Landasan Filosofis dan Pedagogis Pembelajaran Mendalam

Landasan Filosofis dan Pedagogis Pembelajaran Mendalam

HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada seri pembelajaran mendalam kali ini kita akan bahas fondasi dari pembelajaran mendalam yakni Landasan Filosofis dan Pedagogis Pembelajaran Mendalam. Pembelajaran Mendalam (PM) tidak hanya berorientasi pada capaian akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter, spiritualitas, dan kesadaran sosial peserta didik. Pembelajaran mendalam merupakan pendekatan pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan manusia secara utuh. Untuk itu, dibutuhkan landasan filosofis dan pedagogis pembelajaran mendalam yang kuat agar proses pendidikan mampu memanusiakan manusia.

Baca juga: Landasan Teoretis Pembelajaran Mandalam

Pendekatan ini berpijak pada landasan filosofis dan pedagogis yang kuat, menjadikannya relevan dalam menghadapi tantangan global dan sosial masa kini. Artikel ini membahas secara menyeluruh landasan filosofis pembelajaran mendalam dan landasan pedagogis pembelajaran mendalam, dengan merujuk pada pemikiran tokoh-tokoh besar dalam pendidikan nasional dan internasional.

Baca juga: Delapan Dimensi Profil Lulusan dalam Pembelajaran Mendalam

A. Landasan Filosofis Pembelajaran Mendalam

Landasan filosofis adalah dasar berpikir yang bersifat konseptual dan mendalam, yang menjelaskan mengapa pendidikan itu penting, apa tujuannya, dan bagaimana manusia serta realitas dipahami dalam konteks pendidikan. Berikut ciri-ciri landasan filosofis:

  • Menjawab pertanyaan “Mengapa kita mendidik?”
  • Bertumpu pada filsafat pendidikan, seperti eksistensialisme, progresivisme, rekonstruksionisme, idealisme, dan lainnya.
  • Menyoroti nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kebenaran, dan kebebasan.
  • Merumuskan tujuan akhir pendidikan berdasarkan pandangan hidup dan makna eksistensi manusia.

Beberapa contoh landasan filosofis dalam pembelajaran mendalam diantaranya adalah,

  • Pendidikan dipandang sebagai proses memanusiakan manusia (humanisasi).
  • Mengintegrasikan nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual ke dalam pembelajaran.
  • Berpijak pada filosofi tokoh seperti Ki Hajar Dewantara: pendidikan sebagai sarana untuk membentuk manusia merdeka.

Berikut landasan filosofis dalam pembelajaran mendalam,

1. Pendidikan sebagai Kehidupan Itu Sendiri

Filsuf pendidikan seperti John Dewey menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar persiapan untuk hidup, melainkan kehidupan itu sendiri. Pendidikan harus menanamkan nilai-nilai universal seperti kebebasan, keadilan, dan kemanusiaan ke dalam pengalaman hidup peserta didik.

2. Pendidikan sebagai Transformasi Sosial

Landasan filosofis pembelajaran mendalam juga menekankan fungsi pendidikan sebagai alat transformasi sosial. Tokoh seperti Dewey, Ausubel, Ornstein & Hunkins, hingga Ralph Tyler, menyuarakan pentingnya pendidikan dalam membentuk masyarakat inklusif dan progresif.

3. Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya sistem “among”, yaitu pendidikan yang mendidik dengan kasih sayang melalui nilai asah, asih, dan asuh. Filosofi Taman Siswa yang dikembangkan beliau mencerminkan pendidikan yang merdeka, menyenangkan, dan berakar pada budaya bangsa.

4. Prinsip KH. Ahmad Dahlan

KH. Ahmad Dahlan menekankan tujuh prinsip pendidikan, antara lain: berasaskan tujuan hidup, tidak sombong, kegigihan belajar, pemanfaatan akal sehat, keberanian menegakkan kebenaran, berbuat untuk sesama, dan pengamalan ilmu agama. Beliau melihat pendidikan sebagai sarana perubahan sosial untuk membentuk manusia berintegritas dan berkemajuan.

5. Gagasan KH. Hasyim Asy’ari

Pendidikan menurut KH. Hasyim Asy’ari bertujuan membentuk manusia yang beriman, bertakwa, dan sejahtera. Beliau menekankan nilai-nilai mabadi khaira ummah, seperti integritas, etos kerja, dan keadilan sebagai pondasi penting dalam pendidikan yang moderat dan inklusif.

6. Perspektif Ki Bagus Hadikusumo

Ki Bagus Hadikusumo mengedepankan pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi melalui analisis dan sintesis, yang penting untuk menghadapi tantangan kompleks.

7. Pandangan Romo Y.B. Mangunwijaya

Romo Y.B. Mangunwijaya menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi sarana pembebasan yang inklusif dan kontekstual, mendorong peserta didik menjadi aktor perubahan sosial.

8. Nilai Penghormatan dalam Pendidikan

Filosofi pendidikan mendalam juga berakar pada semangat saling memuliakan sebagaimana diajarkan KH. M. Hasyim Asy’ari. Penghormatan terhadap guru, teman sejawat, dan sumber ilmu menjadi bagian esensial dalam membentuk karakter yang kuat dan masyarakat yang beradab.

B. Landasan Pedagogis Pembelajaran Mendalam

Landasan pedagogis adalah dasar teoritis dan praktis yang berhubungan langsung dengan bagaimana proses pembelajaran dijalankan secara efektif, termasuk pendekatan, strategi, metode, dan hubungan antara guru dan peserta didik. Beberapa ciri-ciri landasan pedagogis dalam pembelajaran mendalam,

  • Menjawab pertanyaan “Bagaimana seharusnya kita mendidik?”
  • Bersumber dari ilmu pendidikan (pedagogi) dan psikologi belajar.
  • Mencakup aspek kurikulum, metode pengajaran, evaluasi, manajemen kelas, dan hubungan guru-siswa.
  • Fokus pada praktik nyata dalam proses pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan pendidikan.

Berikut beberapa contoh landasan pedagogis dalam pembelajaran mendalam,

  • Mengutamakan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, reflektif, dan kolaboratif.
  • Mendorong pengembangan dimensi olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga.
  • Guru berperan sebagai fasilitator atau pendamping belajar, bukan sebagai pusat informasi.

Berikut beberapa landasan pedagogis pembelajaran mendalam,

1. Pendidikan yang Berkesadaran (Mindful Learning)

Pembelajaran Mendalam menekankan pentingnya kehadiran penuh peserta didik dalam setiap proses belajar. Pendekatan ini mengajak sinkronisasi antara pikiran, perasaan, dan tindakan — sejalan dengan sistem among Ki Hajar Dewantara.

2. Pendidikan yang Bermakna (Meaningful Learning)

Landasan pedagogis pembelajaran mendalam mencakup keterhubungan antara materi pelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik. Ini mendorong berpikir kritis, analitis, dan sintesis, seperti yang dicita-citakan KH. Ahmad Dahlan.

3. Pendidikan yang Menggembirakan (Joyful Learning)

Pembelajaran yang menggembirakan mendorong suasana belajar tanpa tekanan, mengedepankan motivasi intrinsik dan ekspresi bebas peserta didik. Prinsip ini menggemakan filosofi Taman Siswa dari Ki Hajar Dewantara.

Untuk memahami bagaimana prinsip-prinsip dasar ini diterapkan dalam proses belajar, baca artikel lanjutan kami tentang Prinsip Pembelajaran Mendalam: Berkesadaran, Bermakna, dan Menggembirakan.

4. Integrasi Dimensi Holistik

PM mengintegrasikan empat dimensi pembelajaran secara holistik:

  • Olah Pikir (Intelektual): Mendorong eksplorasi, eksperimen, dan inovasi berbasis teori dan praktik.
  • Olah Hati dan Olah Rasa (Etika dan Estetika): Membentuk nilai-nilai moral, empati, dan keadilan.
  • Olah Raga (Kinestetik): Mendorong kesadaran akan pentingnya kesehatan fisik sebagai bagian dari pencapaian akademik dan keseimbangan mental.

Dimensi-dimensi ini mencerminkan pandangan Ki Bagus Hadikusumo dan Romo Mangunwijaya tentang pentingnya moralitas dan penghormatan terhadap martabat manusia.

5. Pendidikan yang Memuliakan

Lingkungan belajar yang saling menghormati mendukung perkembangan peserta didik secara alami. Guru berperan sebagai pembimbing, teman sejawat sebagai mitra kolaborasi, dan ilmu diperlakukan dengan penuh hormat dan rendah hati — sebagaimana diajarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan.

Untuk melihat bagaimana landasan filosofis dan pedagogis ini diterapkan dalam praktik pembelajaran, baca lebih lanjut di artikel Pengalaman Belajar dalam Pembelajaran Mendalam yang menguraikan bentuk nyata dari proses memahami, mengaplikasi, dan merefleksi dalam konteks kelas.

Kesimpulan

Landasan filosofis dan pedagogis pembelajaran mendalam menawarkan paradigma pendidikan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bermartabat, mandiri, dan berempati. Pendekatan ini sangat relevan untuk membentuk generasi masa depan yang adaptif, transformatif, dan berkepribadian kuat dalam menghadapi tantangan dunia modern. Dengan berakar pada filosofi pendidikan tokoh-tokoh besar bangsa, Pembelajaran Mendalam menjadi jembatan antara tradisi luhur dan kebutuhan zaman.


Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

close

Eksplorasi konten lain dari Herman Anis

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca