Perbedaan Assessment of Learning, for Learning dan as Learning

Perbedaan-Assessment-of-Learning-

HermanAnis.com. Teman-teman semua, pembahasan kita kali ini adalah perbedaan antara Assessment of Learning, Assessment for Learning, dan Assessment as Learning.

Konsep asesmen lebih di kenal sebagai penilaian capaian belajar. Padahal fungsi asesmen tidak hanya itu. Asesmen juga dapat di gunakan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik. Fungsi asesmen selama ini lebih berorintasi pada asesmen sumatif dan assessment of learning (menilai hasil belajar). Hal ini mengakibatkan konsep asesmen assessment for learning dan assessment as learning (untuk pembelajaran) menjadi kurang di kenal.

Untuk memahami bedanya di mana silahkan teman-teman untuk melanjutkan membaca artikel ini!

Baca Juga: Persamaan dan Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

A. Perbedaan Assessment of Learning, for Learning dan Asessment as Learning

Baca juga: Penyusunan LKPD dan Instrumen Penilaian

Jika kita merujuk pada Western and Nothern Canadian Protocol for Collaboration in Education (2006), asesmen secara umum memiliki tiga misi utama yaitu sebagai assessment of learning (menilai capaian pembelajaran), assessment for learning (untuk perbaikan pembelajaran), dan assessment as learning (sebagai sarana pembelajaran).

Perbedaan Assessment of Learning for Learning dan as Learning

Menurut Xu dan Brown (2016) guru perlu memahami dengan baik tujuan asesmen yang akan di lakukan. Berdasarkan pandangan para ahli tentang assessement of learning, assessmen for learning dan assessment as learning, fungsi dan posisi dari task (tugas kinerja) pada setiap misi asesmen tersebut dapat di analisis. Dengan hasil tersebut, fungsi dan posisi tugas kinerja pada ketiga misi asesmen memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Baca Juga: Asesmen Formatif dan Sumatif dalam Kurikulum Merdeka

Penjelasan ketiga misi asesmen tersebut akan di uraikan pada bagian berikut ini.

1. Assessment of Learning (menilai capaian pembelajaran)

Assessment of learning merupakan penilaian yang di laksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu.

Setiap pendidik melakukan penilaian yang di maksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah proses pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning.

Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan assessment of learning (penilaian hasil belajar).

  • Penilaian yang di sertai dengan angka atau huruf nilai (sumatif)
  • Membandingkan prestasi satu peserta didik dengan standar
  • Hasil dapat di komunikasikan kepada peserta didik dan orang tua
  • Di lakukan pada akhir unit pembelajaran

Dalam konteks assessment of learning, task (tugas kinerja) di gunakan untuk memandu peserta didik menunjukkan kinerja yang akan di nilai. Fokus utama asesmen di sini adalah capaian belajar peserta didik. Dengan demikian maka, taks atau penilaian kinerja menjadi sarana untuk menunjukkan kompetensi atau capaian belajar. Task dalam hal ini tidak berkedudukan sebagai alat belajar. Oleh karena proses belajar peserta didik sudah terjadi.

Pada tes praktek, task atau tugas kinerja memiliki kedudukan yang mirip dengan seperangkat soal pada UTS (ujian tengah semester) atau UAS (ujian akhir semester) peserta didik. Contoh penilaian atau asesmen kinerja sebagai assessment of learning adalah ujian praktek di akhir semester atau di akhir jenjang sekolah.

Selain itu, dalam konteks asesmen fortmatif dan sumatif, Butler dan McMunn (2006) memiliki pandangan yang sejalan. Task (tugas kinerja) pada asesmen formatif lebih di tujukan untuk mendorong peserta didik mempelajari kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran. Sementara itu task pada asesmen sumatif di tunjukan untuk menguji capaian atau hasil belajar peserta didik. Misi task (tugas kinerja) pada keduanya memiliki perbedaan.

Baca Juga : Contoh Penilaian Sikap – Sosial dan Spritual

2. Assessment for Learning (untuk perbaikan pembelajaran)

Assessment for learning di lakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya di gunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Dengan assessment for learning pendidik dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya.

Assessment for learning juga dapat di manfaatkan oleh pendidik untuk meningkatkan performan dalam memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi, proyek, termasuk kuis merupakan contoh-contoh assessment for learning (penilaian untuk proses belajar).

  1. Terdiri dari dua fase yakni penilaian awal atau diagnostik dan penilaian formatif
  2. Penilaian dapat di dasarkan pada berbagai sumber informasi (misalnya, portofolio, pekerjaan yang sedang berjalan/unjuk kerja, pengamatan guru, komunikasi/percakapan)
  3. Umpan balik lisan atau tertulis kepada peserta didik terutama deskriptif dan menekankan perbaikan, mengidentifikasi tantangan, dan menunjuk ke langkah selanjutnya
  4. sebagai pendidik, perlu memeriksa pemahaman mereka untuk menyesuaikan instruksi kepada peserta didik
  5. Tidak ada nilai atau skor yang di berikan, pencatatan yang di berikan dapat berupa anekdot dan deskriptif
  6. Terjadi sepanjang proses pembelajaran, dari awal program studi hingga saat penilaian sumatif

Pada konteks assessment for learning, task (tugas kinerja) memiliki kedudukan yang lebih dekat dengan assessment as learning. Fokus utama assessment for learning adalah refleksi belajar peserta didik dan umpan balik perbaikan belajar.

Dengan demikian maka task (tugas kinerja) memiliki dua kedudukan yakni untuk mengembangkan kompetensi dan untuk sarana peserta didik belajar. Peserta didik akan meningkatkan kualitas pengerjaan task (tugas kinerja) mereka berdasarkan umpan balik yang di berikan. Menurut Stiggins dan Chappuis (2012) umpan balik di berikan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik.

Secara umum assesment for learning dan asesmen formatif memiliki definisi yang sama. Kedua istilah ini bahkan sering di anggap dapat saling menggantikan. Nah, apakah pandangan ini benar?

Perbedaan Asesmen kinerja sebagai assesment for learning dengan asesmen formatif.

Menurut Tiggins (2008a) asesmen formatif memiliki perbedaan dengan assesment for learning. Asesmen formatif menyediakan sejumlah informasi atau bukti tentang belajar peserta didik. Informasi tersebut digunakan oleh guru untuk memperbaiki belajar peserta didik. Sementara itu, assesment for learning menyediakan informasi bagi peserta didik tentang belajar mereka. Informasi tersebut digunakan oleh pserta didik untuk memperbaiki belajarnya.

Perbedaan lain dapat dilihat berdasarkan fokusnya, fokus asesmen formatif adalah frekuensi. Semakin sering dilakukan semakin baik. Semakin sering dilakukan, asesmen formatif akan menghasilkan data yang semakin valid dan reliabel. Data hasil penilaian seolah-olah menjadi milik guru. Peserta didik menunggu umpan balik dari guru. Peserta didik baru dapat terlibat dalam asesmen setelah memperoleh umpan balik dari guru. Dengan demikian maka kepentingan asesmen formatif lebih terhadap perolehan data yang akurat bagi guru untuk memutuskan pembelajaran, bukan bagi peserta didik. Selain itu, asesmen formatif lebih menitik beratkan pada kepentingan guru dalam menolong peserta didik belajar.

Guru akan mengukur capaian belajar peserta didik pada beberapa titik waktu tertentu dan menginformasikan hasilnya kepada peserta didik. Penekanan asesmen formatif lebih pada capaian disetiap titik waktu pengukuruan. Asesmen formatif menginformasikan tentang kemampuan apa yang telah dan belum tercapai terkait tujuan kurikulum (standar).

Sementara ini fokus dari assesment for learning adalah keberlanjutan. Assesment for learning lebih menitik beratkan pada kepentingan peserta didik untuk menolong diri mereka sendiri atas bantuan guru. Pada assesment for learning capaian disetiap titik waktu tersebut tidak di tafsirkan secara terpisah, namun dibandingkan kemajuannya. Proses dan data hasil asesmen menjadi milik bersama, asesmen lebih transparan dan dapat diakses dengan baik oleh peserta didik. Dengan demikian, belajar peserta didik dipandang sebagai suatu aktivitas yang kontinyu.

Penekanan dalam assesment for learning kukan pada frekuensinya, tetapi pada kebermaknaan bagi peserta didik. Assesment for learning menginformasikan bahwa kemajuan belajar setiap peserta didik sedang diupayakan dalam mencapai tujuan kurikulum. Upaya tersebut sedang dilakukan selama proses pembelajaran.

3. Assessment as Learning (sebagai sarana pembelajaran)

Assessment as learning memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan di laksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut.

Peserta didik di beri pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat di libatkan dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus di lakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.

