HermanAnis.com – Apa itu Berpikir Kritis atau Critical Thinking (CT) dan bagaimana caranya? dua pertanyaan ini sering teman-teman dengar, atau bahkan teman-teman sendiri pernah mempertanyakannya.
Baca Juga: Berpikir kritis dalam Islam
Ketika Anda bertanya, kemudian guru dan orang lain tidak dapat menjelaskannya, maka apakah pertanyaan anda adalah pertanyaa kritis. Belum tentu, banyak alasannya. Berpikir kritis itu tidak sekedar itu.
Dalam website ini terdapat beberapa tulisan terkait yaitu indikator keterampilan berpikir kritis dan hadist tentang Critical Thinking (CT). Paparan dalam tulisan ini akan membahas topik-topik tentang; apa itu CT dan bagaimana caranya? standar dan unsurnya apa saja? dan terakhir apa saja yang menjadi penghalang dalam Critical Thinking (CT)?
A. Apa itu Berpikir Kritis?
Berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) atau 4Cs dalam keterampilan abad 21. Berpikir kritis adalah berpikir yang jelas, berpikir yang akurat, berpikir yang presisi, berpikir yang relevan, berpikir yang mendalam, berpikir secara luas, berpikir yang masuk akal, dan berpikir secara adil.
Ketika ada yang bertanya, “Pak maksudnya Critical Thinking (CT) itu apa sih?” anda bisa menjawab, “berpikir kritis itu berpikir yang jelas, berpikir yang tepat, berpikir yang sesuai tujuan, berpikir yang tertib, ada dasarnya, ada argumentasinya, tidak ngawur”.
Atau dengan kata lain Critical Thinking (CT) adalah berpikir yang serius atau berpikir yang mendalam. Mudah-mudahan informasi ini dapat memberikan anda asumsi awal “apa itu berpikir kritis?”. Agar teman-teman dapat berpikir yang tepat dan jelas, pastilah membutuhkan perangkat atau alat untuk berpikir. Perangkat utama atau alat untuk berpikir secara khusus berpikir secara kritis adalah logika.
Dalam kajian kita kali ini, kita hanya akan membahas kerangka-kerangkanya saja. Kita awali pembahasan dengan sebuah quote dari Thomas Alva Edison,
“five percent of the people think;
ten percent of the people think they think; and
the other eighty-five percent would rather die than think”.
katanya Thomas Alva Edison “dari 100 persen, yang serius berpikir benar-benar cuma 5%, ada 10% merasa dia sudah berpikir padahal bisa jadi belum, dan ada 85% yang lebih memilih mati daripada berpikir. Terdapat 85% tidak mau berpikir, tidak mau capek-capek, tidak mau susah-susah, atau yang ruwet-ruwet.
Aggap saja ini provokasi kepada Anda, agar Anda dapat termotivasi untuk masuk ke grup yang 5% tadi.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Kita Perlu Berpikir Kritis
B. Karakter dalam Berpikir Kritis (karakter kritis)
Karakter kritis dari seseorang dapat dilihat atau diuji berdasarkan 6 kriteria karakter. Enam karakter itu adalah,
- berpikir logis,
- obyektif,
- independen,
- komprehensif,
- kreatif, dan
- argumentatif.
Baca Juga: Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Berikut uraian selengkapnya setiap untuk setiap karakter!
1. Logis
Logis itu yah masuk akal, tidak tabrakan dengan prinsip-prinsip logika. Orang yang Critical Thinking (CT) akan bisa mendeteksi ini tidak logis atau logis. Misalnya, tadi malam katanya sakit parah, ehh sekarang, kok sudah jalan-jalan ke luar negeri dan seterusnya. Ini ndak logis, pasti ada yang salah di situ.
Jadi pertama kalau akal kita terlatih dengan berpikir logika, insya Allah kita bisa mendeteksi ada yang tidak logis. Meskipun mungkin harus di teliti dulu, tapi secara intuitif kita merasa ada yang tidak logis, ada yang keliru.
2. Obyektif
Objektif itu pemikiran yang kritis itu yah, menjelaskan, memaparkan sesuatu tanpa dia mengintervensi. Kalau orang yang menjelaskan mengintervensi nanti hasilnya subjektif. Sehingga, A dibilang A, B di bilang B, tinggi di bilang tinggi, rendah di bilang rendah.
Apa bisa orang itu objektif? manusia itu kan selalu subjektif! ini kadang-kadang ada bertanya seperti itu. Yah, kalau di telaah secara sangat mendalam nanti ketemunya bahwa orang itu nanti jatuhnya selalu subyektif.
Kalau pandangan, yah pandanganku, kalau pemahaman, ya pemahamanku. Dan ini kan sifatnya subyektif, tapi dalam prosesnya tetap kita harus mengedepankan objektivitas. Bahwa nanti hasilnya sesuai persepsiku, sesuai pandanganku, yang mungkin tidak cocok dengan semua orang, tidak masalah, yang penting sejak awal niatku adalah untuk menjelaskan seobjektif mungkin.
Aku sudah berusaha untuk diriku tidak ikut campur dalam penjelasan ini, menjelaskan apa adanya, itu objektif. Bahwa nanti hasilnya, agak masuk masuk dikit subjektivitasnya, itu manusiawi, tapi tidak boleh sejak awal niatnya subjektif.
Pokoknya, ini kan hakku, jadi aku menyimpulkannya suka-suka. Nah ini berarti sejak awal memang tidak niat menemukan kebenaran.
3. Independen
Independen adalah kelanjutan dari objektif. Tidak bias, tidak paksa orang, tidak di pengaruhi orang, memang hasil temuannya sendiri tanpa di setir oleh apapun atau siapapun, itu namanya indepaneden.
4. Komprehensif
Komprehensif itu utuh, di lihat semua, di renungi semua, di pikirkan semua, tidak milih-milih, tidak hanya melihat bagian ini saja, atau bagian itu saja. Misalnya ketika membahas tokoh tertentu maka melihatnya harus komprehensif. Tidak boleh karena kepentingan tertentu, kita memilih-milih bagian tertentu saja.
Sebenarnya ini orang baik, tapi untuk kepentingan penelitian, saya harus pilih bagian jeleknya saja, biar tesisku tidak gugur, biar hipotesisku benar, ini berarti tidak komprehensif, dia milih-milih.
5. Kreatif dalam konteks Berpikir Kritis
Kreatif itu kemampuan memproduksi gagasan-gagasan baru. Selain itu, kreatif biasanya mampu menampilkan konsep-konsep baru, temuan-temuan baru, gagasan-gagasan, atau ide yang baru yang jadi alternatif jawaban dari problem yang kita hadapi. Kemampuan ini tergolong kemampuan kritis juga.
6. Argumentatif dalam konteks Berpikir Kritis
Kalau argumentatif itu menyatakan apapun, punya alasannya, punya dasarnya, tidak ngawur. Jadi kalau teman-teman menyampaikan sesuatu, terus di minta apa dasarnya, dan kemudian mampu memberikan apa dasarnya, atau apa alasannya, maka teman-teman dapat di kategorikan sebagai orang yang argumentatif, bisa memberi argumen.
7. Berpikir kritis itu tidak sama dengan menghafal atau sekedar mengumpulkan informasi
Jadi kalau menghafal atau mengumpulkan informasi, yah memang hanya mengingat-ingat dan mengumpulkan saja. Sementara Critical Thinking itu tidak berhenti di situ. Memiliki daya ingat, atau memiliki banyak pengetahuan, itu tidak serta merta membuat seseorang menjadi pemikir kritis.
Meskipun demikian dalam critical thinking, kita butuh banyak informasi, banyak pengetahuan. Tapi yang banyak informasi, banyak pengetahuan, tidak serta merta, kemudian pemikirannya tergolong pemikiran kritis. Pemikiran kritis atau critical thinking itu setidaknya cirinya ada tiga yakni mampu,
8. Memilah-milah dan mencari sumber informasi yang relevan
Jadi kritis itu, iyah, mengumpulkan informasi, tapi dia bisa milih mana informasi yang cocok, mana informasi yang tidak cocok, mana informasi yang sesuai, mana yang tidak sesuai, mana yang di butuhkan, mana yang tidak di butuhkan. Tapi kalau hanya sekedar informasi apapun, saya ingat-ingat, saya kumpulkan, saya hafal, tidak jelek tapi belum masuk kategori kritis.
9. Memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah
Ciri yang kedua kritis itu berarti mampu memanfaatkan informasi untuk memecahkan masalah. Jadi informasi tadi yang sudah di pilih, yang cocok, yang relevan dengan masalah, kemudian di gunakan untuk memecahkan masalah. Jadi kemampuan problem solving, itu bagian dari kemampuan berpikir kritis.
10. Menarik kesimpulan dari serangkaian fenomena.
Dan yang ketiga critical thinking itu menarik kesimpulan dari serangkaian fenomena. Jadi ada pengetahuan ini, pengetahuan ini, pengetahuan ini, terus di simpulkan. Oh, berarti maksudnya itu, sedang terjadi ini. Makanya kalau hanya menghafal dan mengumpulkan, belum belum termasuk Critical Thinking.
Kadang-kadang, apalagi mahasiswa itu yang sering sekali lebih aktif mengumpulkan informasi dan menghafal. Kemudian dalam forum-forum diskusi itu aktif sekali bicara, mengeluarkan apa yang selama ini di hafal. Ini sebenarnya bukan salah, tapi cuma setengah dari langkah yang di butuhkan. Jadi dia sebenarnya harus melanjutkan dengan argumentasi. Memilih data yang relevan, dan menarik kesimpulan.
Jadi memilih data yang relevan, tidak semua data yang dia miliki di keluarkan, ini forumnya apa dulu, temanya apa dulu, penting atau data-data yang mau saya sampaikan. Jadi tidak sekedar menurut teori ini.
Critical Thinking tidak sekedar menghafal dan mengumpulkan informasi, awas keliru. Kadang-kadang kita ini kagum sekali dengan orang yang kuat hafalan teorinya banyak, luar biasa hafalannya, tentang gagasan tokoh-tokoh, membuat kita geleng-geleng kepala.
Hal itu memang mengagumkan, tapi dia baru setengah langkah untuk masuk ke ranah berpikir kritis. Untuk mendayagunakan pemikiran kita perlu informasi sebagai catatan untuk problem solving. Jadi yang pertama di ingat-ingat adalah critical thinking tidak cuma menghafal atau mengumpul informasi. Ini catatan yang pertama.
11. Berpikir kritis tidak sama dengan dengan mengkritik, mengecam, atau mendebat
Kritis dan kritik yang rasanya memang sama, tapi berpikir kritis yang tidak melulu isinya kritik. Yah, bagian tertentu dari berpikir kritis itu, ada yang namanya kritik. Ketika, sesuatu tidak pas, tidak sesuai, apalagi dengan mengecam dan mendebat, Critical Thinking (CT) pasti tidak sama dengan mendebat orang atau mengecam pikirannya orang. Yang ini harus di bedakan, antara kritis dan kritik.
Apa lagi kritis dan mendebat, mengecam. Berpikir kritis itu, bagaimana kita mengungkapkan gagasan secara argumentatif, kemudian mampu melakukan problem solving dengan gagasan kita, dan pas, cocok, dengan situasi. Yah sebagian dari Critical Thinking (CT) itu adalah mengkritik, tapi tidak sama persis antara kritis dengan kritik. Ini catatan yang kedua.
Sebagaimana telah di bahas sebelumnya, ciri seorang pemikir kritis itu adalah, dia mampu mencari informasi yang relevan, kemudian memisahkannya dengan informasi yang tidak relevan, yang kedua dia mampu menggunakan informasi yang relevan tadi untuk menyelesaikan masalah.
Sehingga wawasan informasi yang relevan tadi, tidak sekedar di hafalkan, di ingat, tapi juga di jadikan jalan untuk problem solving. Kalau yang tidak kritis berarti sebaliknya, dia hanya pokoknya ada fakta, ada informasi, di kumpulkan semua, semuanya di anggap sama pentingnya, ini namanya tidak kritis.
Jika teman-teman nanti mungkin menulis skripsi, tesis, atau disertasi, kemampuan mencari informasi yang relevan ini penting. Kalau kita tidak cerdas, tidak kritis mencari informasi, mungkin kita akan banyak keluar biaya, banyak keluar tenaga.
Harusnya butuh data hanya 10, kita bisa mencari 100 atau 200, karena kita tidak mampu menyeleksi sampai ketemu yang 10 tadi. Semua di kumpulkan saja, ini malah menyusahkan, akhirnya kita keberatan, dan menulisnya akhirnya lama, karena kita tidak pintar mencari dan memisah mana informasi yang relevan dan tidak relevan. Ini menunjukkan kita kurang kritis.
B. Perbedaan antara Pemikir Kritis dan Bukan Pemikir Kritis
Cirinya yang bukan kritis yang kedua adalah tidak melihat, menangkap, atau mampu mengolah masalah inti. Yah karena dia hanya menghafalkan fakta, menghafalkan informasi, akhirnya tidak mampu mengelola persoalan, tidak mampu menyelesaikan masalah. Biasanyakan cuma reseptif menerima informasi, menerima wawasan dari yang lain.
Hal ini juga ciri, kalau kita teorinya banyak, konsepnya banyak, hafal hikmah-hikmah di mana-mana, tapi tidak bisa kita terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan masalah-masalah kita. Kemungkinan kita memang kurang kritis.
Jadi kemampuan kritis ternyata penting. Sebagai pemikir yang kritis kita harusnya mampu memilah mana yang relevan mana yang tidak relevan. Indonesia kita ini, situasi di sekeliling kita ini sekarang ada problem, solusi yang tepat menurut saya teori ini dari tokoh ini, yang Saya sudah paham sebelumnya. Mari kita wujudkan ini. Nah ini namanya kemampuan kritis, mampu memilah-milah.
Dari banyak sumber informasi, tidak semua penting dan relevan pasti ada yang tidak relevan untuk hidup kita. Tapi perlu di catat, tidak relevan itu bukan berarti keliru, tapi ruang dan waktunya tidak cocok, momennya tidak pas, mungkin suatu saat akan pas dan cocok. Makanya istilahnya tidak relevan, bukan informasi yang salah.
Jadi inilah bedanya pemikir kritis dan pemikir bukan kritis. Teman-teman boleh mengidolakan siapapun, teman-teman boleh mengikuti tokoh yang disukai siapapun, tapi semoga tetap kritis. Kritis itu tadi, kemampuan memilih data yang relevan. Kok ada dari tokoh yang saya kagumi ini, beberapa gagasannya tidak relevan dalam hidup saya, yah di ingat-ingat saja, tidak relevan itu bukan berarti salah.
Tapi gagasan itu, untuk situasimu hari ini, saat ini, tidak cocok. Itu saja, mungkin besok, kalau sudah waktunya berubah dia cocok lagi. Demikian bedanya pemikir kritis dan bukan pemikir kritis.
C. Ciri Berpikir Kritis (kompetensi kritis)
Sebelum kita masuk ke ranah berpikir kritis, kita perlu menghidupkan perilaku-perilaku yang positif yakni Terbuka, Jujur, Rasa ingin tahu, Skeptis, Optimis, Pemberani, Sabar dan Tangguh. Selanjutnya pada saat menerapkan critical thinking, kita perlu menghidupkan perilaku-perilaku yang positif berikut ini:
- Kesediaan untuk di tuntun oleh pengalaman dan rasio
- Spekulatif
- Kesediaan untuk mau menerima temuan
- Siap menghadapi kesalahan
- Kesediaan untuk menangguhkan keputusan
- Toleran
- Tentavity
Semoga teman-teman bisa menangkap dan menghidupkan perilaku ini. Sebelum berpikir, perilaku saat berfikir, dan perilaku setelah menemukan kebenaran setelah berpikir. 7 Ciri berpikir kritis atau kemampuan (kompetensi) yang di miliki orang-orang kritis di antarnaya adalah
- Mampu menggunakan fakta fakta data data secara tepat dan jujur.
- Mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas logis dan masuk akal.
- Membedakan antara pikiran yang logis dan valid dengan pikiran yang tidak logis dan tidak valid.
- Mengidentifikasi kecukupan data.
- Menyangkal argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan relavan.
- Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari suatu pandangan.
- Menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu terbatas.
D. Delapan Langkah atau Cara Bepikir Kritis
Bagi teman-teman yang ingin mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya, maka anda bisa menggunakan 8 langkah berpikir kritis yaitu,
- assumption,
- experience,
- knowledge,
- comprehension,
- application,
- analysis,
- synthesis dan
- evaluation.
Langkah dan tahapnya di berikan dalam gambar alur di bawah ini. Setiap langkah atau cara dalam skema tersebut memiliki aktivitas atau proses tersendiri, dimana setiap bagan merupakan Titik Kritis dalam critical thinking.
Ketika kita berpikir, 8 langkah atau proses inilah yang terjadi, dan di setiap titik-titik, proses-proses itu, sekaligus juga titik-titik kritis kita dalam berpikir.
E. Tiga Manfaat Berpikir Kritis
3 manfaat berpikir kritis diantaranya adalah:
- Ketika anda memiliki pikiran kritis maka Anda dapat membuat keputusan yang tepat di waktu yang tepat
- Berpikir kritis membuat Anda berkarakter
- Dengan berpikir kritis membuat anda dapat belajar perspektif yang berbeda
Penjelasan 3 manfaat berpikir kritis selengkapnya ditruaikan sebagai berikut:
1. Anda dapat membuat keputusan yang tepat di waktu yang tepat
Jika Anda dapat berpikir jernih dan rasional tentang apa yang Anda yakini dan apa yang harus Anda lakukan, itu adalah tanda bahwa Anda dapat berpikir kritis. Banyak hal sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang bisa di jadikan contoh.
Contoh berpikir kritis, misalnya saja, saat ada temanmu sekelas yang pingsan dijam olahraga dan memerlukan bantuan hingga ke rumah sakit. Di sisi lain, ada ujian yang harus kamu ikuti dijam pelajaran berikutnya.
Nah, keputusan apa yang akan kamu ambil? Mana dari kedua hal ini yang kamu yakini lebih penting dan mendesak? Bila kamu tidak mengikuti ujian, konsekuensi apa yang akan kamu hadapi?
Bisakah Anda mengambil risiko membawa teman Anda ke rumah sakit ini? Lagi pula, Anda membuat keputusan sendiri. Dan tanpa hati yang bersih, tidak ada keputusan yang baik yang dapat dibuat.
2. Berpikir Kritis Membuat Anda Berkarakter
Kepo bisa menjadi positif bila diterapkan pada hal-hal yang positif. Kalau kamu terbiasa berpikir kritis, kamu akan memiliki minat pada banyak hal–mulai dari menemukan cara lain untuk memecahkan soal Matematika hingga menemukan hubungan antara inflasi dan naiknya harga barang setiap tahun.
Secara tak langsung, kamu juga akan senantiasa menyerap informasi yang ada, bahkan untuk halhal yang terasa sepele. Siapa tahu dikemudian hari informasi itu akan berguna. Dengan demikian, kamu akan lebih terbuka pada pemikiran orang lain, pada sudut pandang yang berbeda, atau pada pendapat yang berbeda. Segala hal baik ini pada akhirnya akan membuatmu lebih percaya diri.
3. Anda dapat belajar dari perspektif yang berbeda
Jika Anda secara sadar melatih diri sendiri secara kritis, pemikiran Anda akan diteruskan ke studi Anda. Kehidupan sekolah tidak akan pernah sama—jauh lebih menyenangkan karena Anda tertarik pada banyak hal. Anda juga akan lebih tertarik mempelajari materi baru karena ada banyak pertanyaan yang harus dijawab di kepala Anda.
Anda tidak hanya akan dilatih untuk mengingat, tetapi juga akan dilatih untuk menganalisis, mengevaluasi, dan secara kreatif membentuk pengetahuan Anda. Prestasi akademikmu pasti akan meningkat. Jadi jangan mengandalkan guru atau orang lain, mulailah berpikir kritis tentang diri sendiri.
Seiring berjalannya waktu, dunia pendidikan akan terus berubah. Jika Anda dengan antusias meng-upgrade diri Anda sendiri, nantinya Anda akan mendapatkan keuntungan darinya sendiri. Jadi apakah Anda berpikir kritis?
F. Delapan Standar dalam Berpikir Kritis
Standar itu berarti ukurannya. Ukuran yang menunjukkan seseorang sudah memenuhi standar. Dalam berpikir kritis ada 8 standar yang dapat kita uji. Kedelapan standar tersebut adalah:
- Calrity atau kejelasan
- Accurasy atau keakuratan
- Precision atau ketepatan
- Relevance atau relevansi
- Depth atau kedalaman
- Breadth atau keluasan
- Logic atau rasional
- Fairness atau adil
1. Kejelasan (clarity)
Berpikir kritis itu berpikir yang jelas, bukan berpikir yang ruwet. Jelas artinya, orang yang mendengar langsung paham, orang yang mendengar langsung mengerti. Proses critical thinking itu berpikir yang jelas bukan mikir yang berputar-putar. Kadang-kadang ada orang pintarnya luar biasa, tapi kalau ngomong tidak jelas.
2. Akurasi (accuracy)
Akurasi berkaitan dengan ketepatan. Jadi selain jelas, tidak muter-muter, to the point, apa adanya dan pas, itu akurat namanya.
3. Presisi atau ketepatan (precision)
Presisi ini menyeluruh, melihat semuanya. Hal ini untuk memastikan apa yang harusnya dibahas, di bahas, tidak ada yang ketinggalan, yang tidak perlu di bahas tidak harus di masukkan. Biasanya kalau tidak jelas dan akurat itu, maka cenderung tidak presisi.
4. Relevansi (relevance)
Relavan berarti produk pikiran kita itu cocok dengan problem permasalahannya, sehingga orang bisa menilai ini manfaat, apa tidak sesuai, apa tidak ada gunanya, dan sebagainya.
5. Kedalaman (depth)
Kedalaman itu berkaitan dengan pikiran yang mendalam. Ini bukan sekedar melihat tampilannya saja, tapi masuk ke dalam berpikir kritis. Iya sih kalau dari luar kelihatan senyum-senyum, coba di wawancara lebih jauh, kira-kira kalau memang dia bahagia atau senyum-senyum putus asa, tidak bisa di simpulkan dari senyumnya harus di teliti sampai dalam.
6. Keluasan (breadth)
Keluasan itu maksudnya, tidak berpikir sempit. Banyak hal terjadi yang tidak bisa hanya di pahami dari kejadian itu saj,a dia harus di kait-kaitkan dengan kejadian-kejadian yang lain. Ini namanya berpikir meluas. Coba di lihat peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya atau peristiwa-peristiwa di sekitarnya. Nah itu, namanya berpikir meluas.
7. Rasional (logic)
Logis berpikir yah, yang masuk akal atau rasional.
8. Adil (fairness)
Fairness itu adil, ini mungkin nama lain dari objektif tadi. Yang salah, yah harus di ucapkan salah. Critical thinking itu berpikir yang jelas, berpikir yang akurat, berpikir yang presisi, berpikir yang relevan, berpikir yang mendalam, berpikir secara luas, berpikir yang masuk akal, dan berpikir secara adil.
G. Delapan Elemen atau Unsur Berpikir Kritis
Elemennya atau unsur-unsur apa saja yang ada di dalam berpikir kritis. Sebelumnya telah di uraikan bagaimana proses berpikirnya. Berikut ini di berikan delapan isi, unsur atau elemen tersebut.
1. Pertanyaan (question)
Question itu pertanyaan. Maksudnya, problem-problemnya jelas. Untuk memperjelas pemahaman anda tentang bagian ini silahkan baca lebih lanjut pada topik di bawah ini.
2. Informasi (information)
Informasi berkaitan dengan data fakta yang di miliki. Hal ini dapat berkaitan dengan sumber informasi, keabsahan informasi, atau akses informasi. Semua ini bisa menjadi bagian yang penting untuk di kritisi.
3. Interpretasi (interpretation)
Interpretasi berkaitan hasil pemikiran berkaitan dengan pemahaman seseorang terhadap masalah. Apa sih data dan faktanya, dan seperti apa pemahaman dia tentang itu.
4. Konsep-konsep (concepts)
Hal ini berkaitan dengan bagaimana konsep-konsepnya, isi pikirannya, isi gagasannya. Ini biasanya yang di sebut dengan konsep-konsep.
4. Asumsi (assumption)
Asumsi berkaitan dengan pemahaman-pemahaman awal, sebelum dia melakukan aktivitas, pemahaman yang saat ini dia ungkapkan/di lakukan. Hal itu berkaitan dengan asumsi.
6. Implikasi (implication)
Implikasi berkaitan dengan efek jika pikiran itu benar, kira-kira dampaknya apa kalau di keluarkan, dampaknya terhadap masyarakat, dan lainnya.
7. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang sangat berkaitan dengan asumsi-asumsi. Maksudnya bagaimana asumsi-asumsi yang di pakai, apa dampaknya kira-kira, apa nantinya sudut pandang yang di gunakan.
8. Tujuan (purpose)
Tujuan utama dalam setiap aktivitas berpikir adalah mencari kebenaran. Untuk itu, tujuan ini penting di tegaskan dalam setiap proses berpikir. Berikut ini kita akan bahas apa saja penghalang untuk berpikir kritis.
H. Lima Faktor penghambat dalam Berpikir Kritis
Secara teoretik setidaknya ada 5 5aktor penghambat dalam berpikir kritis, 5 faktor tersebut adalah:
1. Egocentrism
2. Sociocentrisme
3. Unwarranted Assumption
4. Wishful Thinking
5. Relativism
Penjelasan lengkap setiap penghalang atau oenghabat dalam berpikir kritis dapat anda baca pada Faktor penghambat Berpikir Kritis dalam website ini.
File PDF artikel ini dapat pada link: KLIK DI SINI
Demikian dulu, tulisan ini belum selesai. Masih ada bagian yang perlu ditambahkan. Daftar rujukan juga belum di cantumkan.
Mudah-mudahan bermanfaat.
ditulis di MYCOFFEE Makassar
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.