Gaya Belajar Peserta Didik

Gaya Belajar Peserta Didik

HermanAnis.com – Apa itu Gaya Belajar Peserta Didik, apa saja jenisnya, bagaimana cara mengetahuinya & mengapa ini penting bagi guru? Berikut penjelasannya!i.

Bapak dan ibu para pendidik semuanya, apakah kita semua mengetahui dan sadar bahwa setiap peserta didik memiliki “design otak”? Otak setiap individu tentu berbeda dengan individu lain seperti halnya dengan sidik jari.

Baca Juga: Contoh Angket Gaya Belajar

Secara rasional kita bisa menerima bhawa setiap individu belajar dengan cara yang berbeda dan memiliki preferensi yang berbeda mengenai di mana, kapan dan bagaimana mereka belajar.

Contohnya meliputi; kekuatan dan persepsi perseptual, kebiasaan memproses informasi, kecedasan majemuk, motivasi dan faktor-faktor fisiologis.

Baca Juga: Cara Mengenal Siswa dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

A. 3 Jenis Gaya Belajar Peserta Didik

Peserta didik memiliki gerbang sensorik (visual, auditori, jasmani, dan kinestetik) yang mereka lebih suka gunakan dan mana yang mahir penggunaannya. Bobi de porter (2000) mengemukakan bahwa gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. Dalam kenyatannya, kita semua memiliki ketiga Gaya Belajar itu; hanya saja biasanya ada satu gaya belajar yang mendominasi (Rose dan Nicholl, 1997).

Bapak/ibu guru semua, setelah kita memahami tentang hal tersebut, selanjutnya adalah bagaiaman membuat peserta didik menyadari gaya belajar mereka masing-masing.

Gaya Belajar peserta didik

Baca Juga: Identifikasi Masalah Pedagogik

Berikut ini merupakan cara yang dapat di gunakan untuk membantu peserta didik memanfaatkan preferensi gaya belajar mereka:

1. Gaya Belajar Peserta Didik Visual 

Pada tipe ini, pembelajar perlu melihat bahasa tubuh guru dan ekspresi wajah untuk bisa memahami isi pelajaran. Peserta didik cenderung atau lebih suka duduk di depan kelas untuk menghindari penghalang visual (misalnya kepala orang).

Jika menemukan peserta didik model ini, sebaiknya materi pembelajaran di sampaikan melalui gambar-gambar dan media belajar melalui tampilan visual meliputi: diagram, ilustrasi buku teks, video, flipchart dan hand-out. Selama pembelajaran berlangsung, peserta didik visual biasanya lebih memilih untuk membuat catatan rinci untuk menyerap informasi.

Peserta didik visual menerima, memproses dan mempertahankan informasi melalui penglihatan atau dengan membuat citra mental. Anak-anak ini berpikir melalui membaca dan menulis, atau gambar, grafik dan peta.  Pelajar visual sangat menyukai kerapian dan teratur.

Mereka cenderung menyukai seperti permainan membaca, matematika, seni, televisi dan komputer. Mereka mudah melihat persamaan dan perbedaan, dan pandai menghafal kata-kata tertulis.

Baca Juga : Pembelajaran Berdiferensiasi

a. Ciri-ciri gaya belajar visual

Di dalam kelas pembelajaran, peserta didik visual memiliki ciri-ciri, sebagai berikut :

  1. ketika belajar, pelajar visual memerlukan membuat catatan, menstabilo tulisan, atau membuat garis besar dan diagram,
  2. mereka cenderung lebih mudah memahami tulisan dari pada instruksi lisan,
  3. ketika mencoba untuk mencari tahu apakah jawaban benar, pelajar visual mungkin bertanya sendiri, “Apakah ini kelihatan benar?”,
  4. hidupnya teratur,
  5. memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan,
  6. mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada di bacakan,
  7. membutuhkan gambaran, tujuan menyeluruh dan menangkap secara detail,
  8. mengingat apa yang di lihat dan suka membuat coret-coretan,
  9. dalam komunikasi sering menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan,
  10. berbicara dengan tempo cukup cepat.                                            

Dorong pelajar visual mempunyai banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka. Dalam matematika dan ilmu pengetahuan, tabel dan grafik akan memperdalam pemahaman mereka. Peta pikiran dapat menjadi alat yang bagus bagi para pelajar visual belajar terbaik saat mulai dengan “gambaran keseluruhan,” melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran akan sangat membantu.

