HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada tulisan kali ini kita akan membahas tentang 6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka. McTighe dan Wiggins mengidentifikasi enam bentuk pemahaman yang penting dalam capaian pembelajaran.
Enam bentuk atau aspek pemahaman/understanding yang diperkenalkan oleh McTighe dan Wiggins pada tahun 2005 yakni; 1) Penjelasan (Explanation): Kemampuan untuk menjelaskan suatu konsep atau informasi dengan jelas dan rinci; 2) Interpretasi (Interpretation): Kemampuan untuk mengartikan atau menafsirkan informasi serta menemukan makna di baliknya; 3) Aplikasi (Application): Kemampuan untuk menerapkan pengetahuan atau konsep dalam situasi nyata atau konteks yang berbeda; 4) Perspektif (Perspective): Kemampuan untuk melihat suatu topik dari sudut pandang yang berbeda atau mempertimbangkan berbagai sudut pandang; 5) Empati (Empathy): Kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan, perspektif, atau pengalaman orang lain; dan 6) Pengenalan Diri (Self-knowledge): Memahami diri sendiri secara mendalam, termasuk mengenali kekuatan, area yang perlu diperbaiki, serta proses berpikir dan emosi yang terjadi secara internal.
Setiap aspek ini penting dalam pembelajaran yang holistik, karena masing-masing mencakup dimensi yang berbeda dari pemahaman. Dengan memperhatikan semua aspek ini, seseorang dapat mengembangkan pemahaman yang lebih menyeluruh dan mendalam terhadap suatu materi atau konsep.
Baca Juga: Taksonomi Marzano dalam Penyusunan Tujuan Pembelajaran
A. Enam bentuk aspek pemahaman/understanding oleh McTighe dan Wiggins
Enam aspek pemahaman (Wiggins and Tighe, 2005) merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam Capaian Pembelajaran. Tapi tidak harus hirarkis.
1. Penjelasan (Explanation) – 6 Bentuk atau aspek Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins
6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang pertama adalah Penjelasan (Explanation) adalah salah satu aspek penting dalam kerangka kerja capaian pembelajaran yang diperkenalkan oleh Wiggins dan Tighe pada tahun 2005. Kemampuan ini menekankan kejelasan dan kedalaman dalam menjelaskan suatu konsep atau informasi kepada orang lain atau bahkan kepada diri sendiri.
Pada dasarnya, penjelasan melibatkan kemampuan untuk:
- Artikulasi yang Jelas:
Mampu menyampaikan informasi dengan cara yang mudah di pahami oleh orang lain, menggunakan bahasa yang tepat dan struktur yang teratur. - Kedalaman Pemahaman:
Tidak hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga memiliki pemahaman yang mendalam terhadap materi tersebut, sehingga dapat menjelaskannya dengan rinci dan dengan cara yang meyakinkan. - Penggunaan Contoh dan Ilustrasi:
Menggunakan contoh konkret, ilustrasi, atau analogi yang relevan untuk membantu orang lain memahami konsep yang dijelaskan. - Konsistensi dan Kohesi:
Menjaga alur logis dari penjelasan, menghubungkan ide-ide yang berbeda agar membentuk suatu gambaran yang utuh dan kohesif. - Adaptasi terhadap Pendengar:
Mampu menyesuaikan cara penyampaian informasi dengan audiens yang berbeda, misalnya, dengan mengggunakan gaya bahasa yang sesuai atau level kompleksitas yang tepat.
Penjelasan yang baik merupakan landasan penting dalam proses belajar-mengajar. Seorang pendidik yang mampu menjelaskan dengan baik akan membantu siswa memahami konsep secara lebih baik. Sebaliknya, untuk siswa, kemampuan menjelaskan dengan jelas juga merupakan indikator bahwa mereka telah memahami suatu materi dengan baik.
Dalam konteks capaian pembelajaran, aspek penjelasan ini sering menjadi poin penting karena menilai sejauh mana seseorang dapat menyampaikan dan memahami suatu konsep secara rinci dan jelas.
2. Interpretasi (Interpretation) – 6 Bentuk atau aspek pemahaman oleh McTighe dan Wiggins
6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang kedua adalah Interpretasi (Interpretation). Interpretasi (Interpretation) adalah aspek penting dalam kerangka kerja capaian pembelajaran yang di perkenalkan oleh Wiggins dan Tighe pada tahun 2005. Kemampuan ini melibatkan lebih dari sekadar memahami informasi secara harfiah; ini melibatkan kemampuan untuk menggali dan menafsirkan makna di balik informasi yang di berikan.
