Teori Belajar Gagne

Teori Belajar Gagne

HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada kesempatan ini kita masih membahas tentang Teori Belajar menurut para Ahli yakni Teori Belajar Gagne. Salah satu proses paling mendasar yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah belajar. Namun, seringkali sulit untuk memahami bagaimana proses belajar berlangsung dan bagaimana kita dapat memaksimalkan potensi belajar itu sendiri.

Robert Gagné adalah salah satu tokoh yang memberikan pandangan mendalam tentang proses belajar. Teori belajarnya menawarkan kerangka kerja yang tidak hanya membantu kita memahami bagaimana belajar terjadi, tetapi juga membantu kita memahami bagaimana teori ini dapat diterapkan pada pembelajaran sehari-hari.

Dalam tulisan ini, kita akan mempelajari perspektif Gagné tentang proses belajar, atau “Nine Events of Instruction,” dan melihat bagaimana teori ini dapat diterapkan pada berbagai situasi pembelajaran, baik di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memahami teori Gagné, kita dapat merancang pengalaman belajar yang lebih efektif dan berkesan, sesuai dengan cara otak manusia berfungsi. Menurut Teori Belajar Gagne, belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang di perlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar secara kumulatif.

A. Robert M. Gagne

Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan yang lahir pada tahun 1916 dan membangun pendekatan psikologi perilaku elektik. Teori pembelajaran berdasarkan model pemrosesan informasi adalah salah satunya. Teori Belajar Gagne tidak memperhatikan apakah proses belajar terjadi melalui proses penemuan (penemuan) atau penerimaan (penerimaan), seperti yang diusulkan oleh Bruner dan Ausubel. Menurutnya, kualitas, penetapan (daya tahan), dan kegunaan belajar adalah yang paling penting.

Oleh karena itu, guru dapat membuat program dalam rangka proses pembelajaran. Program tersebut dapat disesuaikan dengan tahap dan fase pembelajaran. Menurut Teori Belajar Gagne, teori belajar lebih menekankan pada bagaimana konsep belajar kumulatif dapat diterapkan dan memberikan cara untuk merancang pembelajaran dari yang sederhana hingga yang kompleks.

Teori Robert M. Gagne, juga dikenal sebagai model 9 peristiwa pembelajaran atau 9 peristiwa pembelajaran Gagne, adalah salah satu teori dan prinsip belajar yang penting untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif, karena belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses logis.

Ia juga mengatakan bahwa belajar bukan satu-satunya proses. Gagne menyelidiki masalah belajar yang kompleks dan menyimpulkan bahwa informasi dasar atau keterampilan dasar yang dipelajari mempengaruhi proses belajar yang lebih rumit.

B. Teori belajar kognitif menurut Robert M. Gagne

Belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri, menurut Robert M. Gagne dalam bukunya “The Conditioning of Learning”. Gagne mengatakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan manusia yang terjadi secara terus menerus setelah belajar, dan tidak hanya dikaitkan dengan proses pertumbuhan.

Belajar adalah mekanisme di mana seseorang menjadi anggota masyarakat yang kompleks, menurut definisi Gagne. Kapasitas terdiri dari kemampuan, pengetahuan, sikap (perilaku), dan nilai-nilai yang dibutuhkan manusia, sehingga belajar adalah hasil dari berbagai macam tingkah laku. (1) dorongan dan lingkungan, dan (2) proses kognitif, adalah sumber kemampuan siswa.

Gagne mengatakan bahwa belajar adalah kumpulan proses internal yang terjadi pada setiap orang. Ini terjadi karena transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan mereka (kondisi). Untuk membuat kondisi eksternal lebih signifikan, peristiwa pembelajaran harus disusun menurut metode atau perlakuan. Selain itu, untuk mengatur kondisi eksternal, berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indera diperlukan. Rangsangan ini disebut sebagai media dan sumber belajar.

Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan peristiwa belajar dan proses kognitif. Peristiwa pembelajaran (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut:

  1. menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran,
  2. menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa yang diharapkan dalam belajar itu,
  3. mengingat kembali konsep/ prinsip yang telah dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat,
  4. menyampaikan materi pembelajaran,
  5. memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar,
  6. membangkitkan timbulnya unjuk kerja (merespon) peserta didik,
  7. memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas (penguatan),
  8. mengukur/ mengevaluasi hasil belajar, dan
  9. memperkuat retensi dan transfer belajar.

