HermanAnis.com – Teori belajar Bloom tentang tujuan pendidikan dan belajar tuntas. Bloom membagi tujuan pendidikan ke dalam 3 domain, yaitu Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah Psikomotor.
A. Riwayat Benjamin Samuel Bloom
Benjamin Samuel Bloom, lahir pada 21 Februari 1913. Bloom memperoleh gelar sarjana dan magisternya dari Pennsylvania State University pada tahun 1935. Gelar doktor dalam pendidikan ia raih dari University of Chicago pada bulan Maret 1942.
Ia menjadi anggota staff Board of Examinations di University of Chicago dari tahun 1940 sampai 1943. Selain itu, ia menjadi pemeriksa di universitas sampai kemudian mengakhiri jabatan tersebut tahun 1959.
Pekerjaan sebagai pengajar di Jurusan Pendidikan University of Chicago di mulai tahun 1944 untuk kemudian di tunjuk sebagai Distinguished Service Professor pada tahun 1970. Ia menjabat sebagai presiden American Educational Research Association dari tahun 1965 sampai 1966.
Kemudian, ia juga menjadi penasihat pendidikan bagi pemerintahan Israel, India, dan beberapa bangsa lain. Pembelajaran dalam suatu definisi di pandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa.
B. Teori Belajar Bloom
Di antara teori-teori belajar yang dapat di gunakan adalah teori belajar Bloom dan Krathwohl yang terkenal dengan taksonomi Bloomnya di mana teori Bloom ini termasuk pada teori Humanistik. Menurut teori belajar Humanistik, proses belajar harus di mulai dan di tujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.
Oleh sebab itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang di pelajari daripada proses belajar itu sendiri.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang di cita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti selama ini di kaji oleh teori-teori belajar lainnya.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah di milikinya. Teori humanistik berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat di manfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Dengan demikian teori humanistik dengan pandangannya yang elektrik yaitu dengan cara memanfaatkan atau merangkum berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia bukan saja mungkin untuk di lakukan, tetapi justru harus dil akukan.
Selain Bloom dan Krathwohl yang temasuk dalam teori humanistik, masih banyak lagi tokoh-tokoh penganut aliran humanistik, di antaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat Tahap”, Honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa, serta Hubermas dengan “Tiga Macam Tipe Belajar”.
D. Tujuan pendidikan dalam Teori Bloom
Bloom di masukkan sebagai penganut aliran humanis yang menekankan perhatiannya pada apa yang mesti di kuasai oleh individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang di buat untuk tujuan pendidikan.
Taksonomi ini pertama kali oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.
Tujuan pendidikan dalam Teori Bloom di bagi ke dalam tiga domain, yaitu:
- Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
- Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
- Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti menulis dengan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang di ungkapkan oleh Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga di kenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.
Dari setiap ranah tersebut di bagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hierarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks.
Tingkah laku dalam setiap tingkat di asumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga di perlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.
Tujuan belajar yang di kemukakannya dirangkum ke dalam tiga kawasan yang dikenal dengan sebutan Taksonomi Bloom. Melalui taksonomi Bloom inilah telah berhasil memberikan inspirasi kepada banyak pakar pendidikan dalam mengembangkan teori-teori maupun praktek pembelajaran.
E. Domain Kognitif dalam Taksonomi Bloom
Pada tataran praktis, taksonomi Bloom ini telah membantu para pendidik dan guru untuk merumuskan tujuan-tujuan belajar yang akan dicapai, dengan yang sudah dipahami. Berpijak pada taksonomi Bloom ini pulalah para praktisi pendidikan dapat merancang program-program pembelajarannya.
Secara ringkas, ketiga kawasan dalam taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut :
Pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah di pelajari dan di simpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang di ketahui.
- Pengetahuan yang di simpan dalam ingatan, di gali pada saat di butuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).
- Pemahaman, mencangkup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang di pelajari. Adanya kemampuan ini di nyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan; mengubah data yang di sajikan dalam bentuk tertentu ke dalam bentuk lain, seperti rumus matematika ke dalam bentuk kata-kata; membuat perkiraan tentang kecenderungan yang nampak dalam data tertentu; seperti dalam grafik.
- Penerapan, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus / problem yang konkret dan baru. Adanya kemampuan di nyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang belum di hadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada pemecahan problem baru. Oleh karena memahami suatu kaidah belum tentu membawa kemampuan untuk menerapkannya terhadap suatu kasus atau problem baru.
- Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga terstruktur keseluruhan atau organisasinya dapat di pahami dengan baik. Adanya kemampuan ini di nyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-komponen dasar, bersama dengan hubungan/relasi antara semua bagian itu. Karena sekaligus harus di tangkap adanya kesamaan dan adanya perbedaan antara sejumlah hal.
- Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-bagian di hubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru. Adanya kemampuan ini di nyatakan dalam membuat suatu rencana, seperti penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema dasar sebagai pedoman dalam memberikan ceramah dan lain sebagainya. Karena di tuntut kriteria untuk menemukan pola dan struktur organisasi.
- Evaluasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan criteria tertentu.
1. Domain kognitif dalam Teori Bloom, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
- Pengetahuan (mengingat, menghafal)
- Pemahaman (menginterpretasikan)
- Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan masalah)
- Analisis (menjabarkan suatu konsep)
- Sintesis ( menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
- Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dll).
Teori Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
1. Pengetahuan (Knowledge) pada domain Kognitif dalam Teori Bloom
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb. Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya.
Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja. Sebagai contoh, ketika di minta menjelaskan manajemen kualitas, orang yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas, karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk produk.
2. Pemahaman (Comprehension) pada domain Kognitif Taksonomi Bloom
Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan, menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan gagasan utama
- Terjemahan
- Pemaknaan
- Ekstrapolasi
Pertanyaan seperti: Membandingkan manfaat mengkonsumsi apel dan jeruk terhadap kesehatan
3. Aplikasi (Application) pada domain Kognitif dalam Teori Bloom
Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja. Sebagai contoh, ketika di beri informasi tentang penyebab meningkatnya reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam bentuk fish bone diagram.
4. Analisis (Analysis) pada domain Kognitif Taksonomi Bloom
Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah skenario yg rumit.
Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap penyebab ke dalam tingkat keparahan yg di timbulkan.
5. Sintesis (Synthesis) pada domain Kognitif Taksonomi Bloom
Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus di dapat untuk menghasilkan solusi yg di butuhkan.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.
6. Evaluasi (Evaluation) pada domain Kognitif Taksonomi Bloom
Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu menilai alternatif solusi yg sesuai untuk di jalankan berdasarkan efektivitas, urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.
F. Domain Afektif dalam Teori Bloom
Domain Afektif, oleh Teori Bloom terdiri atas 5 tingkatan yaitu :
- Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
- Merespon (aktif berpartisipasi)
- Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)
- Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayainya)
- Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol, deskripsi setiap domain adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan (Receiving/Attending) pada domain Afektif Taksonomi Bloom
Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena di lingkungannya. Dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya. Penerimaan, mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang di berikan oleh guru.
Kesediaan itu di nyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang di buat di papan tulis atau mendengarkan jawaban teman sekelas atas pertanyaan guru. Namun, perhatian itu masih pasif. Partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Kesediaan itu di nyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang di sajikan, seperti membacakan dengan suara nyaring suatu bacaan yang di tunjuk atau menunjukkan minat dengan membawa pulang buku bacaan yang di tawarkan.
2. Tanggapan (Responding) pada domain Afektif Taksonomi Bloom
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan. Penilaian/penentuan sikap, mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.
Mulai dibentuk suatu sikap, menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin. Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan. Seperti mengungkapkan pendapat positif tentang pameran lukisan modern (apresiasi seni) atau mendatangi ceramah disekolah, yang diberikan oleh astronot Indonesia yang pertama.
Perkataan atau tindakan itu tidak hanya sekali saja, tetapi di ulang kembali bila kesempatannya timbul. Dengan demikian, nampaklah adanya suatu sikap tertentu.
3. Penghargaan (Valuing) pada domain Afektif Taksonomi Bloom
Berkaitan dengan harga atau nilai yang di terapkan pada suatu objek, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian berdasar pada internalisasi dari serangkaian nilai tertentu yang di ekspresikan ke dalam tingkah laku.
4. Pengorganisasian (Organization) pada domain Afektif Taksonomi Bloom
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten. Organisasi, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pandangan dalam kehidupan.
Nilai-nilai yang di akui dan diterima di tempatkan pada suatu skala nilai, mana yang pokok dan selalu harus di perjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu di nyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang. Seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar/bekerja, tugas membina kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lain sebagainya.
5. Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidupnya)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Kemampuan itu dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai atau karakterisasi berdasarkan nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex). Seperti menguraikan bentuk keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu negara demokrasi atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.
Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa. Sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri.
Orang telah memiliki suatu perangkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten selama kurun waktu cukup lama. Kemampuan yang demikian ini, kiranya sulit untuk di tuangkan dalam suatu tujuan pembelajaran, karena mengandung unsur kebiasaan yang baru di bentuk setelah waktu yang cukup lama.
G. Domain Psikomotor dalam Taksonomi Bloom
Rincian dalam domain ini tidak di buat oleh Bloom, tapi oleh Dave pada tahun 1970 berdasarkan domain yang di buat dalam Teori Bloom.
1. Persepsi (Perception) pada domain Psikomotor
Penggunaan alat indra untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. Persepsi, mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
Adanya kemampuan ini di nyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada, seperti dalam menyisihkan benda yang berwarna merah dari yang berwarna hijau.
2. Kesiapan (Set) pada domain Psikomotor Taksonomi Bloom
Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Ini mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
Kemampuan ini di nyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam mempersiapkan diri untuk menggerakkan kenderaan yang di tumpangi, setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna merah.
3. Respon Terpimpin (Guided Response) pada domain Psikomotor
Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik, sesuai dengan contoh yang di berikan (imitasi).
Kemampuan ini di nyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh, menurut contoh yang di perlihatkan atau di perdengarkan, seperti dalam meniru urutan gerakan tarian atau dalam meniru bunyi suara.
4. Mekanisme (Mechanism) pada domain Psikomotor
Membiasakan gerakan-gerakan yang telah di pelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah di latih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
Kemampuan ini di nyatakan dalam menggerakkan anggota / bagian tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat, seperti dalam menggerakkan kaki, lengan dan tangan secara terkoordinasi.
5. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) pada domain Psikomotor
Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.
Adanya kemampuan itu di nyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan keseluruhan gerak gerik yang teratur, seperti dalam membongkar mesin mobil dalam bagian-bagiannya dan memasangkan kembali.
6. Penyesuaian (Adaptation)
Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat di sesuaikan dalam berbagai situasi. Penyesuaian pola gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
7. Penciptaan (Origination)
Membuat pola gerakan baru yang di sesuaikan dengan situasi, kondisi atau permasalahan tertentu. Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Hanya sosok yang berketerampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini. Seperti kadang-kadang dapat di saksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan di iringi musik instrumental.
Tiga klasifikasi oleh Teori Bloom beserta para penerusnya, juga sub-sub kategori atau jabarannya mensyaratkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan capaian tujuan yang di harapkan. Dalam penerapannya.
Masing-masing kemampuan yang menunjukkan hasil belajar dari setiap kategori dan sub kategorinya hendaknya memperhatikan hirarki atau urutan capaian/kemampuan yang di harapkan. Sehingga dalam penerapannya ke dalam strategi pembelajaran harus mempertimbangkan dari segi hirarki kemampuan atau 3 klasifikasi di atas.
Sejumlah penulis/ahli telah menunjukkan beberapa kelemahan yang melekat pada sistematika ranah kognitif dari Teori Bloom.
H. Kelemahan ranah kognitif Teori Bloom
Beberapa kelemahan ranah kognitif dari Teori Bloom itu antara lain:
- Rincian lebih lanjut terhadap berbagai jenis perilaku mental seperti pengetahuan, analisis dan sintesis kurang memadai. Terjadi tumpang tindih (over lapping) antara berbagai kategori, di nilai belum terhindar.
- Struktur hirarkis dalam ranah kognitif tersebut belum terbukti signifikan secara meyakinkan lebih-lebih pada kategori-kategori yang lebih tinggi.
- Adanya urutan hirarkis antara 6 kategori jenis perilaku kognitif itu belum dapat memberikan ilustrasi yang serba pasti mengenai urutan di kembangkannya kemampuan-kemampuan internal itu melalui penstrukturan suatu kurikulum pembelajaran. Teori Bloom dalam hal itu hanya menekankan pada hasil belajar sedang proses pencapaian hasil belajar (saluran/jalur) yang harus di lewati peserta didik supaya sampai pada hasil (kemampuan internal) tidak di tekankan.
Sehingga guru belum memperoleh petunjuk mengenai tindakan-tindakan didaktis yang sebaiknya di ambil selama peserta didik terlibat proses belajar (dalam aktivitas pembelajaran), meskipun sistematika Teori Bloom itu ada dalam ruang lingkup didaktik.
Walaupun demikian, sistematika Teori Bloom banyak bermanfaat bagi guru khususnya jika akan merumuskan tujuan pembelajaran sebagai manifestasi dari hasil belajar peserta didik di sekolah (kelas pembelajaran).
Mengingat tekanan yang di berikan pada perolehan kemampuan di bidang kognitif selama anak belajar di sekolah, dan mengingat tuntutan supaya suatu sistem klasifikasi di dasarkan pada hasil penelitian yang meyakinkan, Comte mengusulkan skema klasifikasi yang lain.
Skema ini di dasarkan pada model tentang inteligensi yang di kembangkan oleh Guilford. Dalam skema itu di bedakan antara kemampuan reproduktif dan produktif.
1. Kemampuan Reproduksi
Reproduksi meliputi resepsi berdasarkan pengamatan, mengenal kembali (recognition) dan mengingat (recall). Misalnya, siswa yang menjadi sadar akan perbedaan bentuk antara sigitiga dan kubus (resepsi); siswa yang mengenal kembali letak serta bentuk pulau jawa dan pulau bali pada peta geografi yang tidak di beri nama (recognition); siswa yang menyebutkan huruf-huruf dalam abjad (recall).
2. Kemampuan Produksi
Produksi meliputi kemampuan untuk tidak hanya mengingat sesuatu, tetapi juga menciptakan jawaban sendiri atas suatu pertanyaan atau menemukan sendiri pemecahan terhadap suatu problem.
Kemampuan produktif nampak dalam tiga macam hasil yang di bedakan, antara lain:
- Hasil proses berfikir konvergen, yaitu jawaban atau pemecahan sudah pasti, kerapkali jalur/metode untuk sampai pada jawaban atau pemecahan itu, juga sudah di tentukan. Misalnya menyelesaikan soal fisika dengan menerapkan rumus yang sesuai.
- Hasil proses berpikir divergen, yaitu jawaban atau pemecahan belum pasti, demikian pula jalur/metode untuk sampai pada jawaban atau pemecahan.
Dengan kata lain, terdapat beberapa kemungkinan penyelesaian dan beberapa kemungkinan dalam hal jalur/metode yang di gunakan. Misalnya, siswa memikirkan sendiri suatu pemecahan terhadap problem kepadatan penduduk atau menyusun suatu slogan seperti yang di susun oleh orang yang menemukan slogan “Bir Bintang ini baru bir”. - Hasil berpikir evaluatif, yaitu mengolah dan menilai sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria itu dapat bersifat kriteria intern, seperti organisme penyusunan harmonis, kelengkapan, ketelitian, obyektivitas dan validitas data yang di sajikan.
Kriteria itu juga bersifat ekstern, seperti kegunaan, efisiensi penggunaan dan lain sebagainya. Misalnya, suatu buku pelajaran dapat di nilai baik berdasarkan kriteria intern maupun esktern. Ketiga kemampuan produktif juga berkaitan satu sama lain.
Kebanyakan proses berpikir mengandung aspek berpikir konvergen, divergen, dan evaluatif, sebagaimana yang nampak dari penggunaan jalur/metode pada ketiga macam berpikir itu.
Adapun metode/jalur itu misalnya :
- Membedakan antara hal-hal pokok dan tambahan
- Menunjukkan sebab dan akibat
- Memisahkan fakta dari pengandaian (hipotesis)
- Memisahkan alasan dari kesimpulan
- Menemukan kesamaan dan perbedaan
- Mengatur, mensistematisasikan, mengklasifikasikan
- Menghubug-hubungkan dan menarik kesimpulan
- Menerapkan kaidah dan aturan
- Mendekati dari berbagai sudut pandangan
Yang di maksudkan dengan “informasi” ialah materi/bahan pelajaran yang di hadapi.
- Apersepsi informasi, menemukan data baru dalam materi yang di sajikan melalui resepsi berdasarkan pengamatan, dengan membanding bandingkan.
Misalnya, melihat atau mendengar persamaan dan perbedaan antara ejaan atau ucapan kata-kata. - Mengenal kembali informasi, di gali dari ingatan hal yang pernah di hafal dan di pelajari bila di sajikan lagi.
Misalnya, mengenal kembali bentuk figur geometris pada bangunan atau gambar. - Mengingat informasi, di gali dari ingatan hal yang pernah di hafal dan di masukkan dalam ingatan.
Misalnya, menyebutkan sejumlah peristiwa historis bersama dengan tahun ketika peristiwa itu terjadi. - Produksi informasi secara interpretativ, menjelaskan, mengartikan, meringkas atau merumuskan dalam kata-kata sendiri, sesuatu yang baru saja di pelajari. Misalnya membaca suatu peta geografi dan mengartikan tanda, warna dan bentuk yang terdapat dalam suatu peta itu, meringkas secara tepat isi pokok suatu bacaan.
- Produksi informasi secara konvergen, menemukan jawabab atau pemecahan tepat satu-satunya, dengan menggunakan data, pengertian (konsep), kaidah dan metode yang pernah di pelajari.
Misalnya, menemukan ciri-ciri khas iklim di daerah tertentu, seperti curah hjan, suhu dan arah angina berdasarkan pengetahuan dan pemahaman tentang aneka gejala klimatologis, tentunya keadaan iklim di daerah itu belum pernah di pelajari. - Produksi informasi evaluatif, memberikan penilaian terhadap sesuatu, berdasarkan criteria atau eksterrn.
I. Proses Belajar Mengajar dalam Teori Bloom
Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. ini berkaitan dengan kejiwaan yang berkedudukan pada otak ini. Dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranag afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa).
Ranah kognitif, afektif dan psikomotor terdapat dalam teori belajar humanistik, di mana teori ini di anggap lebih dekat dengan filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi daripada bidang pendidikan. Sehingga sukar menterjemahkan ke dalam langkah-lanngkah yang lebih konkret dan praktis.
Namun, karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberi arah terhadap semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Teori belajar humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas. Sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu di arahkan dan di lakukan untuk mencapai tujuannya.
Kegiatan pembelajaran yang di rancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagaimana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah di nyatakan secara eksplisit dan dapat di ukur. Kondisi belajar yang di pilih diatur dan di tentukan. Serta pengalaman-pengalaman belajar yang di pilih untuk siswa, mungkin saja berguna bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa.
J. Metode Pembelajaran dalam Teori Bloom
Metode pembelajaran merupakan cara-cara yang di gunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja serta belajar dan lain-lain. Secara garis besar metode-metode yang di gunakan dalam pembelajaran menurut Teori Bloom adalah metode ceramah, Tanya jawab dan diskusi serta sistem belajar tuntas.
Sistem belajar tuntas merupakan suatu pola pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok siswa yang besar sedemikian rupa. Sehingga diberikan perhatian secukupnya pada sejumlah perbedaan yang terdapat di antara siswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan dalam belajar.
Model belajar ini di kembangkan oleh Bloom menjadi pola atau prosedur pengajaran yang dapat di terapkan dalam memberikan pengajaran kepada satuan kelas.
Secara operasional guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
- Menentukan semu tujuan instruksional yang harus di capai, baik yang umum maupun yang khusus.
- Menjabarkan materi pelajaran.
- Memberikan pelajaran secara klasikal, sesuai dengan unit pelajaran yang di rangkaikan.
- Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit pelajaran.
- Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan yang di tuntut, di berikan pertolongan khusus.
- Paling sedikit hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit pelajaran bersangkutan.
- Unit pelajaran yang menyusul itu juga di ajarkan secara kelompok dan di akhiri dengan memberikan tes formatif.
- Prosedur yang sama di ikuti pula dalam mengajarkan unit-unit pelajaran lain.
Daftar Rujukan
- Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive Domain. New York: David McKay.
- Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd ed. New York: Macmilan Publishing.
- Krathwohl, D. R. ed. et al. (1964), Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective Domain. New York: David McKay.
- Gendler, Margaret E..1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York: McMillan Publishing.
- Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya.
- https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/
Demikian,
Semoga ada manfaat
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.