Dalam konteks interpretasi, beberapa poin kunci meliputi:
- Menemukan Makna yang Dalam:
Tidak hanya menerima informasi sebagaimana adanya, tetapi juga mampu mengeksplorasi makna-makna yang lebih dalam dan mungkin tersembunyi di baliknya. - Menghubungkan dengan Konteks Lain:
Kemampuan untuk mengaitkan informasi atau konsep dengan konteks yang lebih luas, baik itu konteks sejarah, budaya, atau konteks lain yang relevan. - Analisis yang Mendalam:
Mampu melakukan analisis yang kritis terhadap informasi yang di berikan, memecahnya menjadi komponen-komponen yang lebih kecil untuk di pahami dengan lebih baik. - Menemukan Pola atau Hubungan:
Kemampuan untuk melihat pola, hubungan sebab-akibat, atau struktur yang mendasari informasi tersebut. - Membuat Kesimpulan yang Berdasarkan Pemahaman:
Tidak hanya sekadar menafsirkan informasi, tetapi juga mampu membuat kesimpulan yang di dasarkan pada interpretasi yang teliti.
Kemampuan interpretasi ini penting dalam belajar karena membantu seseorang untuk tidak hanya menerima informasi apa adanya, tetapi juga menggali lebih dalam untuk memahami konteks, implikasi, dan signifikansi yang lebih luas dari informasi tersebut. Ini juga merupakan aspek penting dalam penalaran kritis, karena melibatkan proses memahami dan mengevaluasi informasi dengan lebih mendalam dan cermat. Dalam konteks capaian pembelajaran, interpretasi bisa menjadi indikator yang berguna untuk menilai sejauh mana seseorang dapat menafsirkan informasi dengan cerdas dan kritis.
3. Aplikasi (Application)
6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang ketiga adalah Aplikasi (Application). Aplikasi (Application) adalah salah satu aspek kunci dalam kerangka kerja capaian pembelajaran yang di perkenalkan oleh Wiggins dan Tighe pada tahun 2005. Kemampuan aplikasi ini tidak hanya berkaitan dengan pemahaman konsep secara teoritis, tetapi lebih pada kemampuan menerapkan dan menggunakan pengetahuan atau konsep tersebut dalam situasi nyata atau konteks yang berbeda.
Beberapa poin penting terkait dengan aplikasi dalam konteks pembelajaran:
- Transfer Pengetahuan:
Kemampuan untuk mentransfer pengetahuan yang Peserta Didik pelajari dari satu konteks ke konteks lain yang relevan. Misalnya, menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari atau menggunakan prinsip ilmiah dalam eksperimen nyata. - Problem-Solving (Pemecahan Masalah):
Kemampuan untuk menggunakan konsep atau pengetahuan yang Peserta Didik kuasai untuk memecahkan masalah di dunia nyata. - Kreativitas dalam Penerapan:
Menggunakan pengetahuan dengan cara yang kreatif untuk mengatasi tantangan atau situasi baru yang mungkin tidak memiliki solusi yang jelas. - Adaptasi terhadap Konteks Baru:
Kemampuan untuk menyesuaikan pengetahuan atau konsep ke dalam konteks yang berbeda, memahami bahwa situasi nyata seringkali kompleks dan bervariasi. - Penerapan dalam Konteks yang Relevan:
Menerapkan pengetahuan atau konsep dalam situasi yang sesuai dan relevan dengan kebutuhan atau tantangan yang Peserta Didik hadapi.
Kemampuan aplikasi ini sangat penting karena membuktikan bahwa seseorang tidak hanya memahami konsep secara teoritis, tetapi juga dapat menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi yang nyata. Ini mencerminkan penerapan nyata dari apa yang peserta didik pelajari dan menunjukkan bahwa pemahaman tidak hanya terbatas pada teori, tetapi juga memiliki nilai dan relevansi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam konteks profesional. Dalam pengukuran capaian pembelajaran, aspek aplikasi sering kita gunakan untuk menilai sejauh mana seseorang dapat menerapkan pengetahuan atau konsep dalam situasi yang berbeda.
4. Perspektif (Perspective) – 6 Bentuk atau aspek pemahaman oleh McTighe dan Wiggins
6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang keempat adalah Perspektif (Perspective). Aspek Perspektif (Perspective) dalam kerangka kerja capaian pembelajaran oleh Wiggins dan Tighe menekankan kemampuan untuk mempertimbangkan dan melihat suatu topik dari sudut pandang yang berbeda-beda. Ini mencakup beberapa poin penting:
- Kemampuan Melihat Sudut Pandang Lain:
Ini bukan hanya tentang memahami satu sudut pandang saja. Kemampuan ini mencakup kesediaan dan keterampilan untuk melihat hal-hal dari berbagai perspektif yang mungkin berbeda, baik itu sudut pandang budaya, sosial, historis, atau lainnya. - Memahami Keragaman:
Dalam konteks yang semakin global dan multikultural, kemampuan untuk memahami perspektif yang berbeda membantu dalam menghargai keragaman budaya dan sosial. - Kritis terhadap Perspektif Sendiri:
Kemampuan ini juga melibatkan keterampilan untuk secara kritis menilai sudut pandang atau keyakinan sendiri dan membuka diri terhadap sudut pandang yang berbeda. - Empati dan Keterbukaan:
Mampu memasuki atau memahami cara berpikir dan merasakan orang lain, bahkan jika itu berbeda dengan pandangan atau pengalaman pribadi. - Menghubungkan Sudut Pandang:
Kemampuan untuk mengaitkan atau menyatukan berbagai sudut pandang yang berbeda, sehingga dapat memperoleh pemahaman yang lebih kaya dan komprehensif tentang suatu topik.
Aspek perspektif ini penting dalam konteks pendidikan karena membantu siswa memahami bahwa tidak ada satu sudut pandang tunggal yang benar atau sempurna. Dalam kehidupan nyata, masalah seringkali kompleks dan memiliki berbagai faktor yang mempengaruhi. Kemampuan untuk melihat dari berbagai perspektif memungkinkan individu untuk membuat keputusan yang lebih baik, memecahkan masalah dengan lebih baik, dan bekerja lebih efektif dalam lingkungan yang heterogen.
Dalam evaluasi capaian pembelajaran, aspek perspektif sering menjadi ukuran untuk menilai sejauh mana seseorang mampu mempertimbangkan dan menghargai berbagai sudut pandang dalam proses pemahaman mereka.
5. Empati (Empathy)
6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang kelima adalah Aspek Empati (Empathy). Aspek Empati (Empathy) dalam kerangka kerja capaian pembelajaran oleh Wiggins dan Tighe menyoroti kemampuan seseorang untuk tidak hanya memahami secara kognitif sudut pandang orang lain, tetapi juga merasakan dan memahami perasaan, perspektif, atau pengalaman mereka.
Beberapa poin penting terkait dengan kemampuan empati ini:
- Merasakan Perasaan Orang Lain:
Ini mencakup kemampuan untuk secara emosional merasakan apa yang orang lain rasakan, bahkan jika pengalaman itu tidak sama dengan kita. - Menghargai Perspektif Orang Lain:
Lebih dari sekadar memahami, empati juga mencakup kemampuan untuk menghargai dan menghormati pandangan atau perasaan orang lain, meskipun berbeda dengan yang kita miliki. - Komunikasi yang Empati:
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan cara yang memperlihatkan bahwa kita memahami dan menghormati perasaan orang lain. - Koneksi Emosional:
Empati membantu dalam membangun hubungan yang lebih kuat dengan orang lain karena kita mampu berempati dengan pengalaman atau perasaan mereka. - Penggunaan Empati dalam Keputusan dan Tindakan:
Kemampuan untuk mempertimbangkan perasaan dan perspektif orang lain dalam mengambil keputusan atau bertindak.
Aspek empati ini penting dalam konteks pendidikan dan kehidupan sehari-hari karena membantu dalam membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain, memfasilitasi kerja tim yang efektif, dan meningkatkan komunikasi yang lebih baik. Kemampuan untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain juga penting dalam membangun kesadaran diri yang lebih luas dan memotivasi tindakan yang lebih inklusif dan peduli terhadap kebutuhan orang lain.
Dalam penilaian capaian pembelajaran, aspek empati sering kali kita ukur untuk mengevaluasi sejauh mana seseorang mampu memahami dan merasakan perasaan, perspektif, atau pengalaman orang lain dalam konteks pembelajaran mereka.
