Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl

Proses Konitif

HermanAnis.com – Proses Kognitif atau dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas 6 level kognitif, yakni level C1 sampai dengan level C6.

Baca juga: KKO Taksonomi Bloom Revisi

A. Pengertian kognitif

Kognitif merujuk pada proses mental yang terkait dengan pemrosesan, penyimpanan, dan pengambilan informasi. Secara umum, kognitif berhubungan dengan cara otak dan pikiran manusia bekerja untuk memproses informasi, dan bagaimana informasi ini di gunakan untuk memahami lingkungan dan membuat keputusan.

Pendekatan kognitif pada psikologi menyatakan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap stimulus lingkungan, tetapi juga aktif memproses dan menginterpretasikan informasi. Proses kognitif termasuk kemampuan untuk memperhatikan, memahami, dan mengingat informasi, serta membuat keputusan dan memecahkan masalah.

Beberapa contoh proses kognitif meliputi perhatian, persepsi, ingatan, bahasa, pemikiran abstrak, kreativitas, dan pemecahan masalah. Studi tentang kognitif melibatkan berbagai bidang, seperti psikologi kognitif, neurosains kognitif, dan ilmu kognitif lainnya.

Pemahaman tentang proses kognitif dan bagaimana mereka bekerja sangat penting dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, psikoterapi, dan desain interaksi manusia-komputer, serta membantu dalam memahami gangguan kognitif seperti demensia, autisme, dan ADHD.

Baca Juga: 6 Bentuk Pemahaman oleh McTighe dan Wiggins dalam Capaian Pembelajaran

B. Apa yang dimaksud dengan proses kognitif?

Proses kognitif merujuk pada aktivitas mental yang kompleks yang di lakukan oleh otak dalam memproses informasi. Proses ini melibatkan serangkaian fungsi mental yang berbeda, termasuk perhatian, ingatan, bahasa, pengenalan, pemikiran abstrak, persepsi, keterampilan motorik, dan pengambilan keputusan.

Selain itu, proses kognitif adalah proses yang memungkinkan kita untuk memperoleh, memproses, dan menggunakan informasi dengan cara yang efektif. Misalnya, kemampuan untuk memperhatikan, mengenali, dan mengingat informasi adalah bagian penting dari proses belajar, sementara kemampuan untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan berpikir secara abstrak adalah bagian penting dari proses pengambilan keputusan.

Proses kognitif juga terkait erat dengan kemampuan kita untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Kemampuan untuk memahami bahasa, mengenali wajah, dan merespons stimulus sensorik lainnya adalah contoh dari proses kognitif yang penting dalam interaksi sosial. Oleh karena itu, pemahaman tentang proses kognitif membantu kita memahami cara kerja pikiran manusia dan bagaimana kita memproses informasi untuk memahami dunia di sekitar kita.

Baca Juga: Taksonomi Marzano dalam Penyusunan Tujuan Pembelajaran

C. Proses kognitif dan Contohnya

Proses kognitif adalah aktivitas mental yang di lakukan oleh otak dalam memproses informasi, termasuk memperoleh, menyimpan, mengolah, dan menggunakan informasi.

Berikut adalah beberapa contoh proses kognitif dan contoh penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari:

  1. Perhatian: Kemampuan untuk fokus dan memusatkan perhatian pada stimulus tertentu. Contohnya, saat membaca buku, kita perlu memusatkan perhatian pada kata-kata dan kalimat yang membentuk arti.
  2. Pengenalan: Kemampuan untuk mengidentifikasi stimulus dan menghubungkannya dengan pengalaman sebelumnya. Contohnya, kita mengenali wajah teman atau keluarga yang sudah di kenal sebelumnya.
  3. Ingatan: Kemampuan untuk menyimpan informasi dalam jangka pendek atau jangka panjang. Contohnya, ketika kita berbicara dengan seseorang, kita menggunakan ingatan jangka pendek untuk mengingat apa yang di katakan, dan ingatan jangka panjang untuk menyimpan informasi untuk digunakan di kemudian hari.
  4. Pengambilan keputusan: Kemampuan untuk memilih tindakan atau respons yang tepat berdasarkan informasi yang tersedia.
  5. Pemecahan masalah: Kemampuan untuk mengatasi masalah atau tantangan dengan cara yang efektif.
  6. Bahasa: Kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan menghasilkan bahasa. Contohnya, ketika kita membaca atau menulis, kita menggunakan bahasa untuk memproses informasi.
  7. Pemikiran abstrak: Kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan konseptual, termasuk pemikiran kreatif dan inovatif. Contohnya, ketika kita memecahkan masalah matematika atau membuat keputusan dalam situasi yang kompleks.
  8. Persepsi: Kemampuan untuk memproses informasi sensorik dan memberikan arti pada dunia di sekitar kita. Contohnya, ketika kita melihat objek atau mendengar suara, kita menggunakan persepsi untuk memproses informasi tersebut.
  9. Keterampilan motorik: Kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dan melakukan tugas-tugas fisik. Kemampuan untuk menggunakan otot dan koordinasi untuk melakukan tindakan fisik. Contohnya, ketika kita menulis dengan pena atau mengetik di keyboard, kita menggunakan keterampilan motorik untuk melakukan tindakan tersebut.

Proses kognitif adalah bagian penting dari interaksi manusia dengan dunia sekitarnya. Kemampuan untuk memahami dan menggunakan proses kognitif membantu kita memproses informasi dengan lebih efektif dan efisien, sehingga memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan dunia dengan cara yang lebih baik.

D. Bagaimana proses belajar kognitif?

Proses belajar kognitif melibatkan berbagai aktivitas mental yang kompleks yang berhubungan dengan cara manusia memperoleh, memproses, menyimpan, dan mengambil informasi. Berikut adalah tahapan-tahapan yang terlibat dalam proses belajar kognitif:

  1. Perhatian: Tahap pertama dalam proses belajar adalah perhatian. Manusia perlu memusatkan perhatian pada stimulus atau informasi yang ingin dipelajari. Fokus dan konsentrasi yang tepat diperlukan untuk mengenali dan memahami informasi baru.
  2. Pengolahan Informasi: Setelah perhatian terfokus pada informasi, informasi tersebut diolah dan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Proses pengolahan informasi ini melibatkan fungsi-fungsi kognitif seperti pengenalan, ingatan, dan persepsi.
  3. Pemahaman: Setelah informasi dipecah-pecah, tahap selanjutnya adalah pemahaman. Manusia memahami informasi tersebut dan menghubungkannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.
  4. Penyimpanan: Setelah informasi dipahami, informasi tersebut disimpan dalam memori jangka pendek atau jangka panjang. Informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang dapat diakses kembali di masa depan.
  5. Pengambilan: Tahap terakhir dalam proses belajar adalah pengambilan. Ini melibatkan pengambilan informasi yang disimpan dalam memori dan menerapkannya dalam situasi baru. Pengambilan dapat berupa penerapan keterampilan baru atau pengambilan keputusan.

Proses belajar kognitif sangat penting dalam pengembangan kognitif dan keberhasilan akademik. Dalam memahami bagaimana kita belajar, kita dapat mengembangkan strategi dan teknik belajar yang lebih efektif dan efisien.

E. Dimensi Proses Berpikir atau Proses Kognitif

Seperti dalam Permendikbud No. 21 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL), di mana rujukan SKL yang digunakan dalam PBM adalah Bloom Taxonomy yang di perkenalkan sejumlah peneliti yang di pimpin oleh Benjamin Bloom tahun 1956. Kemudian taxonomi ini di kembangkan dan di revisi lebih lanjut oleh Anderson and Krathwol pada tahun 2001.

Lebih lanjut kemudian, Bloom Taxonomy mengkategorikan capaian pembelajaran menjadi tiga domain, yaitu dimensi pengetahuan yang terkait dengan penguasaan pengetahuan, dimensi sikap yang terkait dengan penguasaan sikap dan perilaku, serta dimensi ketrampilan yang terkait dengan penguasaan keterampilan.

Kemudian, Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah di sempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri 6 level pengetahuan yakni: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).

Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl
Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl

Olehnya itu, proses kognitif berkenaan dengan kemampuan dalam berpikir, kompetensi dalam mengembangkan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran.

Selain hal tersebut, ranah kognitif juga meliputi kemampuan dari peserta didik dalam mengulang atau menyatakan kembali konsep/prinsip yang telah di pelajari dalam proses pembelajaranyang telah di dapatnya.

Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl

Baca Juga: Contoh Tujuan Pembelajaran

F. Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom

Selanjutnya, tujuan pembelajaran pada ranah kognitif menurut Bloom merupakan segala aktivitas pembelajaran menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi.

Tabel 1. Proses Kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom

Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson & Krathwohl

Selanjutnya, untuk melihat kombinasi dari dimensi pengetahuan dan proses berpikir dapat menggunakan matrik seperti yang terlihat di bawah ini.

Tabel 2. Kombinasi dimensi pengetahuan dan proses berpikir

Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwohl

Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan berpikir dari sebuah pembelajaran dengan membuat matriks sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang di inginkan.

Kemudian, pada matriks hubungan antara dimensi pengetahuan dan dimensi proses berpikir, untuk dimensi proses berpikir C1 s.d. C3 dengan seluruh dimensi pengetahuan dan C1 s.d. C6 dengan dimensi pengetahuan faktual, masuk kategori keterampilan berpikir tingkat rendah, sedangkan untuk C4 s.d. C6 untuk dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif merupakan katagori Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.

Kombinasi dari dimensi pengetahuan dan proses kognitif2

G. Apa itu level kognitif C1 sampai C6?

Level kognitif C1 sampai C6 merujuk pada jenjang kemampuan berpikir atau kognitif yang di kembangkan oleh taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah sebuah kerangka kerja yang di gunakan untuk menggambarkan jenjang kemampuan berpikir yang di butuhkan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Berikut adalah penjelasan singkat untuk setiap level kognitif menurut taksonomi Bloom:

  1. C1: Mengingat (Remembering)
    Level ini mencakup kemampuan untuk mengingat informasi yang telah di pelajari, baik itu fakta, konsep, atau prosedur.
  2. C2: Memahami (Understanding)
    Level ini mencakup kemampuan untuk memahami makna dari informasi yang telah di pelajari, serta menghubungkan informasi baru dengan informasi yang sudah ada.
  3. C3: Menerapkan (Applying)
    Level ini mencakup kemampuan untuk mengaplikasikan informasi yang telah di pelajari dalam situasi atau konteks yang baru.
  4. C4: Menganalisis (Analyzing) Level ini mencakup kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami bagaimana bagian-bagian tersebut saling terkait.
  5. C5: Mengevaluasi (Evaluating)
    Level ini mencakup kemampuan untuk mengevaluasi informasi, konsep, atau prosedur yang telah di pelajari, serta membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
  6. C6: Mencipta (Creating)
    Level ini mencakup kemampuan untuk menggabungkan informasi yang telah di pelajari untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik itu ide, produk, atau solusi masalah.

Setiap level kognitif ini merupakan jenjang yang bertingkat dan membutuhkan kemampuan yang lebih kompleks di bandingkan dengan level sebelumnya.

H. Apa itu ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom?

Ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom adalah kategori-kategori yang di gunakan untuk mengelompokkan kemampuan berpikir manusia dalam tingkat kompleksitas yang berbeda. Taksonomi Bloom sendiri adalah sebuah kerangka kerja yang di gunakan untuk menggambarkan jenjang kemampuan berpikir yang di butuhkan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom terdiri dari enam kategori, yaitu:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Kategori ini mencakup kemampuan untuk mengingat dan memahami informasi, termasuk fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori.

2. Pemahaman (Comprehension)

Kategori ini mencakup kemampuan untuk menginterpretasikan dan menjelaskan makna dari informasi yang telah di pelajari.

3. Aplikasi (Application)

Kategori ini mencakup kemampuan untuk menerapkan informasi yang telah di pelajari dalam situasi atau konteks yang baru.

4. Analisis (Analysis)

Kategori ini mencakup kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami bagaimana bagian-bagian tersebut saling terkait.

