Pendekatan Pengelolaan Kelas

Pendekatan Pengelolaan Kelas

HermanAnis.com – Teman-teman semua dalam kesempatan ini kita akan membahas satu topik dalam pembelajaran yakni Pengelolaan Kelas di mana fokus bahasan kita adalah Pendekatan Pengelolaan Kelas. Dalam tulisan ini, akan di uraikan beberapa pendekatan pengelolaan kelas menurut ahli. Mari kita mulai!

Pendekatan Pengelolaan Kelas
Sumber: ezyschooling

Baca Juga:
Pengertian Pengelolaan Kelas

A. Pendekatan Pengelolaan Kelas Menurut Pakar

Seorang guru mendalami kerangka acuan pendekatan-pendekatan kelas sebagai pekerja profesional, sebab di dalam penggunaan pendekatan tersebut  harus terlebih dahulu yakin bahwa pendekatan yang di pilih oleh guru merupakan alternatif yang baik untuk menangani kasus penglolaan kelas sesuai dengan masalahnya.

Jika alternatif yang di pilih oleh guru tidak memberikan hasil yang memadai, maka guru masih bisa melakukan analisa kembali terhadap pendekatan yang di gunakan tersebut. Adapun pendekatan dalam penglolaan kelas ini antara lain:

1. Pendekatan Pengelolaan Kelas dalam Zuldafrial (2012: 22)

Menurut Zuldafrial (2012: 22) pendekatan merupakan strategi seorang guru dalam mencari jalan keluar yang menimbulkan masalah-masalah yang terjadi saat proses pembelajaran di dalam kelas sedang berlangsun

a. Pendekatan Behavior Modification

Pendekatan ini memberikan stimulus positif kepada peserrta didik dengan cara memberikan pujian, hadiah, dan penghargaan selama proses pembelajaran berlangsung. Pemberian pujian kepada peserta didik dapat meningkatkan minat peserta didik dalam pembelajaran, serta pesertaa didik dapat lebih berprestasi dalam belajar, serta dapat terjadi persaingan sehat antara peserrta didik satu dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.

Guru dapat memberikan stimulus negatif untuk mengurangi atau menghilangkan tingkah laku peserta didik yang tidak di inginkan, maka guru dapat memberikan beberapa teguran atau ancaman kepada peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran sebisa mungkin harus menghindari memberikan hukuman kepada peserta didik, karena hukuman belum tentu membuat peserta didik menjadi baik malah sebaliknya.

Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavior yang mengemukakan asumsi bahwa semua tingkah laku yang baik maupun yang kurang baik merupakan hasil proses belajar; ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat di lakukan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yaitu penguatan positif (positive reinforcement), hukuman, penghapusan (extinction), dan penguatan negatif (negative reinforcement).

Untuk membina tingkah laku yang di kehendaki, pendidik harus memberi penguatan positif (memberi stimulus positif sebagai ganjaran) atau penguatan negatif (menghilangkan hukuman (masih controversial), suatu stimulus negatif). Sedangkan untuk mengurangi tingkah laku yang tidak di kehendaki, guru menggunakan hukuman (memberi stimulus negatif), penghapusan (pembatalan pemberian ganjaran, kesempatan).

2. Pendekatan Sosio Emotional Climates

Pendekatan ini menekankan terhadap perlunya menciptakan hubungan saling membutuhkan dalam kegiataan pembelajaran di kelas, sehingga akan menciptakan suasana yang baik di dalam kelas. Hubungaan yang di nilai kurang baik selama pembelajaran berlangsung akan membuat proses belajar mengajarr di dalam kelas menjadi tidak baik.

Hubungan yang tidak baik di dalam kelas tidak akan membantu dalam memecahkan masalah-masalah di kelas serta mengakibatkan tidak ada kerja sama antara guru dengan peserta didik. Guru hendaknya menjadi seseorang yang bijaksana, serta jangan terlalu sering memberikan hukuman, tetapi guru harus lebih terbuka, menerima, dan menghargai pendapat peserta didik, menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial bagi peserta didik.

Guru harus bisa membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam proses belajarr mengajar berlangsung, serta menciptakan hubungan yang intim dengan peserta didik.

Pengelolaan kelas merupakan suatu proses penciptaan iklim Sosioemosional positif adalah adanya hubungan positif anatara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik. Guru di sini adalah kunci utama dalam membentuk Sosioemosional tersebut.

Dengan berlandaskan psikologi klinis dan konseling, pendekatan pengelolaan kelas mengasumsikan bahwa proses belajar-mengajar yang efektif mempersyaratkan iklim sosio-personal yang baik; pendidik menduduki posisi penting bagi terbentuknya iklim tersebut.

Pendekatan yang di anjurkan antara lain: bersikap tulus, menerima dan menghadapi peserta didik sebagai manusia, memahami peserta didik dari sudut peserta didik (Carl A. Rogers), melakukan komunikasi yang efektif (Halm A. Ginott), membina rasa tanggung jawab sosial dan harga diri peserta didik (William Glasser), suasana kelas yang demokratis (Rudolf Dreikurs).

3. Pendekatan Group Process

Berdasarkan pada psikologi sosial dan dinamika kelompok, mengasumsikan bahwa pengalaman belajar di sekolah berlangsung dalam konteks kelompok sosial; tugas pendidik terutama dalam pengelolaan kelas adalah membina dan memelihara kelompok yang produktif dan kohesif.

Menurut Richard A. Schmuck dan Patricia A. Schmuck, unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan ini: harapan timbal balik guru-peserta didik, antar-peserta didik, kepemimpinan dari pendidik atau peserta didik, pola persahabatan, memiliki norma dan mengganti norma yang kurang produktif, komunikasi yang produktif, dan kohesif/perasaan keterikatan masimg-masing anggota.

Pendekatan ini menghendaki agar di dalam proses pengelolaan kelas perlu di bentuk kelompok-kelompok belajar. Tugas guru mengarahkan dan memelihara agar kelompok-kelompok belajar tersebut produktif dan efektif, sehingga dengan begitu masing-masing anggota kelompok dapat benar-benar merasakan hasil dan manfaat dari kegiatan belajar kelompok tersebut jika di bandingkan dengan belajar secara sendiri-sendiri.

Pembentukan kelompok belajar menggunakan beberapa teknik yang dapat di gunakan sebagai berikut.

a. Teknik pembentukan secara otoriter

Kelompok di tentukan oleh guru tanpa memperhatikan atau mendengarkan suara dan pendapat dari peserta didik.

b. Teknik pembentukan secara bebas

Pembentukan kelompok belajar diserahkan kepada peserta didik, sedangkan guru tidak ikut campur tangan dalam pembentukannya.

c. Teknik pembentukan secara terpimpin

Teknik ini merupakan perpaduan antara terknik secara otoriter dan secara bebas. Selain itu, teknik ini memperhatikan pendapat-pendapat atau keinganan dari peserta didik. Guru memiliki adil campur tangan secara aktif di dalam proses pembentukan kelompok itu.

4. Pendekatan Eklektik

Pendekatan ini menggunakan ketiga pendekatan pengelolaan kelas sebagaimana yang telah di uraikan di atas, di sesuaikan dengan permasalahan yang di hadapi oleh kelas pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Guru harus menguasi ketiga macam pendekatan untuk menggunakan pendekatan ini memiliki kesemptan untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondiisi yang memungkinkan kegitan pembelajaran berjalan secara efektif dan efesien.

Pendekatan ini seyogyanya dapat di lakukan oleh pendidik: menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial (perubahan tingkah laku), dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dalam masalah pengelolaan kelas, memilih strategi pengelolaan kelas yang sangat tergantung pada kemampuannya menganalisa masalah pengelolaan kelas yang di hadapi.

2. Pendekatan Pengelolaan Kelas dalam Alben Ambarita (2006: 53-54)

Menurut Alben Ambarita (2006: 53-54) ada beberapa pendekatan yang dapat di laksanakan untuk menciptakan interaksi yang menumbuh kembangkan dari peserta didik, antara lain sebagai berikut.

  1. Pendekatan otoritas.
    Pengendalian perilaku peserta didik oleh guru, dengan menegakkan peraturan, memberikan perintah, pengarahan, dan pesan, menggunakan teguran, menggunakan pengendalian dengan melakukan pendekatan, menggunakan pemisahan dan pengucilan.
  2. Pendekatan intimidasi.
    Pengendalian perilaku peserta didik di lakukan dengan bentuk-bentuk intimidasi. Guru memaksa peserta didik berperilaku sesuai dengan perintah guru.
  3. Pendekatan permisif.
    Pengendalian perilaku peserta didik dengan pendekatan pada penekanan pemberian kebebasan peserta didik. Guru berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi peserta didik.
  4. Pendekatan buku masak.
    Pengendalian perilaku peserta didik berbentuk rekomendasi tentang hal-hal yang harus dilakukan atau tidak dapat dilakukan.
  5. Pendekatan instruksional.
    Pendekatan pengendalian perilaku dengan menciptakan pembelajaran yang efektif, sehingga meminimalkan gangguan pada pelaksanaan pembelajaran.
  6. Pendekatan pengubahan perilaku.
    Pengendalian perilaku yang menekankan pada penguatan positif, hukuman, penghentian, dan penguatan negatif atas perubahan perilaku yang di sebabkan hasil proses belajar mengajar.
  7. Pendekatan iklim sosio-emosional.
    Pendekatan pengendalian perilaku atas hubungan positif antara guru dengan peserta didik.
  8. Pendekatan proses kelompok.
    Pengendalian perilaku dengan pendekatan secara kelompok kelas sebagai sistem sosial, yang menunjang terciptanya suasana belajar di kelas.
  9. Pendekatan ekletik.
    Pengendalian perilaku peserta didik dengan penggabungan dari berbagai pendekatan yang mungkin di lakukan.
  10. Pendekatan analitik pluralistik.
    Pendekatan perilaku peserta didik dengan pendekatan yang melihat kemajemukan dari kondisi kelas yang di hadapi.

3. Menurut Wragg dalam Alben Ambarita (2006: 53-54)

Menurut Wragg dalam Alben Ambarita (2006: 38-39), terdapat beberapa pandangan atau pendekatan tentang perilaku guru dalam pengelolaan kelas, antara lain yaitu:

a. Otoriter

Guru memberikan arahan, mengendalikan perilaku peserta didik secara ketat, bahkan juga menggunakan hukuman. Pendekatan otoriter menyebabkan pembelajaran menjadi represif/ pemberontak.

b. Permisif

Pengajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik, mengembangkan kemandirian (berlawanan dengan model otoriter). Pendekatan ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang efektif dan produktif.

c. Modifikasi perilaku

Pendekatan ini di dasarkan dari teori pembelajaran skinner yang menyatakan bahwa pembelajaran berhasil apabila perilaku yang positif di perkuat dengan imbalan atau pengakuan.

d. Hubungan antarpribadi

Dalam pendekatan ini menekankan hubungan yang baik antara guru dengan guru, antara guru dengan peserta didik (kelas) dan antara sesama peserta didik, sehingga suasana kelas sehat untuk belajar. Masalah di selesaikan secara musyawarah.

e. Ilmiah

Dalam pendekatan ini kecenderungan perilaku dapat di prediksi sehingga strategi penyelesaian dapat di identifikasi. Penanggulangan terhadap perilaku peserta didik yang negatif di lakukan dengan melalui berbagai strategi dan tindakan seperti penanggulangan secepat mungkin atas penyimpangan yang terjadi.

Tumpang tindih yaitu mengatasi peserta didik yang berperilaku buruk sementara peserta didik lainnya tetap melakukan aktivitasnya, halus yaitu tidak secara langsung mengatasi masalah, tetapi menunggu sampai tugas/kegiatan selesai, berlebihan yaitu menghindari pembahasan yang berlebihan atau berkepanjangan atas suatu masalah, dan dampak beriak yaitu secara tidak langsung kepada sasaran tetapi melalui perantara peserta didik lainnya.

f. Sistem sosial

Pendekatan sistem sosial dengan melihat kondisi sosial kelas sebagai subsistem dari organisasi sosial masyarakat, yang di pengaruhi oleh politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

g. Resep atau taktik guru

Pendekatan ini merupakan sesuatu yang dapat di pelajari untuk menghadapi berbagai situasi kelas yang mungkin

4. Pendekatan Pengelolaan Kelas dalam Tri Mulyani (2001: 53-67)

Tri Mulyani (2001: 53-67) juga berpendapat, menurutnya terdapat beberapa pendekatan pengelolaan kelas antara lain sebagai berikut.

a. Pendekatan Dengan Penerapan Larangan/Anjuran

Pendekatan guru terhadap siswa yang bersifat otoriter atau tangan besi maupun yang memberikan kebebasan penuh pada anak tidak efektif jika di laksanakan, lebih-lebih di masa demokrasi dan reformasi seperti saat ini.

Dalam pendekatan terhadap diri sesama di mana guru memberikan/menerapkan sejumlah ajaran atau larangan yang terpaksa di laksanakan, harusnya di ingat adanya ketentuan sebagai berikut

  1. Jika guru terpaksa sekali menegur siswa yang melanggar peraturan-peraturan janganlah menegur di depan kelas sehingga teman-temannya mengetahui. Sebaiknya guru menegur siswa sewaktu ia sendiri , atau siswa di panggil untuk menemui guru.
  2. Dalam menerapkan larangan dan anjuran dari guru berlaku untuk semua siswa, semua siswa terkena larangan atau anjuran mengenai suatu hal. larangan yang di langgar di kenakan sangsi, sebaliknya anjuran yang di laksanakan siswa guru jangan segan-segan memberi komentar positif ataupun pujian.
  3. Jika guru terpaksa harus memberi peringatan kepada siswa-siswanya, maka ucapan guru di usahakan jangan keras, bernada kasar atau tinggi.
  4. Sikap guru kepada siswa harus adil, tegas, jangan berubahubah.
  5. Guru dalam mengadakan pendekatan melalui penerapan hukuman, sebelum menghukum buktikanlah terlebih dahulu bahwa seorang siswa telah bersalah.

b. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku (Behavior Management)

Pendekatan ini berpendapat bahwa tingkah laku anak yang menyimpang yang tidak di kehendaki guru itu di sebabkan karena anak telah mempelajari ataupun melakukan tingkah laku tersebut, sedangkan tingkah laku yang benar belum di lakukan atau belum di pelajari. Pengubahan tingkah laku di bangun atas dasar adanya penguatan positif, punishment atau hukuman, penghentian dan penguatan negatif. Selain itu juga di pengaruhi oleh kejadian dalam lingkungan anak berada.

c. Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

Dalam pengelolaan kelas perlu sekali hubungan guru dengan siswa-siswa memakai pendekatan yang bernuansakan, beriklim sosio-emosional. Pandangan ini berakar pada psikologi penyuluhan klinis. Pendapat dari pandangan ini ialah untuk pengelolaan kelas yang baik dan efektif sangat tergantung pada hubungan guru dan anak yang positif.

Tugas pokok guru dalam pengelolaan kelas adalah membangun hubungan yang baik dan positif dengan siswa-siswanya, dan juga berusaha meningkatkan sosio-emosionalnya yang positif pula. Komunikasi guru dan siswa hendaknya terjalin baik, guru perlu memberikan contoh bagaimana sikap-sikap kejujuran, kesetiakawanan, bijaksana yang di wujudkan oleh guru. Selain itu perlu juga seorang guru melibatkan anak didiknya dalam kegiatan kelas.

d. Pendekatan Proses Kelompok (pendekatan sosio psikologis)

Kelas merupakan satu kelompok, jadi kegiatan sekolah merupakan kegiatan yang berlangsung dalam kelompok disini guru bertugas untuk menciptakan, mengembangkan, dan mempertahankan suasana kelas/kelompok yang efektif dan juga produktif.

Di sini pengelolaan kelas oleh guru di artikan sebagai kegiatan pengaturan siswa dan pengaturan fisik kelas, sehingga mengakibatkan kegiatan belajar siswa (proses belajar mengajar). Prinsipprinsip yang di pilih dan di gunakan dari psikologi sosial dan dinamika kelompok.

5. Pendekatan Pengelolaan Kelas Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 201)

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 201), mengemukakan berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas, antara lain yaitu pendekatan kekuasaan, pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan, pendekatan resep, pendekatan pengajaran, pendekatan perubahan tingkah laku, pendekatan suasana emosi dan hubungan sosial, pendekatan proses kelompok, pendekatan electis atau pluralistik.

B. Kesimpulan

Dari beberapa pendapat tentang pendekatan pengelolaan kelas peneliti menyimpulkan bahwa secara garis besar pendekatan pengelolaan kelas dapat di lihat dari empat pendekatan senada dengan pendapat Tri Mulyani yaitu pendekatan dengan penerapan larangan/ anjuran, pendekatan pengubahan tingkah laku, pendekatan iklim sosio-emosional, dan pendekatan proses kelompok.

Baca Juga:
Keterampilan Mengelola Kelas

Sumber Rujukan

  • Hasibuan dan Moejiono. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya
  • Sahardan, dkk. 2008.Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta
  • Alben Ambarita. (2006). Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan
  • Sardiman A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  • Tri Mulyani. (2001). Pengelolaan Kelas (Classroom Management). Yogyakarta: FIP.
  • Syaiful Bahri Djamarah. (2000). Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Demikian semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index