C. Sembilan peristiwa pembelajaran (model nine instructional events Gagne) dalam teori belajar Gagne

Menurut teori Robert M. Gagne, sembilan peristiwa pembelajaran, atau model sembilan peristiwa pembelajaran Gagne, adalah peristiwa yang dirancang oleh pendidik untuk membantu proses belajar dalam diri peserta didik (eksternal). Sifat setiap peristiwa tidak harus ditetapkan untuk setiap subjek.

Untuk membantu siswa belajar, guru harus mengembangkan sendiri sesuai dengan kemampuan dasar mereka. Tidak semua peristiwa harus digunakan dalam satu kegiatan pembelajaran, dan urutan tidak harus sesuai dengan tabel di bawah ini.

Tabel 1. Sembilan Peristiwa Pembelajaran Gagne (model nine instructional events Gagne)

Sembilan Peristiwa Pembelajaran Gagne (model nine instructional events Gagne)Deskripsi
1. Menimbulkan minat dan memusatkan perhatian peserta didikDengan menyampaikan materi yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks, guru harus menarik perhatian siswa. Peserta didik tidak selalu siap dan terfokus pada awal pembelajaran.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaranHal ini dilakukan agar peserta didik tidak menebak-nebak apa yang diharapkan dari mereka oleh guru. Sebaliknya, mereka harus tahu unjuk kerja apa yang akan digunakan untuk menunjukkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan.
3. Mengingat kembali konsep/prinsip yang telah dipelajari yang merupakan prasyaratBanyak pengetahuan baru berasal dari kombinasi ide, prinsip, atau informasi yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga lebih mudah untuk belajar materi baru.
4. Menyampaikan materi pembelajaranContoh dapat digunakan untuk menunjukkan perbedaan atau elemen penting dalam materi pelajaran, baik secara lisan maupun dengan menggunakan fitur tertentu seperti warna, huruf miring, garis bawahi, dll.
5. Memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajarUntuk menjaga agar bimbingan tidak berlebihan, pertanyaan digunakan untuk membimbing alur pikir siswa.
6. Memperoleh unjuk kerja (merespon) peserta didikUntuk meyakinkan guru dan dirinya sendiri, siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari.
7. Memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas (pengu-atan)Umpan balik harus diberikan untuk membantu siswa memahami sejauh mana kebenaran atau unjuk kerja yang dibuat.
8. Mengukur/mengevaluasi hasil belajar.Tes dan tugas, seperti kerja laboratorium, dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar. Perlu dipertimbangkan kredibilitas, validitas, dan hasil observasi guru.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajarRetensi dapat ditingkatkan melalui latihan berulang yang menerapkan prinsip yang dipelajari dalam berbagai situasi. Ketika transfer belajar diharapkan terjadi, keadaan harus berbeda. Berbicara tentang masalah di kelas akan sangat berbeda dengan berbicara tentang masalah di lingkungan riil yang mengandung risiko.

Prinsip-prinsip ini dapat membantu pengajar merancang program pembelajaran yang efektif dan membantu siswa untuk memahami dan mengembangkan keterampilan dengan lebih baik.

D. Kategori kemampuan belajar Gagne

Perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang kumulatif, karena belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses logis. Ia juga mengatakan bahwa belajar bukan satu-satunya proses.

Gagne menyelidiki masalah belajar yang kompleks dan menemukan bahwa informasi dasar atau keterampilan dasar yang dipelajari mempengaruhi proses belajar yang lebih rumit. Dia menyimpulkan bahwa definisi belajar sangat sulit untuk didefinisikan. Gagne membagi kemampuan belajar menjadi lima kategori:

Menurut Gagne ada lima kategori kemampuan belajar, yaitu:

  1. keterampilan intelektual atau kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya melalui penggunaan lambang. Keterampilan itu meliputi:
    • asosiasi dan mata rantai (menghubungkan suatu lambang dengan suatu fakta atau kejadian,
    • diskriminasi (membedakan suatu lambang dengan lambang lain),
    • konsep (mendefinisikan suatu pengertian atau prosedur),
    • kaidah (mengkombinasikan beberapa konsep dengan suatu cara),
    • kaidah lebih tinggi (menggunakan berbagai kaidah dalam memecahkan masalah;
  2. strategi/siasat kognitif yaitu keterampilan peserta didik untuk mengatur proses internal perhatian, belajar, ingatan, dan pikiran;
  3. informasi verbal yaitu kemampuan untuk mengenal dan menyimpan nama atau istilah, fakta, dan serangkaian fakta yang merupakan kumpulan pengetahuan;
  4. keterampilan motorik yaitu keterampilan mengorganisasikan gerakan sehingga terbentuk keutuhan gerakan yang mulus, teratur, dan tepat waktu; dan
  5. sikap yaitukeadaan dalam diri peserta didik yang mempengaruhi (bertindak sebagai moderator atas) pilihan untuk bertindak. Sikap ini meliputi komponen afektif (emosional), aspek kognitif, dan unjuk perbuatan.

Tabel berikut menunjukkan kelima kemampuan belajar ini untuk lebih jelas!

Tabel 2. Lima kemampuan belajar Gagne

Jenis kemampuan belajar GagneDeskripsi kemampuanContoh
Kemampuan intelektualMengimplementasikan ide dan prosedur untuk memecahkan masalah dan konsep dalam proses pembuatan produk.Merancang dan mengkode program komputer yang bisa memenuhi keinginan
Strategi kognitifMengelola pikiran dan proses belajar seseorangSecara selektif me-milih menggunakan tiga strategi yang berbeda untuk mendiagnosa kerusakan mesin.
Informasi verbalMenyebutkan, menceritakan, atau menggambarkan data yang telah tersimpan sebelumnya.Menyebutkan tiga alasan prosedur keselamatan perusahaan.
Kemampuan keterampilan motorik (skill)Melaksanakan suatu tindakan dengan tepat dan cepat.Menembak benda kecil bergerak dengan senapan secara tepat dan konsisten.
SikapMenentukan tindakan pribadiMemilih dan meres-pon semua surat yang masuk dalam waktu 24 jam.

Gagne juga menyatakan bahwa para pendidik harus memperhatikan sejumlah kondisi untuk memperoleh dan menguasai kelima kemampuan tersebut dengan sebaik-baiknya. Ada kondisi belajar internal, yang berasal dari ingatan siswa tentang pelajaran sebelumnya, dan kondisi belajar eksternal, yang ditinjau siswa. Jika situasi luar ini diatur dan dikelola dengan baik, itu merupakan upaya belajar. Penggunaan berbagai sumber belajar dan media adalah contohnya.

Gagne mengelompokkan jenis media pembelajaran menjadi tujuh jenis: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Kemampuan memenuhi fungsi dari ketujuh kelompok media ini dikaitkan dengan tingkat hirarki belajar yang dikembangkannya.

E. Proses belajar manusia dalam teori belajar Gagne?

Berikut ini adalah beberapa contoh dari model proses belajar yang dikembangkan Gagne yang didasarkan pada teori pemrosesan informasi:

  1. Rangsangan yang diterima panca indra akan disalurkan ke pusat syaraf dan diproses sebagai informasi.
  2. Informasi dipilih secara selektif, ada yang dibuang, ada yang disimpan dalam memori jangka pendek, dan ada yang disimpan dalam memori jangka panjang.
  3. Memori-memori ini tercampur dengan memori yang telah ada sebelumnya, dan dapat diungkap kembali setelah dilakukan pengolahan.

Penelitian Gagne tentang elemen-elemen yang kompleks yang mempengaruhi proses belajar manusia menghasilkan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dengan mengidentifikasi ide tentang hirarki belajar, juga dikenal sebagai learning hierarchies, yang merupakan rangkaian keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk mempelajari hal-hal yang lebih kompleks atau menantang.

1. Learning hierarchie (hierarki belajar)

Pada dasarnya, siswa harus terlebih dahulu menguasai pengetahuan yang lebih sederhana agar mereka lebih mudah mempelajari pengetahuan yang lebih kompleks. Mengapa standar kompetensi tertentu harus diajarkan sebelum yang lain? Ini adalah pertanyaan umum. Apa yang mendasari keputusan itu? Apakah hanya bergantung pada pendapat pendidik dan spesialis? Gagne terus bertanya, “Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai peserta didik agar ia berhasil?” untuk menjawab pertanyaan tersebut dan mendukung pembagian dan pengurutan materi pelajaran.

Salah satu konsekuensi dari gagasan tentang hirarki belajar dalam proses pembelajaran adalah kebutuhan untuk melakukan analisis instruksional. Analisis instruksional adalah proses menjabarkan perilaku umum untuk mendasi perilaku khusus secara sistematis dan logis.

Dilihat dari susunan ini, kita dapat melihat perilaku mana yang paling dahulu, apakah itu sebagai perilaku prasyarat, gerak fisik atau proses mental. Susunan perilaku khusus akan digambarkan melalui analisis instruksional, mulai dari yang paling awal atau sederhana hingga yang paling akhir atau komplek.

Misalnya, Gagne mengusulkan delapan tipe pembelajaran matematika yang dilakukan secara prosedural atau hirarkis. Kedelapan kategori belajar adalah sebagai berikut:

  1. belajar sinyal (signal learning),
  2. belajar stimulus respons (stimulus response learning),
  3. belajar merangkai tingkah laku (behavior chaining learning),
  4. belajar asosiasi verbal (verval  chaining learning),
  5. belajar diskriminasi (discrimination learning),
  6. belajar konsep (concept learning),
  7. belajar aturan atau kaídah (rule learning), dan
  8. belajar memecahkan masalah (problem solving learning).

Empat tipe belajar pertama dikenal sebagai tipe belajar sederhana (simple type of learning). Empat tipe belajar terakhir dikenal sebagai belajar hipotetik deduktif (deductive hypothetic learning).

2. 8 tipe belajar dalam teori belajar Gagne

Kedelapan tipe belajar ini disusun berdasarkan hasil belajar, bukan proses belajar yang dilalui siswa untuk mencapai hasil tersebut. Gagne juga mencoba menempatkan tipe belajar dalam urutan hirarkis, artinya tipe belajar yang satu harus dikuasai terlebih dahulu sebelum mampu menguasai tipe belajar berikutnya.

Selanjutnya, Gagne menyatakan bahwa empat jenis belajar pertama (nomor 1 hingga 4) tidak relevan dengan pendidikan di sekolah. Di sisi lain, empat tipe belajar kedua (nomor 5 hingga 8) lebih berfokus pada belajar bidang kognitif, yang harus diprioritaskan di sekolah (Winkel, 2005:100-101). Tabel berikut menunjukkan kedelapan kategori pembelajaran ini untuk lebih jelas.

Tabel 3. Delapan tipe belajar dalam teori belajar Gagne

Tipe belajarHasil belajarContoh prestasi
1. Belajar sinyal (signal learning)Memberikan reaksi pada perangsang (S-R)Guru sejarah yang galak ditakuti siswa- siswa tidak senang pada sejarah.
2. Belajar stimulus respon (stimulus response learning)Memberikan reaksi pada perangsang (S- R)Guru memuji tindakan siswa – cenderung siswa mengulang.
3. Belajar merangkai tingkah laku (behavior chaining learning)Menghubungkan gerakan yang satu dengan yang lainMembuka pintu mobil-duduk-kontrol persenelling-menghi-dupkan mesinmene-kan kopling-pasang perseneling1-meng-injak gas
4. Belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning)Memberikan reaksi verbal pada stimulus-/perangsang.Nomor teleponmu? -(021) 617812
5. Belajar diskriminasi discrimination learning)Memberikan reaksi yang berbeda pada stimulus-stimulus yang mempunyai kesamaan.Menyebutkan merek mobil-mobil yang lewat di jalan
6. Belajar konsep (concept learning)Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentuManusia, ikan paus, kera, anjing adalah mahkluk menyusui.
7. Belajar kaídah (rule learning)Menghubungkan beberapa konsep.Benda yang bulat berguling pada alas yang miring.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving)Mengembangkan beberapa kaídah menjadi prinsip pemecahan masalah.Menemukan cara memperoleh energi dari tenaga atom, tanpa mencemarkan lingkungan hidup.

Dengan demikian, berikut beberapa prinsip pembelajaran dalam teori belajar Gagne diantaranya;

  1. perhatian dan motivasi siswa untuk belajar;
  2. keaktifan dan keterlibatan langsung siswa dalam belajar;
  3. pengulangan;
  4. kesulitan dan penguatan semangat siswa; dan
  5. adanya perbedaan dalam perilaku belajar.

Selain itu, Gagne berpendapat bahwa yang paling penting adalah menciptakan lingkungan belajar, yang mencakup lingkungan belajar yang berbasis media; ini mencakup jenis penyajian yang diberikan kepada siswa dengan cara yang diorganisasikan, diatur, dan dijadwalkan.

Semua ini akan berpengaruh atau berimplikasi pada pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB) atau Learning Resource Center (LRC).

3. Proses Kognitif dalam Teori Belajar Gagne

Menurut Gagne ada sembilan tahap pengolahan (proses) kognitif yang terjadi dalam belajar yang kemudian di sebut “fase-fase belajar”. Fase-fase belajar ini kemudian di golongkan ke dalam (1) fase persiapan; (2) fase perolehan dan perbuatan; dan (3) alih belajar.

  1. Fase Motivasi
    Memotivasi siswa untuk belajar dengan harapan mereka akan mendapatkan hadiah atau imbalan atas upaya mereka untuk belajar.
  2. Fase pengenalan
    Jika belajar akan terjadi, fase pengenalan siswa harus memperhatikan elemen penting dari peristiwa instruksional.
  3. Fase Perolehan
    Siswa siap untuk belajar jika mereka memperhatikan informasi yang relevan. Informasi ada di sini. Informasi diubah menjadi bentuk yang signifikan dan dihubungkan dengan informsi yang sudah ada dalam ingatan siswa. Siswa dapat membuat representasi mental dari informasi tersebut atau membuat asosiasi baru antara informasi baru dan yang lama.
  4. Fase Retensi
    Informasi baru yang diperoleh harus ditransfer dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang untuk disimpan. Ini dapat dicapai melalui pengulangan (rehearsal), praktek (practice), dan elaborasi, antara lain.
  5. Fase Pemanggilan (Recall)
    Membangun hubungan dengan apa yang telah dipelajari adalah bagian penting dari belajar.
  6. Fase Generalisasi
    Informasi biasanya tidak berguna jika tidak dapat diterapkan dalam situasi yang berbeda dari yang dipelajari. Oleh karena itu, transfer informasi ke situasi baru adalah fase penting dalam belajar.
  7. Fase Penampilan
    Siswa harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar dari contoh.
  8. Fase Umpan Balik
    Siswa harus menerima umpan balik atas penampilan mereka, yang menunjukkan apakah mereka memahami apa yang diajarkan atau tidak.

F. Pusat Sumber Belajar (Learning Resource Center)

Proses belajar bersifat individual dan kontekstual. Artinya, proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya.

Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru atau pendidik saja, tetapi  dapat pula belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya. Sumber belajar dapat berupa pesan (massage), orang (people), bahan (materials/software), alat (devices/hardware), teknik (technique), dan lingkungan (setting).

1. Pesan (massage)

Informasi pembelajaran yang dikomunikasikan disebut pesan, dan dapat terdiri dari ide, fakta, ajaran, nilai, dan data. Dalam sistem pendidikan, pesan ini mencakup semua mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa.

2. orang (people)

Orang adalah orang yang mencari, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi. Ini termasuk orang seperti guru, dosen, tutor, pustakawan, laboran, instruktur, widyaiswara, pelatih olahraga, tenaga ahli, produser, peneliti, dan bahkan siswa itu sendiri.

3. bahan (materials/software)

Bahan adalah perangkat lunak, atau software, yang berisi pesan pembelajaran yang biasanya disajikan oleh peralatan tertentu atau oleh dirinya sendiri. Contohnya termasuk buku teks, modul, transparansi (OHT), kaset program audio, kaset program video, program slide suara, pembelajaran berbasis komputer, film, dan sebagainya.

4. alat (devices/hardware)

Alat adalah perangkat keras atau hardware yang digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Contoh perangkat keras seperti OHP, proyektor slide, rekaman tape, komputer, proyektor film, dan video/CD player adalah beberapa contoh hardware.

5. teknik (technique)

Teknik, metode atau prosedur tertentu untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan bahan, alat, lingkungan, dan orang, seperti demonstrasi, diskusi, praktikum, pendidikan mandiri, sistem pendidikan terbuka atau jarak jauh, dan sebagainya.

6. lingkungan (setting).