Membaca bahan secara sekilas misalnya, memberikan gambaran umum mengenai bahan bacaan sebelum mereka terjun kedalam perinciannya. Tes berikut akan membantu setiap peserta didik mengidentifikasi gayanya belajarnya.

NoVisualSeringKadang-kadangJarang
1Apakah Anda rapi dan teratur?
2Apakeh Anda berbicara dengan cepat?
3Apakah Anda perencana dan pengatur jangka panjang yang baik?
4Apakeh Anda pengeja yang baik dan dapatkah Anda melihat kata-kata dalam pikiran Anda?
5Apakah Anda lebih ingat apa yang di lihat daripada yang di dengar?
6Apakeh Anda menghafal dengan asosiasi visual?
7Apakah Anda sulit mengingat perintah lisan kecuali jika di tuliskan, dan apakah Anda sering meminta orang mengulang ucapannya?
8Apakeh Anda lebih suka membaca daripada di bacakan?
9Apakah Anda suka mencoret-coret selama menelepon/menghadiri rapat?
10Apakeh Anda lebih menyukai seni daripada musik?
11Apakah Anda tahu apa yang harus di katakan, tetapi tidak terpikir kata yang tepat?
Subtotal

2. Gaya Belajar Peserta Didik Auditori

Model pembelajar auditori adalah model di mana seseorang lebih cepat menyerap informasi melalui apa yang ia dengarkan. Pada tipe ini, metode belajar mereka yang terbaik adalah melalui lisan dengan ceramah, diskusi, bicara hal-hal melalui dan mendengarkan apa yang orang lain katakan.

Peserta didik auditori menafsirkan makna yang mendasari pidato dengan mendengarkan nada suara, pitch, kecepatan dan nuansa lainnya. Informasi tertulis mungkin hanya memiliki sedikit arti bagi mereka.

Pembelajar ini lebih mendapatkan keuntungan dengan membaca teks dengan suara keras atau menggunakan tape recorder.  

a. Ciri-ciri gaya belajar auditori

Peserta didik auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. lebih cepat menyerap dengan mendengarkan,
  2. menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
  3. senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
  4. dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama, dan warna suara,
  5. bagus dalam berbicara dan bercerita,
  6. berbicara dengan irama yang terpola,
  7. belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan dari pada yang dil ihat,
  8. suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar,
  9. lebih pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya,
  10. suka musik dan bernyanyi,
  11. tidak bisa diam dalam waktu lama,
  12. suka mengerjakan tugas kelompok,
  13. mengekspresikan emosi dengan mengubah nada suaranya,
  14. menikmati hobi yang melibatkan pembicaraan atau suara, nada dan musik,
  15. mengajukan pertanyaan-pertanyaan ketika menemukan sesuatu yang baru
  16. berbicara bebas dalam kelompok, memecahkan masalah dan berkomunikasi melalui percakapan,
  17. Perhatiannya mudah terpecah,
  18. berbicara dengan pola berirama,
  19. belajar dengan cara mendengarkan, dan
  20. ketika membaca suka menggerakkan bibir/bersuara.                                                   

Kenali mereka saat belajar, Peserta didik auditori akan berbicara keras saat membaca, atau menulis jawaban sambil mengatakannya.

Anak-anak ini mungkin juga perlu bersenandung atau bersiul untuk diri mereka sendiri dalam rangka untuk berkonsentrasi. Ketika mencoba untuk mencari tahu apakah jawaban benar, peserta didik auditori mungkin bertanya sendiri, “Apakah itu terdengar benar?”. 

b. Kelemahan peserta didik bertipe belajar model auditori

Kelemahan peserta didik bertipe belajar model auditori yaitu Peserta didik cenderung banyak bicara, tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut, lebih memperhatikan informasi yang di dengarnya sehingga kurang tertarik untuk memperhatikan hal baru di sekitarnya

Para pelajar Auditorial mungkin lebih suka merekam pada kaset dari pada mencatat, karena mereka suka mendengarkan informasi berulang-ulang. Jika mereka kesulitan dengan satu konsep bantulah mereka berbicara dengan diri mereka sendiri untuk memahaminya.

Anda dapat membuat fakta panjang yang mudah di ingat oleh siwa auditorial dengan mengubahnya menjadi lagu, dengan melodi yang sudah di kenal dengan baik.

Tes berikut akan membantu setiap peserta didik mengidentifikasi gayanya belajarnya. Tandailah kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan. Jumlahkan nilai Anda untuk setiap bagian. Kemudian buatlah grafik dari hasilnya.