6. Pengenalan Diri (Self-knowledge) – 6 Bentuk atau aspek pemahaman oleh McTighe dan Wiggins
6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka yang keenam adalah Pengenalan Diri (Self-knowledge). Pengenalan Diri (Self-knowledge) adalah salah satu aspek kunci dalam kerangka kerja capaian pembelajaran oleh Wiggins dan Tighe. Ini mencakup pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, termasuk pengenalan terhadap kekuatan, kelemahan, preferensi, nilai-nilai, dan proses berpikir serta emosi yang terjadi secara internal.
Beberapa poin penting terkait dengan pengenalan diri:
- Kesadaran Diri yang Mendalam:
Kemampuan untuk secara kritis memahami kekuatan dan kelemahan, minat, serta karakteristik pribadi dengan jujur dan objektif. - Pemahaman tentang Proses Berpikir:
Ini mencakup kesadaran terhadap cara individu memproses informasi, membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan mempelajari hal-hal baru. - Emosional Awareness (Kesadaran Emosional):
Kemampuan untuk mengenali dan memahami emosi serta respon emosional terhadap situasi tertentu, baik pada diri sendiri maupun orang lain. - Penerimaan terhadap Perubahan:
Pengenalan diri juga mencakup kemampuan untuk menerima perubahan, belajar dari kesalahan, dan berkembang dari pengalaman. - Keterhubungan dengan Tujuan dan Nilai:
Pemahaman tentang apa yang penting bagi diri sendiri, termasuk nilai-nilai, tujuan, dan aspirasi pribadi.
Pengenalan diri adalah fondasi penting dalam proses pembelajaran dan pertumbuhan pribadi. Ini membantu individu untuk lebih efektif dalam membangun karier, mengelola hubungan, dan membuat keputusan yang tepat. Kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan juga memungkinkan individu untuk mengembangkan diri mereka secara terus-menerus.
Dalam konteks capaian pembelajaran, aspek pengenalan diri dapat Anda ukur untuk mengevaluasi sejauh mana seseorang mampu memahami dan mengenali diri mereka sendiri dengan jujur, serta bagaimana pemahaman ini mempengaruhi belajar dan kinerja mereka.
B. Apakah enam aspek ini bersifat hirarki?
Tidak, keenam aspek tersebut tidak selalu bersifat hirarkis dalam konteks pemahaman. Mereka lebih sebagai dimensi atau komponen yang saling terkait dan saling melengkapi dalam proses pemahaman yang holistik.
Terkadang, beberapa aspek mungkin menjadi lebih dominan atau penting tergantung pada konteks atau subjek tertentu. Misalnya, dalam pemahaman konsep ilmiah, penjelasan dan aplikasi mungkin menjadi fokus utama, sementara dalam studi humaniora, interpretasi dan perspektif mungkin lebih ditekankan.
Selain itu, ketika seseorang mempelajari suatu topik atau konsep, ia bisa saja menggunakan beberapa aspek ini secara bersamaan atau berurutan. Misalnya, dalam memahami teks literer, seseorang bisa mulai dengan interpretasi, kemudian bergerak ke penjelasan, dan kemudian melihatnya dari perspektif yang berbeda.
Jadi, lebih tepatnya, keenam aspek ini saling terkait dan bisa beroperasi secara bersamaan atau dalam berbagai urutan tergantung pada konteks dan tujuan pembelajaran yang ingin Anda capai.
Baca Juga: KKO Taksonomi Bloom Revisi
C. Perbedaan taksonomi Bloom (revisi) dengan McTighe dan Wiggins
Perbedaan antara Taksonomi Bloom (revisi) dan McTighe dan Wiggins dalam konteks pembelajaran dapat Anda lihat pada tabel di bawah ini.
Baca Juga: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl
Dari tabel terlihat bahwa, taksonomi Bloom (revisi) berkaitan dengan pengukuran tingkat pemahaman siswa berdasarkan hierarki kognitif, sedangkan pendekatan McTighe dan Wiggins menekankan desain pembelajaran yang berfokus pada pemahaman yang mendalam dan relevan. Perbedaan utama terletak pada fokus, pendekatan pembelajaran, dan bagaimana pemahaman siswa di evaluasi dalam konteks pembelajaran.
Artikel PDF dapat anda download pada link berikut: Klik disini!
Demikian semoga bermanfaat.
Eksplorasi konten lain dari Herman Anis
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.