5. Evaluasi (Evaluation)

Kategori ini mencakup kemampuan untuk mengevaluasi informasi, konsep, atau prosedur yang telah di pelajari, serta membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

6. Kreasi (Creation)

Kategori ini mencakup kemampuan untuk menggabungkan informasi yang telah di pelajari untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik itu ide, produk, atau solusi masalah.

Dalam pembelajaran, ranah kognitif ini di gunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa dalam berpikir, dan juga sebagai acuan untuk merancang pembelajaran yang efektif dan efisien.

Selain itu, ranah kognitif juga di gunakan sebagai alat untuk mengukur hasil belajar dan memonitor perkembangan kemampuan berpikir siswa secara keseluruhan.

I. Level kognitif HOTS

Level kognitif HOTS (Higher Order Thinking Skills) atau Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi merujuk pada kemampuan berpikir yang lebih kompleks dan lebih tinggi dari level kognitif dasar seperti yang di definisikan dalam taksonomi Bloom.

Kemampuan dalam level kognitif HOTS ini meliputi kemampuan seperti analisis, sintesis, evaluasi, dan kreasi, yang memerlukan pemikiran yang lebih kompleks, kritis, dan reflektif. Berikut adalah penjelasan singkat untuk setiap level kognitif HOTS:

  1. Analisis (Analysis)
    Kemampuan untuk memecah informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami bagaimana bagian-bagian tersebut saling terkait.
  2. Sintesis (Synthesis)
    Kemampuan untuk menggabungkan informasi yang berbeda dan membuat sesuatu yang baru.
  3. Evaluasi (Evaluation)
    Kemampuan untuk mengevaluasi informasi, konsep, atau prosedur yang telah dipelajari, serta membuat keputusan berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
  4. Kreasi (Creation)
    Kemampuan untuk menggabungkan informasi yang telah dipelajari untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik itu ide, produk, atau solusi masalah.

Kemampuan-kemampuan HOTS sangat penting dalam dunia pendidikan dan pekerjaan, karena kemampuan-kemampuan tersebut memungkinkan seseorang untuk memecahkan masalah yang kompleks, mengambil keputusan yang tepat, dan memecahkan tantangan yang sulit.

Oleh karena itu, pembelajaran yang efektif harus di rancang untuk mempromosikan dan mengembangkan kemampuan-kemampuan HOTS pada siswa.

J. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

Kata kerja yang di gunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan ranah kognitif Bloom adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif.

Kata Kerja Operasional

Penjelasan tentang KKO kognitif dapat anda baca pada artikel berikut ini:

KKO Kognitif

K. Perkembangan kognitif menurut vygotsky

Menurut teori perkembangan kognitif Vygotsky, kemampuan kognitif seseorang tidak hanya bergantung pada faktor biologis, tetapi juga di pengaruhi oleh faktor lingkungan dan sosial. Vygotsky berpendapat bahwa individu belajar dan berkembang melalui interaksi sosial dan budaya, serta melalui proses internalisasi pengetahuan yang diperoleh dari lingkungan dan interaksi sosial tersebut.

Vygotsky juga memperkenalkan konsep “zona pembangunan proksimal” (ZPD) sebagai area di mana seseorang dapat belajar hal-hal baru dengan bantuan orang lain yang lebih ahli atau berpengalaman. Dalam ZPD, individu dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru melalui proses kolaboratif dengan orang lain.

Menurut Vygotsky, perkembangan kognitif berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

  1. Tahap primitif: di mana anak masih mengandalkan perilaku refleks dan insting.
  2. Tahap bersosialisasi: di mana anak mulai meniru perilaku orang dewasa dan mengembangkan kemampuan verbal.
  3. Tahap pribadi: di mana anak mulai mampu berpikir secara abstrak dan mengembangkan pemahaman yang lebih kompleks tentang dunia.

Dalam pandangan Vygotsky, pembelajaran harus di lakukan dengan cara yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dan dengan melibatkan interaksi sosial dan budaya. Oleh karena itu, pendidik harus berperan sebagai fasilitator dan memberikan bantuan yang di butuhkan untuk membantu anak mencapai potensinya.

Sumber Rujukan:

  • Yoki Ariyana, dkk. 2018. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Demikian, semoga ada manfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index