NoAuditoriSeringKadang-kadangJarang
1Apakah Anda berbicara kepada diri sendiri saat bekerja?
2Apekah Anda mudah tergangu oleh keributan?
3Apakah Anda sering menggerakan bibir/melafalkan kata saat membaca?
4Apakeh Anda suka membaca keras-keras dan mendengarkan?
5Apakah Anda merasa menulis itu sulit, tetapi pandai bercerita?
6Apekah Anda berbicara dengan pola berirama?
7Apakah menurut Anda, anda adalah pembicara yang fasih?
8Apakeh Anda lebih menyuakai music daripada seni?
9Apakah Anda belajar melalui mendengar mengingat apa yang di diskusikan daripada yang di lihat?
10Apekah Anda banyak bicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan panjang lebar?
11Apakah Anda lebih baik mengeja keras-keras daripada menulisnya?
Subtotal

3. Gaya Belajar Peserta Didik Kinestetik

Kinestetik adalah pembelajar melalui pendekatan fisik dan aktif menjelajahi dunia fisik di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa sulit untuk duduk diam dalam jangka waktu yang lama dan mungkin menjadi terganggu dengan kebutuhan mereka akan aktivitas dan eksplorasi.

Pembelajar kinestetik menerima, memproses dan mempertahankan informasi melalui gerakan atau sentuhan. Mereka berkembang dengan melakukan aktivitas fisik atau keterampilan tangan. Mereka lebih mudah mengingat informasi yang berhubungan dengan suatu kegiatan atau aktivitas fisik.                                      

a. Ciri-ciri gaya belajar kinestetik   

Model pembelajar kinestetik adalah pembelajar yang menyerap informasi melalui berbagai gerakan fisik. Ciri-ciri Peserta didik kinestetik, di antaranya adalah :

  1. selalu berorientasi fisik dan banyak bergerak,
  2. berbicara dengan perlahan,
  3. menanggapi perhatian fisik,
  4. suka menggunakan berbagai peralatan dan media,
  5. menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka,
  6. berdiri dekat ketika berbicara dengan orang,
  7. mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar,
  8. belajar melalui praktek,
  9. menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
  10. menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
  11. banyak menggunakan isyarat tubuh,
  12. tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,
  13. menyukai buku-buku yang berorientasi pada cerita,
  14. kemungkinan tulisannya jelek,
  15. ingin melakukan segala sesuatu,
  16. menyukai permainan dan olah raga,
  17. mengekspresikan emosi melalui bahasa tubuh,
  18. menikmati hobi yang melibatkan sentuhan atau gerakan,
  19. menggunakan indera peraba ketika menemukan sesuatu yang baru, dan
  20. menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi. 

b. Kelemahan peserta didik bertipe belajar kinestetik

Kelemahan peserta didik bertipe belajar kinestetik yaitu Peserta didik sulit mempelajari hal yang abstrak seperti simbol matematika atau peta, tidak bisa belajar di sekolah yang konvensional di mana guru menjelaskan dan murid diam (model ceramah), dan kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak di salurkan akan berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya

Pelajar-pelajar ini menyukai terapan. Lakon pendek dan lucu terbukti dapat membantu. Pelajar kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta.

Banyak pelajar kinestetik menjauhkan diri dari bangku, mereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.

Tes berikut akan membantu setiap peserta didik mengidentifikasi gayanya belajarnya. Tandailah kotak yang sesuai untuk setiap pertanyaan. Jumlahkan nilai Anda untuk setiap bagian. Kemudian buatlah grafik dari hasilnya.

NoKinestetikSeringKadang-kadangJarang
1Apakah Anda berbicara lambat?
2Apekah Anda menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya?
3Apakah Anda berdiri dekat-dekat saat berbicara dengan seseorang?
4Apakeh Anda berorientasi pada fisik dan bentuk bergerak?
5Apakah Anda belajar melalui manipulasi dan praktek?
6Apekah Anda menghafal dengan berjalan dan melihat?
7Apakah Anda menggunakan jari untuk menunjuk saat membaca?
8Apakeh Anda banyak menggunakan isyarat tubuh?
9Apakah Anda tidak bisa duduk tenang untuk waktu lama?
10Apekah Anda membuat keputusan berdasarkan perasaan?
11Apakah Anda mengentuk-ngetuk pena, jari, atau kaki saat mendengarkan?
12Apakeh Anda meluangkan waktu untuk berolahraga dan berkegiatan fisik lainnya?
Subtotal

Tulisan dalam Format PDF dapat anda download pada link INI

Baca Juga: Menemukenali Anak Berkebutuhan Khusus dan Penanganannya

B. 5 Cara mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik

Dalam praktiknya juga tidak mudah mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik. Ada 5 cara yang bisa kita lakukan untuk mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik. 

1. Cara pertama untuk mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik Menggunakan observasi secara mendetail

Menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap Peserta didik melalui penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas.

Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah Peserta didik yang mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Perhatikan Peserta didik yang “kuat” bertahan berapa lama dalam mendengar.

Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe pembelajar yang cenderung mendengarkan.

Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara sederhana tipe-tipe Peserta didik dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjol.                                                                                              

2. Cara kedua mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram.

Dengan memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun diagram, dengan seperti ini, kita bisa melihat para Peserta didik yang mempunyai kecenderungan belajar secara visual dan juga mempunyai kecerdasan visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias.                          

3. Cara ketiga mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik dengan metode pembelajaran menggunakan praktik atau simulasi.

Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu seterusnya kita melihat bagaimana reaksi Peserta didik terhadap setiap model pembelajaran sehingga lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan Gaya Belajar Peserta Didik.                                     

4. Cara keempat mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik dengan memberikan tugas

Dengan memberikan tugas kepada Peserta didik untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan model rumah yang bagian-bagiannya terpisahkan. Ada tiga pilihan cara yang bisa di lakukan dalam menyatukan model rumah ini.

  1. Pertama adalah melakukan praktik langsung dengan mencoba menyatukan bagian-bagian rumah ini setelah melihat potongan-potongan yang ada.
  2. Kedua adalah dengan melihat gambar desain rumah secara keseluruhan, baru mulai menyatukan; dan
  3. Ketiga adalah petunjuk tertulis langkah-langkah yang di perlukan untuk membangun rumah tersebut dari awal hingga akhir.

Pembelajar visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar rumah secara utuh. Ia lebih cepat menyerap melalui gambar-gambar tersebut sebelum menyatukan bagian-bagian rumah secara keseluruhan.

Pembelajar auditori cenderung membaca petunjuk tertulis mengenai langkah-langkah yang di perlukan untuk membangun rumah, dan tidak terlalu mempedulikan gambar yang ada.

Sedangkan pembelajar kinestetik akan langsung mempraktikkan dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain tanpa terlebih dahulu melihat gambar ataupun membaca petunjuk tulisan.

Dari pengamatan terhadap cara kerja Peserta didik dalam menyelesaikan tugas ini, kita akan lebih memahami gaya mengajar Peserta didik secara lebih mendetail.                                                                   

5. Cara Kelima mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik dengan melakukan survey atau test Gaya Belajar Peserta Didik

Dengan melakukan survey atau test Gaya Belajar Peserta Didik. Namun demikian, alat survey ataupun test ini biasanya mengikat pada satu konsultan atau psikolog tertentu sehingga jika kita ingin melakukan test tersebut harus membayar dengan sejumlah biaya tertentu, yang terkadang di rasa cukup mahal.

Namun demikian, karena menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau test psikologi semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga memudahkan bagi guru untuk segera mengetahui Gaya Belajar Peserta Didik.

C. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Peserta Didik

Mari kita mengingat kembali nama-nama ilmuwan terkenal seperti Albert Einstein, Winston Churchill, dan Thomas A.Edison.

Di masa anak-anak, Albert Einstein dikenal suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengata-kan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, sikap dan pernyataannya selalu merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah.

Selanjutnya, Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah, dalam berbicara ia gugup dan terbata-bata.

Sementara itu, Thomas A. Edison pernah di pukuli guru dengan ikat pinggang karena di anggap mempermainkan guru dengan mengajukan banyak perta-nyaan, karena seringnya ia di hukum maka di keluarkan dari sekolah tersebut oleh ibunya (setelah mengenyam pendidikan formal hanya selama 3 bulan).   

Einstein, Churchill, dan Edison ; ketiga tokoh tersebut memiliki Gaya Belajar Peserta Didik yang khas yang tidak sesuai dengan Gaya Belajar Peserta Didik di sekolah mereka saat itu.

Untunglah mereka memiliki pelatih yang memahami Gaya Belajar Peserta Didik tersebut hingga akhirnya kesuksesan luar biasa mampu mereka capai.

Einstein berhasil menjadi ilmuwan terbesar sepanjang sejarah, Churchill akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar abad ke-20, dan Edison menjadi penemu sains paling produktif sepanjang zaman.                  

