Sikap Ilmiah

Sikap Ilmiah

HermanAnis.com – Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Terdapat empat sikap pokok yang harus di kembangkan dalam Sains yaitu, “(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence”.

Sikap Ilmiah

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.

Di mana, “Sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang- orang atau kelompok orang. Kalau yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka di sebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negatif. Kalau tidak timbul perasaan apa- apa, berarti sikapnya netral.

Dengan demikian maka sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sehingga sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah.

Sikap ilmiah dapat di artikan sebagai sikap yang memiliki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan atau kebiasaan berpikir ilmiah.

Baca Juga: Ontologi Epistemologi dan Aksiologi dalam Filsafat Ilmu

A. Pengertian Sikap Ilmiah

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu. “Sesuatu” itu bisa benda, kejadian, situasi, orang- orang atau kelompok orang.

Jika yang timbul terhadap sesuatu itu adalah perasaan senang, maka disebut sikap positif, sedangkan kalau perasaan tak senang, sikap negatif. Atau, kalau tidak timbul perasaan apa- apa, berarti sikapnya netral.

Sehingga, sikap dapat di defenisikan sebagai kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Dengan demikian maka, sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah.

Selain itu, sikap ilmiah dapat diartikan sebagai sikap yang memiliki perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan atau kebiasaan berpikir ilmiah.

Sikap ilmiah dibedakan dari sekedar sikap terhadap Sains, karena sikap terhadap Sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran Sains.

Beberapa sikap ilmiah yang perlu dikembangkan oleh guru di sekolah, antara lain selalu bersikap jujur, adil, terbuka, luwes, tekun, logis, kritis dan kreatif.

Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat.

Sedangkan, oleh American Association for Advancement of Science (AAAS) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yakni honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan).

Menurut Joko Priyono sikap ilmiah paling tidak mencakup 6 unsur utama yakni :

  1. Keingintahuan
  2. Spekulasi
  3. Kesediaan untuk bersifat obyektif
  4. Berpandangan terbukae. Kesediaan untuk menunda keputusan hingga semua bukti yang diperlukan ada
  5. Kesediaan untuk bersikap bahwa semua kesimpulan ilmiah
  6. bersifat sementara

Baca JugaApa yang menjadi Objek Pengamatan IPA?

B. Definisi Sikap ilmiah menurut ahli

Menurut Harlen (1996) paling kurang ada empat jenis sikap yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan sikap ilmiah siswa: (1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, (2) sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, (3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan (4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar.

Dari keempat sikap ini, akan terbentuk sikap ilmiah yang dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon tkepada orang lain, obyek, atau peristiwa.

Selain itu pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun kalau di telaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang di tonjolkan.

Mahar Marjono mengemukakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam Sains yaitu, (a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence”.

Selain itu menurut Gega (1977), dia memasukkan inventiveness (sikap penemuan) sebagai salah satu sikap ilmiah utama. Gega (1977) mengemukakan empat sikap pokok yang harus di kembangkan dalam Sains yaitu, “(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence“.

Dimana keempat sikap imiah sebenamya tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya karena sating melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang barn (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat.

Sedangkan, dalam American Association for Advancement of Science (AAAS: 1993), tidak menyebut inventiveness, namun memasukkan open minded (sikap terbuka) sebagai salah satu sikap ilmiah utama. AAAS memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yakni honesty {kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan).

C. Sikap sikap Ilmiah

Terdapat empat sikap pokok yang harus di kembangkan dalam Sains yaitu, “(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence”. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi.

Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat.

Sedangkan, oleh American Association for Advancement of Science (AAAS) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yakni honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan).

Sikap ilmiah paling tidak mencakup unsur utama yakni :

a. Keingintahuan
b. Spekulasi
c. Kesediaan untuk bersifat obyektif
d. Berpandangan terbuka

Sikap ilmiah dalam pembelajaran Sains sering di kaitkan dengan sikap terhadap sains. Keduanya saling berbubungan dan keduanya mernpengaruhi perbuatan.

Pada tingkat sekolah dasar sikap ilmiah di fokuskan pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan fakta dengan pendapat (Kartiasa, 1980).

Penilaian hasil belajar sains di anggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis di seluruh hal yang di lakukan siswa. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada basil belajar siswa.

Sikap ilmiah di bedakan dari sekedar sikap terhadap Sains, karena sikap terhadap Sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran Sains.

Tentu saja sikap positif terhadap pembelajaran Sains akan memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ihniah siswa tetapi masih ada faktor lain yang memberikan kontribusi yang cukup berarti.

D. Pengelompokan sikap ilmiah

Harten (1996) membuat pengelompokkan yang lebih lengkap dan hampir mencakup kedua pengelompokkkan yang telah di kemukakan. Secara singkat pengelompokkan tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Pengelompokan sikap ilmiah

Harlen (1996)AAAS (1993)Gegga ( 1977)
Curiosity (sikap ingin tahu)Honesty (sikap jujur)Curiosity (sikap ingin tahu)
Respect for evidence (sikap respek terhadap data)Curiosity (sikap ingin tahu)Inventiveness (sikap penemuan)
Critial reflection (sikap refleksi kritis)Open minded (Sikap berpikiran terbuka)Critical thinking (sikap berpikir kritis)
Perseverance (sikap ketekunan)Skepticism
(sikap keragu-raguan)
Persistence (sikap teguh pendirian)
Creativity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan)
Open mindedness (sikap berpikiran terbuka)
Co-operation with others (sikap bekerjasama dengan orang lain)
Willingness to tolerate uncertainty (sikap keinginan menerima ketidakpastian)
Sensitivity to environment (sikap sensitive terhada lin kungan

E. 7 Dimensi sikap ilmiah

Berdasarkan pengelompokan tersebut, indikator setiap dimensi di berikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Dimensi dan lndikator Sikap IImiah

Dimensi sikapIndikator
Ingin tahuAntusias mencarijawaban.
Perhatian pada obyek yang di amati.
Antusias pada proses sains.
Menanyakan setiap langkah kegiatan.
Respek terhadap data/faktaObyektif/jujur.
Tidak memanipulasi data.
Tidak purbasangka.
Mengambil keputusan sesuai fakta.
Tidak mencampur fakta dengan pendapat
Berpikir kritis (Critical thinking)Meragukan temuan ternan.
Menanyakan setiap perubahan/hal baru.
Mengulangi kegiatan yang di lakukan.
Tidak mengabaikan data meskipun kecil
Penemuan dan kreativitasMenggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi.
Menunjukkan laporan berbeda dengan ternan kelas.
Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta.
Menggunakan alat tidak seperti biasanya
Menyarankan pereobaan-percobaan baru.
Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan
Berpikiran terbuka dan kerjasamaMenghargai pendapat/temuan orang lain.
Menghormati dan menghargai pendapat/temuan orang lain.
Menerirna saran dari ternan.
Tidak merasa selalu benar.
Menganggap setiap kesirnpulan adalah tentatif.
Berpartisipasi aktif dalam kelompok
KetekunanMelanjuttkan meneliti sesudah “kebaruannya” hilang.
Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan.
Melengkapi satu kegiatan meskipun ternan.
Kelasnya selesai lebih awal.
Peka terhadap lingkungan sekitarPerhatian terhadap peristiwa sekitar.
Partisipasi pada kegiatan sosial.
Menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

Catalan: lndikator-indikator tersebut di atas hanya contoh dan masih dapat di kembangkan agar lebih lengkap dan tepat mendukung di mensi sikap yang akan di ukur.

Pengukuran sikap ilmiah siswa sekolah dasar dapat di dasarkan pada pengelom-pokkan sikap sebagai di mensi sikap selanjutnya di kembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah.

Penjelasan lebih lanjut tentang sikap sikap ilmiah yang di kembangkan oleh Harlen {1996) sebagai berikut:

1. Sikap Rasa ingin tahu

Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.

2. Sikap kritis

Pada bagian ini, sikap kritis dapat terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk di banding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

3. Sikap terbuka

Pada sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak di terima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

4. Sikap objektif

Untuk sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa di ikuti perasaan pribadi.

5. Sikap menghargai karya orang lain

Untuk sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang di sampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

6. Sikap berani mempertahankan kebenaran

Pada sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada

Baca JugaContoh Perubahan Fisika dalam Kehidupan Sehari-hari

7. Sikap menjangkau ke depan

Selanjutnya, sikap ini di buktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang di susunnya demi pengembangan bidang ilmunya.

Baca Juga : Hakikat Ilmu Fisika sebagai Cabang dari Sains adalah sebagai Produk, Proses, dan Sikap

Sumber Rujukan

  • Sarlito W. Sarwono 2010. Pengantar Psikologi Umum. Rajawali Press. Jakarta.
  • Djaali. 2009. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
  • Rafiuddin. 2012. Penilaian Sikap Ilmiah Terhadap Keterampilan Proses Pada Pembelajaran Sains SD.
  • Joko Priyono, Resensi Buku Archie J. Bahm Analisis Tentang “What Is Science”. Universitas Diponegoro. Semarang.

Demikian,
terima kasih sudh membaca artikel ini,
semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close