orang lain untuk terus-menerus mencintai kita.

Karena manusia itu dinamis, manusia pernah melakukan kesalahan. Jika kita menggantungkan diri pada orang lain, kita akan kecewa. Latihlah diri untuk mencintai dirimu apa adanya. Jika gagal, katakan pada dirimu “it’s okay, besok kita coba lagi”.

Tidak perlu terlalu keras dan menyalahkan dirimu sendiri. Jika berhasil, katakan pada dirimu “aku berhasil, aku bangga pada diriku sendiri”. Mencintai diri sendiri tentunya berbeda dengan egois. Mencintai diri berguna untuk membentuk konsep diri yang positif.

3. Bertanggungjawablah terhadap pilihanmu

Hidupmu adalah tanggungjawabmu. Berhasil atau gagal itu semua tergantung dari dirimu. Kamu tidak bisa selamanya menyalahkan orang lain jika gagal, kamu tetap perlu introspeksi diri.

Kamu tidak selamanya pula bisa bergantung pada orang lain untuk membantumu, kamu harus berusaha semampumu sendiri. Ketika kita memiliki keinginan atau mimpi atau harapan, kita akan membuat rencana. Menyusun rencana atau strategi dengan berbagai pilihan yang ada, pilihlah dengan bijaksana.

Jika kita telah memilih, lakukan dengan penuh tanggungjawab. Tanggungjawab adalah salah satu kunci untuk membantu kita memiliki konsep diri yang positif.

4. Mempunyai tujuan yang realistis

Ini berkaitan dengan poin 3. Ketika kita memiliki mimpi atau tujuan hidup, kita harus realistis. Kita ingin sukses tapi kita belum tau bagaimana memulainya. Kita ingin kaya, tapi kita tidak tahu bagaimana mengelola uang.

Realistis itu perlu dengan mengetahui potensi kita, dengan menyusun strategi. Ketika kita kecil kita ingin menjadi dokter, polisi, koki, dll. Lalu ketika semakin dewasa, impian pada waktu kecil bisa berbeda dengan umur kita sekarang.

Pada waktu kecil, kita hanya memiliki tujuan tapi belum realistis, belum memiliki strategi, kita hanya berdasarkan mengikuti orang lain.

Pada saat ini, tentukan kembali tujuanmu secara realistis, tentunya setelah kamu mengenali dirimu dan kemudian kamu bertanggung jawab dengan pilihanmu. Dengan adanya tujuan yang realistis, kamu akan lebih jelas tahu mengenai konsep dirimu.

5. Beradalah pada lingkungan yang positif

Lingkungan sekitar sangatlah berperan penting dalam membantu kita mencapai tujuan kita. Dengan siapa kita bergaul dan berkumpul akan membentuk perilaku dan pemikiran kita.

Kita memang tidak bisa memilih di mana kita di lahirkan, tapi kita bisa memilih dengan siapa kita berteman. Bukan berarti pilih-pilih teman tidak baik, tentunya kita ingin berkembang kearah positif bukan?

Jika kita memiliki tujuan baik, carilah teman yang memiliki visi yang sama dan meminta orang-orang terdekat untuk mendukung tujuanmu.

Jika kita memilih stuck dalam kegiatan dan lingkungan yang tidak membantu kita berkembang, kita akan kesulitan sendiri.

Di luar sana banyak kesempatan yang akan datang jika kita memulai dengan perubahan kecil. Lingkunganmu akan mencerminkan siapa kamu dan tentunya membentuk konsep dirimu.

Sumber Rujukan

  • Baron, R. A., & Byrne, D. (1997). Social Psychology, 8thed. Boston:Allyn&Bacon.
  • Berk, L.E. (1996). Infants, Children and Adolesence. USA: Allyn & Bacon
  • Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2003, Hal 182
  • Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm. 164.
  • Mohamad Hamdi, Teori Kepribadian, Jilid II, Alfabeta, Bandung, 2016, hlm. 10. 4 Mohamad surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 86
  • Wasty soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2012, hlm. 185-186.
  • Inge Hutagalung,. Pengembangan Kepribadian Tinjauan Praktis Menuju Pribadi Positif, PT Indeks, Jakarta, 2007, hlm. 23.
  • Hendriati Agustiani. ,Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja), , PT Refika Aditama, Bandung, , 2009, hlm. 139
  • Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi erkembangan Anak dan Remaja, PT BPK Gunung Muli, Jakarta, 2006, hlm. 238-239
  • Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif., Kencana, Jakarta, 2013, hlm. 124-125.
  • Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 2. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm. 59-60
  • Hendriati Agustiani, Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja), PT Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 139.

Terima kasih telah membaca artikel ini.
demikian.


Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca