HermanAnis.com – Teman-teman semua, dalam kesempatan ini kita akan membahas satu topik dalam pembelajaran yakni Miskonsepsi dalam Pembelajaran. Pembahasan akan fokus pada definisi atau pengertian miskonsepsi, contoh miskonsepsi, penyebab miskonsepsi dan cara mengatasi terjadinya miskonsepsi.
A. Apa itu Miskonsepsi dalam Pembelajaran?
Miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman atau gagasan yang salah yang di miliki oleh siswa terkait suatu konsep atau topik tertentu. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dalam interpretasi informasi, pengalaman sehari-hari yang salah, kurangnya pemahaman terhadap bahasa atau istilah, atau penggunaan analogi yang tidak tepat.
Miskonsepsi dapat menjadi hambatan bagi siswa dalam memahami konsep yang sedang di pelajari, sehingga perlu di identifikasi dan di atasi dengan pendekatan yang tepat agar siswa dapat memperbaiki pemahaman mereka dan memahami konsep dengan benar.
B. Pengertian Miskonsepsi menurut Ahli
Berikut ini adalah beberapa definisi miskonsepsi menurut para ahli:
- According to Driver, Guesne and Tiberghien (1985),
“Miskonsepsi dapat di definisikan sebagai ide yang di miliki seseorang yang tidak sesuai dengan konsep yang di terima secara umum dalam suatu subjek. Miskonsepsi juga di artikan sebagai kesalahan pemahaman yang di temukan pada siswa.” - Menurut Clément (1982),
“Miskonsepsi adalah gagasan yang tidak konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang di terima secara umum dalam suatu bidang studi.” - Menurut Treagust (1988),
“Miskonsepsi adalah gagasan yang salah yang di hasilkan dari interpretasi data yang salah atau dari generalisasi yang tidak benar.” - Menurut Osborne and Freyberg (1985),
“Miskonsepsi adalah gagasan atau konsep yang salah atau kurang tepat mengenai fenomena alamiah yang ada di sekitar kita, yang biasanya terbentuk melalui pengalaman sehari-hari atau melalui pembelajaran yang salah.”
Dari definisi-definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa miskonsepsi adalah kesalahan pemahaman atau gagasan yang salah yang di miliki oleh seseorang terkait suatu konsep atau topik tertentu, dan seringkali terbentuk melalui pengalaman sehari-hari atau pembelajaran yang salah.
Baca Juga: Miskonsepsi pada Konsep Usaha dan Energi
C. Contoh Miskonsepsi dalam Pembelajaran
Berikut ini adalah beberapa contoh miskonsepsi yang sering terjadi dalam berbagai bidang studi:
1. Matematika
Salah satu contoh miskonsepsi dalam matematika adalah ketika siswa menganggap bahwa bilangan negatif tidak dapat memiliki akar kuadrat yang real. Padahal, dalam matematika, akar kuadrat dari bilangan negatif dapat di nyatakan dalam bentuk bilangan kompleks.
2. Fisika
Salah satu contoh miskonsepsi dalam fisika adalah ketika siswa menganggap bahwa benda yang bergerak melalui udara dengan kecepatan tinggi akan jatuh lebih cepat daripada benda yang bergerak melalui udara dengan kecepatan rendah. Padahal, kecepatan benda tidak mempengaruhi kecepatan jatuhnya benda ketika terjatuh dari ketinggian yang sama.
3. Biologi
Salah satu contoh miskonsepsi dalam biologi adalah ketika siswa menganggap bahwa makhluk hidup di ciptakan seutuhnya dalam bentuk yang sudah sempurna. Padahal, dalam biologi, makhluk hidup mengalami proses evolusi dan berubah seiring waktu untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
4. Kimia
Salah satu contoh miskonsepsi dalam kimia adalah ketika siswa menganggap bahwa senyawa air (H2O) tidak dapat terdiri dari ion-ion. Padahal, dalam kimia, air dapat terdisosiasi menjadi ion H+ dan OH–.
5. Bahasa Inggris
Salah satu contoh miskonsepsi dalam bahasa Inggris adalah ketika siswa menganggap bahwa semua kata kerja dalam bahasa Inggris harus di ikuti oleh kata “to”. Padahal, tidak semua kata kerja dalam bahasa Inggris memerlukan kata “to” di depannya, seperti kata kerja “let” atau “make”.
Contoh-contoh miskonsepsi di atas menunjukkan betapa pentingnya mengidentifikasi miskonsepsi dan memperbaiki pemahaman siswa agar dapat memahami konsep dengan benar.
D. Penyebab terjadinya Miskonsepi
Berikut ini adalah beberapa penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa:
1. Pengalaman sehari-hari
Siswa seringkali membangun konsep mereka dari pengalaman sehari-hari, yang mungkin tidak selalu akurat atau relevan dengan konsep ilmiah yang sebenarnya. Sebagai contoh, siswa dapat menganggap bahwa benda yang berat jatuh lebih cepat daripada benda yang ringan, karena pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kurangnya pemahaman terhadap bahasa atau istilah
Siswa dapat mengalami kesulitan dalam memahami istilah atau bahasa yang di gunakan dalam suatu konsep. Misalnya, siswa mungkin menganggap bahwa “metabolisme” adalah proses yang terpisah dari “respirasi”, padahal sebenarnya metabolisme dan respirasi adalah dua proses yang terkait erat dalam biologi.
3. Penggunaan analogi yang tidak tepat
Penggunaan analogi dalam pembelajaran dapat membantu siswa memahami suatu konsep yang sulit, namun analogi yang tidak tepat atau tidak akurat dapat menghasilkan miskonsepsi. Sebagai contoh, jika seorang guru menggambarkan atom seperti tata surya, siswa dapat menganggap bahwa elektron berputar di sekitar inti atom seperti planet berputar di sekitar matahari, padahal gambaran ini tidak akurat.
4. Kurangnya keterampilan berpikir kritis
Siswa seringkali kurang terampil dalam berpikir kritis dan mengevaluasi informasi yang mereka terima. Sebagai contoh, siswa dapat menerima informasi yang salah atau tidak akurat tanpa mempertanyakan kebenarannya, dan akhirnya membentuk miskonsepsi.
5. Pengajaran yang kurang efektif
Pengajaran yang kurang efektif dapat menghasilkan miskonsepsi pada siswa. Sebagai contoh, jika seorang guru tidak memberikan penjelasan yang jelas atau tidak memberikan contoh yang cukup untuk mendukung konsep, siswa mungkin tidak memahami dengan benar dan akhirnya membentuk miskonsepsi.
Oleh karena itu, penting bagi guru dan pengajar untuk mengidentifikasi penyebab miskonsepsi pada siswa dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki pemahaman mereka agar dapat memahami konsep dengan benar.
Baca Juga: Miskonsepsi pada Konsep Gaya
E. Cara Mengatasi Miskonsepsi
Berikut adalah beberapa cara yang dapat di gunakan untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa:
1. Identifikasi miskonsepsi
Langkah pertama dalam mengatasi miskonsepsi adalah mengidentifikasi miskonsepsi tersebut. Guru atau pengajar harus dapat memahami apa yang salah dengan pemahaman siswa dan memahami asal-usul kesalahpahaman.
2. Berikan penjelasan yang tepat
Setelah miskonsepsi di identifikasi, guru atau pengajar dapat memberikan penjelasan yang tepat dan memperjelas konsep yang salah di pahami oleh siswa. Pemahaman yang lebih baik dapat membantu siswa mengatasi miskonsepsi.
3. Berikan analogi yang lebih tepat
Menggunakan analogi yang tepat dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit. Sebagai contoh, jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam memahami struktur atom, guru atau pengajar dapat menggunakan analogi yang lebih akurat untuk menjelaskan struktur atom, seperti menggunakan gambaran bola pingpong dan kawat untuk menggambarkan elektron dan inti atom.
Baca Juga: Miskonsepsi dalam Pembelajaran IPA
4. Gunakan metode pengajaran yang interaktif
Metode pengajaran yang interaktif, seperti diskusi kelas, demonstrasi praktis, atau eksperimen, dapat membantu siswa memahami konsep secara lebih baik dan mengidentifikasi miskonsepsi. Diskusi kelas dapat membantu siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memperjelas pemahaman mereka.
5. Berikan umpan balik yang konstruktif
Setelah siswa menguasai suatu konsep, guru atau pengajar dapat memberikan umpan balik yang konstruktif untuk memastikan bahwa pemahaman siswa sudah benar dan tidak terdapat miskonsepsi. Umpan balik yang positif dan konstruktif dapat membantu siswa merasa termotivasi dan lebih bersemangat dalam belajar.
6. Evaluasi secara berkala
Guru atau pengajar harus secara teratur mengevaluasi pemahaman siswa terhadap konsep tertentu dan mengidentifikasi apakah masih ada miskonsepsi. Evaluasi secara berkala dapat membantu mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki pemahaman mereka.
Dengan menerapkan cara-cara tersebut, guru atau pengajar dapat membantu siswa mengatasi miskonsepsi dan memperbaiki pemahaman mereka terhadap konsep tertentu.
Baca Juga: Miskonsepsi pada Perubahan Iklim
Demikian semoga bermanfaat.
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.