Baca juga: Contoh Format Kisi Kisi Soal

  • Di mulai ketika peserta didik menjadi sadar akan tujuan pengajaran dan kriteria kinerja melibatkan
  • Penetapan tujuan, memantau kemajuan, dan merefleksikan hasil.
  • Menyiratkan kepemilikan dan tanggung jawab peserta didik untuk menggerakkan pemikirannya ke depan (metakognisi)
  • Terjadi selama proses pembelajaran

Dalam konteks assessment as learning, task (tugas kinerja) lebih di tujukan sebagai sarana belajar. Pengerjaan task (tugas kinerja) di maksudkan untuk memberi pengalaman belajar peserta didik. Peserta didik dapat menguasai kompetensi tertentu setelah mengerjakan task tersebut.

Task (tugas kinerja) di gunakan untuk melatih kemampuan belajar belajar dan membentuk peserta didik sebagai individu pebelajar. Salah satu contoh dari asesmen kinerja sebagai assessment as learning adalah asesmen praktikum sehari-hari dan asesmen proyek.

Worksheet atau lembar kerja siswa (LKS) atau lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan contoh task (tugas kinerja) yang di pakai sebagai sarana belajar peserta didik. Asesmen di lakukan ketika peserta didik mengerjakan task (tugas kinerja) atau ketika suatu produk telah di hasilkan dari task tersebut. Peserta didik mempelajari kompetensi baru melalui pengerjaan task (tugas kinerja) tersebut.

Selama ini assessment of learning paling dominan di lakukan oleh pendidik di bandingkan assessment for learning dan assessment as learning. Penilaian pencapaian hasil belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning di bandingkan assessment of learning.

Baca Juga : Identifikasi Masalah Pedagogik

B. Konsep Dasar Penilaian

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Assessment mengacu pada kegiatan yang di gunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk mendorong, membentuk, dan mengukur pembelajaran (Black & Wiliam, 1998). Untuk memperoleh hasil penilaian yang baik, kita perlu melakukan pengumpulan informasi melalui berbagai teknik, instrumen, dan dari berbagai sumber yang sesuai.

Penilaian konvensional cenderung di lakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam konteks ini, penilaian di posisikan seolah-olah sebagai kegiatan yang terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian bukan sekadar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam proses belajar.

Baca Juga: Konsep Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)

C. Kesimpulan

Asesmen dapat mengembangkan kompetensi peserta didik jika di gunakan sebagai assessment for learning (asesmen untuk pembelajaran) dan asessment as learning (asesmen sebagai pembelajaran). Konsep asesmen formatif dan sumatif telah di kenal lebih dulu oleh pengguna asesmen di bandingkan dengan assessment for learning dan asessment of learning. Kemudian para pengguna asesmen menghubung-hubungkan konsep tersebut. Sehingga ada yang berkesimpulan bahwa konsep-konsep tersebut dapat saling menggantikan.

Perbedaan Assessment of Learning for Learning dan as Learning
Gambar 1. Traditional Assessment Pyramid

Assessment for learning terkadang di pandang sebagai padanan dari asesmen formatif. Sementara asessment of learning merupakan padanan dari asesmen sumatif. Padahal terdapat perbedaan yang mendasar antara asesmen formatif dengan assessment for learning. Begitu pula antara asesmen sumatif dengan asessment of learning. Perbedaan ini terletak pada misi, sudut pandang, kepentingan, penekanan, dan strategi asesmennya.

Kurikulum di Indonesia kini merupakan kurikulum berbasis kompetensi. Hal penting yang harus di perhatikan ketika melaksanakan penilaian dalam Kurikulum tersebut adalah KKM, remedial, dan pengayaan.

Janganlàh banyak-banyak minta sama Allah, cukup 4 perkara ini:

  1. Mintalah kenikmatan hidup
  2. Mintalah rezeki yang berkah dan berlimpah
  3. Mintalah keluarga yang damai, tenteram dan sejahtera
  4. Mintalah keberuntungan dunia dan akhirat

Sumber:

  • Ana Ratna Wulan, dkk. 2018. Menggunakan Asesmen Kinerja untuk Pembelajaran Sains dan Penelitian. Bandung. UPI Press.
  • http://etec.ctlt.ubc.ca/510wiki/Assessment_of_Learning

Demikian bahasan tentang Assessment of Learning, for Learning, dan Assessment as Learning. Semoga bermanfaat.


Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca