Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran Abad 21

HermanAnis.com – Teman-teman semua, bahasan kita kali ini masih terkait dengan pendidikan, kita akan mengkaji satu topik yakni Pembelajaran Abad 21. Mari kita mulai!

Model Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21

Sadar akan tingginya tuntutan “penciptaan” SDM, maka sistem serta model pendidikan pun harus mengalami transformasi. Telah banyak literatur yang merupakan buah pemikiran dan hasil penelitian yang membahas mengenai hal ini. Bahkan, beberapa model pendidikan yang sangat berbeda telah di terapkan oleh sejumlah sekolah maupun kampus di berbagai belahan dunia.

Pembelajaran Abad 21
21st Century Skills by OECD

Baca Juga: Keterampilan Memberi Penguatan dalam Pembelajaran

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat di deskripsikan sejumlah ciri dari model pendidikan dan pembelajaran abad 21 yang perlu di cermati dan di pertimbangkan. Pemaparannya sebagai berikut.

1. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan

Model Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21 yang pertama adalah adanya Pemanfaatan Teknologi Pendidikan. Tidak dapat di sangkal lagi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu penyebab dan pemicu perubahan dalam dunia pendidikan.

Dengan di temukan dan di kembangkannya internet – sebuah jejaring raksasa yang menghubungkan milyaran pusat-pusat data/informasi di seluruh dunia dan individu/komunitas global – telah merubah proses pencarian dan pengembangan ilmu dalam berbagai lembaga pendidikan.

Melalui search engine seorang ilmuwan dapat dengan mudah mencari bahan referensi yang di inginkannya secara “real time” dengan biaya yang teramat sangat murah. Sementara dengan memanfaatkan “electronic mail” para ilmuwan berbagai negara dapat berkolaborasi secara efektif tanpa harus meninggalkan laboratoriumnya. Atau dengan mengakses situs repositori video seorang mahasiswa dapat melihat rekaman kuliah dosen dari berbagai universitas terkemuka di dunia.

Semua itu di mungkinkan karena bahan ajar dan proses interaksi telah berhasil “didigitalisasikan” oleh kemajuan teknologi. Salah satu butir kesepakatan Konferensi WSIS (World Summit of Information Society) di Jenewa. Telah di sepakati bahwa seluruh sekolah-sekolah hingga kampus-kampus di seluruh dunia harus terhubung ke internet.

Hal ini di maksudkan agar terjadi proses tukar menukar pengetahuan dan kolaborasi antar siswa-siswa dan guru-guru di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia.

2. Peran Strategis Guru/Dosen dan Peserta Didik dalam Pembelajaran Abad 21

Model Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21 yang kedua adalah mudahnya akses terhadap berbagai pusat pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, maka peran guru/dosen dan peserta didik pun menjadi berubah.

Kalimat “the world is my class” mencerminkan bagaimana seluruh dunia beserta isinya ini menjadi tempat manusia pembelajar meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya. Hal ini berarti kata bahwa proses pencarian ilmu tidak hanya berada dalam batasan dinding-dinding kelas semata.

Peran guru pun tidak lagi menjadi seorang “infomediary” karena sang peserta didik sudah dapat secara langsung mengakses sumber-sumber pengetahuan yang selama ini harus diseminasi atau di distribusikan oleh guru/dosen di kelas. Guru akan lebih berfungsi sebagai fasilitator, pelatih (“coach”), dan pendamping para siswa yang sedang mengalami proses pembelajaran.

Bahkan secara ekstrim, tidak dapat di sangkal lagi bahwa dalam sejumlah konteks, guru dan murid bersama-sama belajar dan menuntut ilmu melalui interaksi yang ada di antara keduanya ketika sedang membahas suatu materi tertentu.

Di samping itu, penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar pun harus di perluas melampaui batas-batas ruang kelas, dengan cara memperbanyak interaksi siswa dengan lingkungan sekitarnya dalam berbagai bentuk metodologi.

3. Metode Belajar Mengajar Kreatif dan Inovatif

Model Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21 yang ketiga adalah Metode Belajar dan Mengajar yang Kreatif dan Inovatif. Berpegang pada prinsip bahwa setiap individu itu unik dan memiliki talentanya masing-masing, maka metode belajar mengajar pun harus memperhatikan keberagaman “learning style” dari masing-masing individu.

Oleh karena itu, model belajar yang menekankan pada ciri khas dan keberagaman ini perlu di kembangkan, seperti misalnya yang di perkenalkan dalam:

  1. PBL (Problem Based Learning),
  2. PLP (Personal Learning Plans),
  3. PBA (Performance Based Assessment), dan lain sebagainya.

Di samping itu, harus pula di tekankan model pembelajaran berbasis kerjasama antar individu tersebut untuk meningkatkan kompetensi interpersonal dan kehidupan sosialnya, seperti yang di ajarkan dalam konsep:

  1. Cooperative Learning,
  2. Collaborative Learning,
  3. Meaningful Learning, dan lain sebagainya.

Adalah merupakan salah satu tugas utama guru untuk memastikan bahwa melalui mekanisme pembelajaran yang di kembangkan, setiap individu dapat mengembangkan seluruh potensi diri yang di milikinya untuk menjadi manusia pembelajar yang berhasil.

4. Materi Ajar yang Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21

Model Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21 yang keempat adalah adalah Materi Ajar yang Kontekstual. Besarnya pengaruh media (seperti televisi, surat kabar, majalah, internet, dan radio) terhadap masyarakat secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi kognitif peserta didik. Ini bagi mereka akan lebih mudah menggambarkan kejadian atau hal-hal yang nyata (faktual) di bandingkan dengan membayangkan sesuatu yang bersifat abstrak.

Oleh karena itulah maka materi ajar pun harus mengalami sejumlah penyesuaian dari yang berbasis konten menjadi berorientasi pada konteks. Tantangan yang di hadapi dalam hal ini adalah mengubah pendekatan pola penyelenggaraan pembelajaran dari yang berorientasi pada diseminasi materi dari sebuah mata ajar menjadi pemahaman sebuah fenomena di pandang dari berbagai perspektif ilmu pengetahuan (multidisiplin atau ragam mata ajar).

Contoh-contoh kasus sehari-hari yang di temui di masyarakat, problem-problem yang bersifat di lematis atau paradoksial, tantangan riset yang belum terpecahkan, simulasi kejadian di dunia nyata, hanyalah merupakan sejumlah contoh materi ajar yang kontekstual dan dapat di cerna oleh peserta ajar dengan mudah.

Paling tidak manfaat yang dapat segera di perolah dari model pembelajaran berbasis multi disiplin ilmu ini adalah bahwa yang bersangkutan dapat mengerti konteks ilmu yang diberikan dalam penerapannya sehari-hari dan di saat yang sama di peroleh sejumlah alternatif pemecahan masalah yang dapat di implementasikan dalam kehidupan nyata.

5. Struktur Kurikulum Mandiri berbasis Individu dalam Pembelajaran Abad 21

Model Pendidikan dalam Pembelajaran Abad 21 yang keempat adalah Struktur Kurikulum Mandiri berbasis Individu. Karena setiap individu berusaha untuk mengembangkan potensi diri berdasarkan bakat dan talenta yang di milikinya. Hal ini di dorong dengan cita-cita atau target pencapaiannya di masa mendatang, maka struktur kurikulum yang di terapkan pun harus dapat di-customised (tailor made curriculum) sesuai dengan kebutuhan dan rencana atau agenda masing-masing individu.

Mengembangkan kurikulum mandiri berbasis individu ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Di perlukan suatu desain dan konsep yang matang serta terbukti efektif dalam implementasinya. Di samping itu perlu adanya sejumlah prasyarat atau prakondisi yang harus di penuhi terlebih dahulu sebelum menerapkan struktur kurikulum seperti ini, antara lain:

  1. kesiapan fasilitas dan sarana prasarana,
  2. kematangan peserta ajar,
  3. infrastruktur dan suprastruktur manajemen institusi yang handal,
  4. konten pengetahuan yang lengkap, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Sumber Rujukan:

  • Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010.

Demikian Semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close