Sayangnya, jutaan anak lain di bumi pertiwi ini dengan kekhasan Gaya Belajar Peserta Didik berbeda tersebut jarang sekali yang menyentuh dan memahaminya, sehingga potensi yang di miliki anak-anak tersebut tidak maksimal untuk tumbuh dan berkembang.

Bagi mereka yang berasal dari keluarga berekonomi mampu memungkinkan ada solusi yaitu dengan menghadirkan tenaga khusus (misalnya psikolog anak) seperti pada program home schooling atau private.

Akan tetapi bagaimana dengan nasib mereka yang berasal dari keluarga berekonomi menengah kebawah yang merupakan mayoritas peserta didik kita?

Bagi mereka sekolah merupakan tumpuan dan harapan masa depan anak-anak mereka. Inilah salah satu penyebab kegagalan dunia pembelajaran dan pendidikan kita.

Tentunya permasalahan tersebut harus kita selesaikan dengan serius dan profesional terutama para pendidik yang mayoritas di negeri ini sudah menyandang gelar Guru Profesional (Guru Bersertifikat Pendidik).

Tunjukkan jiwa profesionalisme keguruan kita seoptimal mungkin untuk melayani dan menghantarkan peserta didik dalam menggapai cita-cita masa depan mereka.  

Setiap orang tentunya memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda dan seharusnya memperoleh perlakuan seirama dengan modalitas yang di milikinya.

Namun kebanyakan sekolah di selenggarakan (dalam proses pembelajaran) umumnya berasumsi bahwa setiap peserta didik adalah identik sehingga di perlakukan sama dalam segala hal.

Bila di perhatikan didalam kelas, kecenderungan pendidik yang hanya menggunakan satu cara saja dalam membelajarkan Peserta didiknya.

Sebagai contoh, Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis (visual), mengajar dengan menggunakan buku (visual). Sementara itu Peserta didik belajar dengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjakan tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan test juga secara tertulis (visual).

Karena hanya menggunakan satu Gaya Belajar Peserta Didik, akhirnya timbullah beragam masalah pembelajaran sejak dari proses hingga ke evaluasi hasil belajar yang menyebab-kan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar Peserta didik.    

Bagi guru yang profesional, sangat penting untuk mengetahui apa yang berlangsung dalam kepala murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang tepat dan di inginkan peserta didiknya.

Pengetahuan guru tentang Gaya Belajar Peserta Didik membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap Peserta didik.

Dengan memanfaatkan konsep keragaman peserta didik dan menerima Gaya Belajar Peserta Didik yang berbeda-beda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pembelajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka. 

D. Keuntungan yang bisa kita peroleh dari mengenali dan memahami gaya belajar Peserta didik

Banyak keuntungan yang bisa kita peroleh dari mengenali dan memahami gaya belajar Peserta didik, antara lain:

  1. memaksimalkan potensi belajar Peserta didik,
  2. memahami cara belajar terbaik,
  3. mengurangi frustrasi dan tingkat stres Peserta didik,
  4. mengembangkan strategi pembelajaran untuk efisien dan efektif,
  5. meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri,
  6. mempelajari cara terbaik menggunakan keunggulan otak,
  7. mendapatkan wawasan kekuatan dan kelemahan diri,
  8. mempelajari bagaimana menikmati belajar dengan lebih mendalam,
  9. mengembangkan motivasi untuk terus belajar,
  10. memaksimalkan kemampuan dan keterampilan diri, dan
  11. meningkatkan produktifitas kerja otak.                         

Kita telah memahami bahwa setiap peserta didik memiliki modalitas belajar atau Gaya Belajar Peserta Didik yang berbeda-beda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak di perkenankan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka.

Bila ini kita paksakan, maka Peserta didik yang berbeda kecenderungannya dengan kita akan merasa di rugikan. Inilah yang di sebut dengan “mall praktik mengajar” yang akan merusak jiwa (mental) anak dan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya generasi di masa mendatang.

Untuk itulah tenaga pendidik (terutama guru) harus berupaya mengenali gaya belajar peserta didiknya, dan akhirnya kita implementasikan dalam proses pembelajaran

E. Kaitan Gaya Belajar Peserta Didik dengan Kebiasaan memproses informasi dan aplikasinya dalam pembelajaran

Bapak ibu selain peserta didik memiliki preferensi perseptual berbeda mereka juga memiliki gaya berfikir seperti yang di ungkapkan Anthony Gregorc (1982) yang mengembangkan teori gaya berfikir berdasarkan dua variable, yaitu bagaimana cara kita melihat dunia (bagaimana kita melihat dunia secara abstrak dan konkrit).

Dan juga cara kita memahami dunia (dalam pemahaman sistemasis dan acak). Menggunakan dua variable tersebut, Gregorc mengkombinasikannya sehingga membentuk empat gaya berfikir:

1. Concrete Random Thinkers

pemikir ini, adalah pemikir yang menikmati eksperimen, juga di kenal sebagai pemikir yang berbeda. Mereka ingin mengambil lompatan intuitif untuk menciptakan. Mereka menemukan cara alternatif dalam melakukan sesuatu.

Dengan demikian di dalam kelas, jenis pemikir perlu di izinkan untuk memiliki kesempatan guna membuat pilihan tentang pembelajaran mereka dan tentang bagaimana mereka menunjukkan apa yang meraka pahami.

Peserta didik menikmati menciptakan model baru dan hal-hal praktis yang di hasilkan dari pengembangan pembelajaran dan konsep baru mereka. Pebelajar dengan tipe ini mudah belajar melalui permainan,simulasi, proyek mandiri, dan discovery learning.

2. Concrete Sequential Thinkers

Pemikir ini berbasis pada aktifitas fisik yang di maknai dengan rasa. Mereka adalah detail oriented, dan mengingat merupakan hal mudah bagi mereka.

Mereka membutuhkan struktur, kerangka, jadwal, dan organisasi pembelajaran. Peserta didik menyukai pembelajaran dan kegiatan yang di arahkan oleh guru. Pebelajar dengan tipe ini akan mudah belajar melalui workbook, pembelajaran berbasis komputer, demonstrasi, dan praktik laboratorium yang terstruktur.

3. Abstract Sequential Thinkers

Pemikir ini senang dalam dunia teori dan pemikiran abstrak. proses berpikir mereka adalah rasional, logis, dan intelektual. Mereka nyaman ketika terlibat dengan pekerjaan dan investigasi mereka sendiri. Peserta didik ini perlu memiliki waktu untuk memeriksa sepenuhnya ide baru, konsep, dan teori-teor yang ada di hadapan mereka.

Mereka ingin mendukung informasi baru dengan menyelidiki dan menganalisa sehingga pembelajaran masuk akal dan memiliki arti nyata bagi mereka. Pebelajar dengan tipe ini mudah belajar melalui membaca dan mendengarkan presentasi.

4. Abstract Random Thinkers

Pemikir ini mengatur informasi melalui berbagi dan berdiskusi. Mereka hidup di dunia perasaan dan emosi dan belajar dengan mempersonalisasi informasi.

Pembelajar ini ingin membahas dan berinteraksi dengan orang lain ketika mereka belajar. Kooperatif pada kelompok belajar, menjadi pusat belajar, dan mitra kerja memfasilitasi pemahaman mereka.

Pebelajar dengan tipe ini akan mudah belajar melalui diskusi grup, ceramah, tanya jawab, dan penggunaan. Dengan memahami ini, maka seorang guru akan lebih memahami Karakteristik Peserta Didiknya sebagai dasar dalam memilih pendekatan pembelajaran.

F. Kaitan Gaya Belajar Peserta Didik dengan Kecerdasan majemuk dan strategi mengembangkannya

Penting bagi Bapak ibu guru untuk mengenali semua kecerdasan peserta didik yang bervariasi. Jika guru menyadari hal ini, maka akan memiliki kesempatan untuk menangani masalah belajar secara tepat.

Menurut Howard Gardner ada 8 jenis kecerdasan manusia, yaitu:

1. Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan ini mencakup tiga bidang yang saling berhubungan yaitu; matematika, Ilmu Pengetahuan (sains), dan logika, yang melibatkan banyak komponen seperti perhitungan secara matematis, berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan deduktif induktif, ketajaman pola dan hubungan.

Karakteristik kecerdasan logis matematis adalah :

  1. Menggunakan angka, penalaran, hubungan sebab-akibat dan hubungan logis suatu peristiwa.
  2. Menunjukkan ketrampilan pemecahan yang logis.
  3. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat hipotesis, merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh-contoh tandingan, dan membuat argument yang kuat.
  4. Menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemograman komputer, atau metode penelitian.
  5. Menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemograman komputer, atau metode penelitian.
  6. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti akuntansi, teknologi komputer, hokum, mesin, dan ilmu kimia..

Pembelajaran logis matematis di sekolah dapat di kembangkan melalui beberapa strategi seperti berikut ini:

  1. Menceritakan masalah yang di hadapi sehari-hari, kemudian di pecahkan dengan bantuan pemikiran matematis dengan mengatur waktu penyelesaian dengan tepat dan efektif.
  2. Merencanakan suatu eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah yang diawali dengan mengungkapkan masalah, membuat hipotesis, melakukan percobaan, menafsirkan data, dan menarik kesimpulan.
  3. Membuat diagram venn untuk mempolakan masalah agar mudah membangun pengertian sehingga mudah di pecahkan.
  4. Membuat analogi untuk menjelaskan sesuatu sehingga mudah di pahami, misalnya menjelaskan tentang peristiwa erosi di wujudkan dengan analogi menumpahkan air pada kepala yang tidak berambut, air akan cepat mengalir ke badan.
  5. Menggunakan ketrampilan berpikir dari tingkat rendah hingga berpikir tingkat tinggi untuk menyelesaikan masalah.
  6. Mengkategorikan fakta – fakta yang di pelajari sesuai sifat dan jenisnya untuk memudahkan mengingat.
  7. Merancang suatu pola atau kode, atau simbol untuk mengetahui obyek yang ingin di pelajari.

2. Kecerdasan Bahasa

Merupakan kemampuan menggunakan kata, baik itu verbal maupun tulisan, termasuk keahlian berbahasa. Orang-orang yang kurang dalam penglihatan, pendengaran, atau berbicara akan mengembangkan bahasa dan ketrampilan berkomunikasi dengan cara lainnya.

Kecerdasan ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Menirukan suara, bahasa, membaca, menulis, dari orang lainnya.
  2. Menggunakan ketrampilan menyimak, berbicara, menulis, dan membaca untuk mengingat, berkomunikasi, berdiskusi, menjelaskan, mempengaruhi, menciptakan pengetahuan, menyusun makna, dan menggambarkan bahasa itu sendiri.
  3. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan, atau menerangkan, mengingat yang telah di baca.
  4. Menulis secara efektif, menerapkan aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata yang efektif
  5. Menunjukkan minat dalam jurnalisme, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis, atau menyunting.

Pembelajaran yang dapat membangkitkan kecerdasan linguistik dalam diri pesera didik dengan strategi berikut;

a. Bercerita

Peserta didik akan senang menceritakan kisah yang di miliki kepada temannya sebayanya, sebagian yang lain merasa malu. Mendengarkan cerita melibatkan ketrampilan mendengar dan linguistik.

Metode bercerita bisa diajarkan kepada peserta didik dengan pendahuluan yang menarik, pemilihan karakter, cerita yang di pilih mengandung imajinasi yang bias di bayangkan oleh pendengar, memakai efek suara, tangan dan gerakan tubuh, suara jelas serta ekspresif, dan kontak mata dengan pendengar.

b. Diskusi

Diskusi kelas di gunakan hampir di setiap mata pelajaran dan semua tingkat. Ada beberapa hal yang harus di penuhi agar hasilnya positif dan memuaskan.

Lima tahap diskusi yang harus di perhatikan guru adalah:

  1. Menjelaskan tujuan diskusi dengan menyampaikan apa yang akan dibahas serta perilaku peserta didik yang seharusnya.
  2. Mempertahankan jaannya diskusi, dengan menyampaikan atau meminta sukarelawan untuk mengawali pembicaraan, memastikan bahwa tanggapan didengarkan dengan sopan. Peserta didik bias memakai papan tulis, flip chart, atau mind map.
  3. Mengawasi jalan diskusi supaya topic tidak bergeser dari yang telah ditentukan.
  4. Mengakhiri diskusi dengan merangkum apa yang telah disampaikan, dan menghubungkan dengan pembelajaran kelas lainnya.
  5. Melakukan Tanya jawab mengenai diskusi yang telah dilaksanakan dan meminta peserta didik menyampaikan manfaat yang diperoleh.

c. Merekam dengan tape recorder

Tape recorder digunakan untuk sebagai pengumpul informasi, wawancara, dan dapat digunakan untuk menyediakan informasi.

Peserta didik dapat menggunakan untuk mempersiapkan tulisan, mengolah gagasan, sekaligus membicarakan topic mereka.

Peserta didik yang kurang cakap menulis mungkin bisa merekam pemikiran mereka sebagai mode ekspresi alternative.

Manfaat lain biasa digunakan mengirim surat lisan kepada peserta didik lain untuk menceritakan pengalaman pribadi mereka, dan memperoleh umpan balik tentang sosialisasi di lingkungan kelas.