Latar belakang atau lingkungan di mana siswa menerima pesan pembelajaran didefinisikan. Dua jenis lingkungan adalah lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik termasuk gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, bengkel, dan sebagainya. Lingkungan non fisik termasuk tata ruang belajar, ventilasi udara, cuaca, suasana belajar, dan sebagainya.

    Namun, software dan hardware, yang sering disebut sebagai bahan dan alat, berfungsi sebagai media pembelajaran. Dalam perkembangannya, pelajaran itu sendiri ada yang bersifat online, misalnya pelajaran online. Selain itu, ada pula yang bersifat off-line, seperti buku pelajaran, VCD, modul, program multimedia, dan sebagainya.

    Sumber belajar dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jenisnya:

    1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design): sumber belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, seperti buku pelajaran, modul, VCD pembelajaran, program audio pembelajaran, transparansi, instruksi komputer yang dibantu, instruksi program, dan lain-lain.
    2. Sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization). Sumber belajar ini tidak dirancang atau dikembangkan khusus untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih dan digunakan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya seperti: surat kabar, siaran televisi, pasar, sawah, waduk, pabrik, museum, kebun binatang, pabrik, terminal, pejabat pemerintah, tenaga ahli, pastor, atlet, dan lain-lain.

    Dalam pembelajaran, siswa harus aktif, responsif, dan aktif dalam mencari, memilih, menemukan, menganalisis, menyimpulkan, dan melaporkan apa yang mereka pelajari. Sistem pembelajaran ini hanya dapat berhasil jika ada sumber belajar yang memadai dan dikelola oleh Pusat Sumber Belajar (PSB).

    Salah satu alasan yang mendorong timbulnya PSB adalah adanya pengembangan sistem instruksional yang akan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran.
    Pengembangan sistem instruksional adalah suatu proses yang sistematis dan terusmenerus yang akan membantu para pendidik dalam mengembangkan pengalamanpengalaman belajar yang paling efektif dan efisien bagi peserta didik. Di dalam proses ini dapat diidentifikasi berbagai variasi pilihan kegiatan pembelajaran, di mana pilihan ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai.

    G. Model Pengembangan Instruksional (Instructional System Design)

    Salah satu model pengembangan instruksional (Instructional System Design) yaitu:

    Tingkat sistem:

    • (1) analisis kebutuhan, tujuan umum, dan prioritas,
    • (2) analisis sumber, hambatan, dan alternatif sistem peluncuran,
    • (3) penentuan lingkup dan urutan kurikulum dan mata pelajaran, desain sistem peluncuran.

    Mata pelajaran:

    • (4) menentukan struktur mata pelajaran dan urutan,
    • (5) analisis tujuan mata pelajaran.

    Tingkat mata sajian/topik:

    • (6) pendefinisian tujuan penampilan,
    • (7) mempersiapkan rencana mata pelajaran,
    • (8) mengembangkan, memilih media dan bahan belajar, dan
    • (9) menilai/mengukur penampilan peserta didik

    Di sinilah letak hubungan yang penting antara PSB dan pengembangan sistem instruksional. Semua yang ada di PSB, termasuk sumber dan bahan pembelajaran, peralatan audio visual, dan jenis staf, dimaksudkan untuk membantu dalam pengembangan sistem instruksional dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efisiensi proses pembelajaran. PSB berpusat pada kepentingan belajar peserta didik.

    Jenis lingkungan belajar tertentu diperlukan untuk mengembangkan kepribadiannya dan mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Misalnya, lingkungan belajar dalam kelompok kecil, belajar mandiri, belajar bebas, dan sebagainya. Untuk dapat memilih jenis lingkungan belajar yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan belajar materi tertentu yang kiranya sangat relevan, secara mutlak diperlukan pengembangan sistem instruksional yang diterapkan secara efektif.

    H. Taksonomi dalam Teori Belajar Gagne

    Selama ini kita merumuskan kompetensi dasar berdasarkan taksonomi Bloom dengan tiga domainnya, yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Padahal Gagne mengembangkan pula tujuan-tujuan belajar yang di kenal dengan taksonomi Gagne.

    Menurut Teori Belajar Gagne tingkah laku manusia yang sangat bervariasi dan berbeda di hasilkan dari belajar. Kita dapat mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat di ambil implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajar.

    Dalam Teori Belajar Gagne mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar di sebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.

    Kapabilitas merupakan kemampuan yang di miliki manusia karena ia belajar. Olehnya itu, kapabilitas dapat di ibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan di tempatkan pada puncak membentuk suatu piramida.

    Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Teori Belajar Gagne, di kelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar memperbedakan, belajar pembentukan konsep, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah.

    Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar pemecahan masalah.

    1. Belajar Isyarat (Sinyal)

    Belajar isyarat adalah belajar yang tidak di niati atau tanpa kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan.

    Sebagai contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang di ajarkan oleh guru tersebut.

    2. Belajar stimulus respon

    Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan pada belajar isyarat pada tipe belajar ini belajar yang di lakukan di niati atau sengaja dan di lakukan secara fisik.

    Olehnya itu, dalam belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian di iringi respon yang di kehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara stimulus dan respon.

    3. Belajar rangkaian gerak (Chaining Motorik)

    Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.

    Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian berhubungan erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama.

    4. Belajar Asosiasi / rangkaian verbal (Chaining Verbal)

    Kalau tadi pada belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, maka pada belajar rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan.

    Jadi, belajar rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama.

    5. Belajar memperbedakan / diskriminasi jamak (Multiple Discrimination)

    Belajar memperbedakan adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol dengan simbol lainnya.

    6. Belajar Pembentukan Konsep (Concept Learning)

    Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda-benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu.

    Untuk hal-hal tertentu belajar pembentukan konsep merupakan lawan dari belajar memperbedakan.

    Olehnya itu, belajar memperbedakan atau menginginkan anak dapat membedakan objek-objek berdasarkan karakteristiknya yang berlainan, sedangkan belajar pembentukan konsep menginginkan agar anak dapat mengklasifikasikan objek-objek ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik sama.

    6. Belajar Pembentukan Aturan / Kaidah (Rule Learning)

    Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah di pelajari. Dalam belajar pembentukan aturan memungkinkan anak untuk dapat menghubungkan dua konsep atau lebih.

    8. Belajar memecahkan masalah (Problem solving)

    Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan masalah, aturan yang telah di pelajari terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian masalah.

    Hasil belajar menurut Teori Belajar Gagne meliputi informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.

    I. Kelebihan dan kelemahan teori belajar Gagne

    Berikut beberapa kelebihan teori pembelajaran Gagne adalah:

    • Model Pembelajaran Sistematis
      Teori Gagne memberikan dasar yang sistematis untuk membuat program pembelajaran yang efektif dan berhasil.
    • Fokus pada Tujuan Pembelajaran
      Teori Gagne menekankan betapa pentingnya memiliki tujuan pembelajaran yang jelas dan dapat diukur sebelum membangun program pembelajaran.
    • Menekankan pada Berbagai Jenis Pembelajaran
      Menurut teori Gagne, pembelajaran terjadi melalui berbagai jenis pembelajaran, termasuk pembelajaran melalui pengalaman nyata, pembelajaran mandiri, pembelajaran kolaboratif, dan pembelajaran melalui teknologi.
    • Berfokus pada Keterampilan Kognitif
      Teori Gagne menganggap keterampilan kognitif seperti analisis dan pemecahan masalah penting untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi kesulitan di masa depan.
    • Mengutamakan Umpan Balik
      Teori Gagne menekankan betapa pentingnya mendapatkan umpan balik yang efektif untuk membantu siswa belajar.
    • Memperhatikan Keterampilan yang Lebih Tinggi
      Keterampilan seperti menganalisis, membuat keputusan, dan mengambil tindakan dianggap penting untuk pengembangan siswa dalam karir mereka.

      Oleh karena itu, teori pembelajaran Gagne dapat membantu guru membuat program pembelajaran yang efektif dan membantu siswa memahami topik yang dipelajari dengan lebih baik.

      Meskipun teori pembelajaran Gagne memiliki banyak kelebihan, ada beberapa kelemahan, berikut beberapa point kelemahannya:

      • Kurang Memperhatikan Aspek Afektif: Teori Gagne tidak memperhatikan aspek afektif seperti motivasi dan perasaan siswa; aspek-aspek ini juga dapat memengaruhi proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pembelajaran.
      • Terlalu Terfokus pada Keterampilan Kognitif: Teori Gagne terlalu terfokus pada pengembangan keterampilan kognitif seperti analisis dan pemecahan masalah. Dia kurang memperhatikan pengembangan keterampilan sosial dan emosional, yang penting untuk pengembangan siswa.
      • Kurang Fleksibel: Model pembelajaran Gagne terlalu terorganisir dan tidak fleksibel, sehingga sulit bagi pendidik untuk menyesuaikan metode pembelajaran mereka dengan kebutuhan unik siswa.
      • Fokus pada Penilaian dan Pengukuran: Karena teori Gagne menekankan pengukuran dan penilaian hasil pembelajaran, pendidik dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang dapat diukur dan dinilai daripada proses pembelajaran itu sendiri.

      Untuk membuat program pembelajaran yang efektif, guru harus mempertimbangkan kekurangan ini dan menemukan cara untuk memperbaikinya.

      Kesimpulan dan Saran dalam Teori Belajar Gagne

      1. Kesimpulan

      Beberapa kesimpulan dari uraian di atas:

      1. Teori belajar Robert M. Gagne ini membantu kita memahami proses belajar peserta didik. Ini juga membantu kita memahami situasi dan komponen yang dapat mempengaruhi, memperlancar, atau menghambat proses belajar peserta didik sehingga mereka dapat bertindak dengan benar.
      2. Belajar adalah sekumpulan proses yang ada di dalam diri setiap orang. Ini adalah transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan orang tersebut.
      3. Menurut Gagne, ada lima kemampuan belajar: (1) keterampilan intelektual, (2) strategi kognitif, (3) informasi verbal, (4) keterampilan motorik, dan (5) sikap.
      4. Hirarki belajar, juga dikenal sebagai “hierarki belajar”, adalah urutan keterampilan yang harus dimiliki siswa untuk mempelajari materi yang lebih sulit atau lebih kompleks.
      5. Ada delapan kategori belajar Gagne: belajar sinyal (belajar sinyal), belajar stimulus respons (belajar stimulus respons), belajar merangkai tingkah laku (belajar merangkai tingkah laku), belajar asosiasi verbal (belajar asosiasi verbal), belajar diskriminasi (belajar diskriminasi), belajar konsep (belajar konsep), belajar kaídah (belajar aturan), dan belajar memecahkan masalah.
      6. Sumber belajar meliputi semua sumber (baik berupa data, orang maupun benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) dan menunjang belajar bagi peserta didik.
      7. Segala jenis sumber dan bahan pembelajaran, peralatan audio visual, dan jenis staf yang ada di PSB semuanya dimaksudkan untuk membantu dalam pengembangan sistem instruksional untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran.
      8. Fungsi dan kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas Namun, tidak dapat diragukan lagi bahwa kelima fungsi tersebut akan selalu ada di setiap PSB karena sebagai organisasi yang berusaha untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

      2. Saran

      Selain itu, berdasarkan kesimpulan dan uraian di atas, ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan:

      1. Pembelajaran tidak boleh dilakukan secara bebas; sebaliknya, harus menggunakan teori dan prinsip belajar tertentu, seperti teori Robert M. Gagne, agar siswa dapat bertindak dengan benar.
      2. Teori Gagne dapat digunakan sebagai landasan untuk intervensi dengan mengembangkan PSB, yang dapat meningkatkan efektivitas.
      3. Pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Ini juga harus memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas, bakat, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
      4. Peserta didik harus dapat belajar melalui berbagai sumber.

      DAFTAR RUJUKAN

      • Aisyah, Nyimas dkk. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Bahan Ajar Cetak S1 PGSD. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdiknas.
      • Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
      • Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.
      • Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK.
      • Gagne, Robert M. 1977. The Conditions of Learning, New York: Holt, Rinehart and Winston.
      • Gagne, Robert M. 1985. The Cognitive Psychology of School Learning, Boston Toronto: Little, Brown and Company.
      • Miarso, Yusufhad. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Prenada Media.
      • Suciati, Irawan, Prasetya. 2001.Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Ditjen PT. PAU-UT.
      • Suparman, M. Atwi, Desain Instruksional, Jakarta: Penerbitan Universitas Terbuka, 2004.
      • Winkel, W.S. 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

      Dapatkan file elektroniknya pada link file pdf

      Demikian,
      Mudah-mudahan ada manfaat.


      Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

      Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

      Tinggalkan Balasan

      Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

      close

      Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

      Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

      Lanjutkan membaca