Jurnal ini dapat dibuat sangat pribadi dan hanya diceritakan pada guru atau dibacakan secara teratur di depan kelas. Jurnal ini dapat merangkum kecerdasan majemuk dengan menggunakan gambar, sketsa foto, dialog, dan data non verbal.

Topic yang ditulis bias bidang umum, spesifik, catatan matematika, gagasan baru, dan mata pelajaran lain.

e. Publikasi

Publikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Tulisan peserta didik dapat difotocopi dan disebarkan. Tulisan – tulisan dapat dijilid dalam bentuk buku dan ditempatkan khusus dikelas atau perpustakaan, dan dipublikasikan di web site sekolah.

Jika memungkinkan membentuk kelompok khusus kepenulisan utuk diskusi buku dan tulisan peserta didik. Apabila peserta didik tahu bahwa orang lain menggandakan, mendiskusikan, bahkan memperdebatkan tulisan mereka, hal itu memotivasi untuk terus mengembangkan keahliannya.

3. Kecerdasan Musikal

Merupakan kecerdasan yang meliputi kepekaan irama, melodi, ataupun warna suara. Kecerdasan ini memilii karakteristik sebagai berikut:

  1. Mendengarkan dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi, termasuk suara manusia, suara dari lingkungan alam, dan mengorganisasikan beberapa jenis suara ke dalam pola yang bermakna.
  2. Mengoleksi musik dan informasi musik dalam berbagai bentuk.
  3. Mengembangkan kemampuan menyanyi dan memainkan instrument secara sendiri atau bersama orang lain.
  4. Dapat memberikan interpretasi mengenai composer dan menganalis serta mengkritik musik terpilih.
  5. Mengungkapkan ketertarikan dalam bidang music seperti penyanyi, pemain instrument music, pengolah suara, produser, guru music, atau konduktor.

Pembelajaran yang dapat mengembangkan kecerdasan musikal di dalam kelas adalah;

a. Irama, lagu dan senandung

Mengambil inti materi pelajaran dan di kemas secara berirama misalnya untuk menghafalkan kata, tabel perkalian dengan lagu popular. Peserta didik di minta untuk menciptakan sendiri lagu untuk merangkum materi yang sudah di pelajari.

b. Diskografi

Menambahkan referensi pembelajaran dengan daftar lagu yang cukup popular misalnya yang berkaitan dengan mengenang pahlawan adalah lagu syukur kemudian meminta peserta didik mendiskusikan lagu
tersebut.

c. Musik supermemori

Peserta didik dapat mengingat informasi ketika mendengar penjelasan guru sambil mendengarkan musik dalam keadaan rileks.

d. Konsep musikal

Nada dan music dapat di gunakan sebagai alat kreatif untuk mengekspresikan konsep pola atau skema pembelajaran dengan bersenandung sampai mengggunakan nada rendah atau tinggi.

e. Music suasana

Menggunakan rekaman musik yang membangun suasana hati misalnya suara alam, music klasik yang bisa membangun kondisi emosional tertentu.

4. Kecerdasan Visual Spasial

Kemampuan untuk mempersepsi & mentransformasikan dunia spasial-visual, berupa kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang & hubungan yang terjadi di dalamnya. Karakteristik kecerdasan visual spasial sebagai berikut:

  • Belajar dengan melihat, mengamati, mengenali wajah – wajah, benda benda , warna, detail – detail, dan pemandangan.
  • Melihat hal atau benda dengan perspektif baru.
  • Merasakan pola – pola yang lembut maupun rumit.
  • Cakap mendesain secara abstrak atau representasional
  • Mengekspresikan ketertarikan menjadi artis, fotografer, teknisi, videographer, arsitek, perancang, pengamat seni, pilot dan lainnya.

Pembelajaran yang di rancang untuk mengaktifkan kecerdasan visual spasial adalah

a. Visualisasi

Penerapan metode ini dengan menciptakan “layar lebar” di benak peserta didik, guru dapat membimbing dengan memejamkan mata dan membayangkan apa yang baru saja mereka pelajari dan diminta untuk
menceritakan kembali.

b. Penggunaan warna

Penggunaan warna untuk memberi penekanan pada pola peraturan atau klasifikasi selama proses pembelajaran, misal warna merah pada semua kata – kata penting yang harus di pahami peserta didik. Warna juga sebagai penghilang stress peserta didik ketika menghadapi hal sulit menemukan makna.

c. Metafora gambar

Metafora gambar adalah pengekspresian gagasan melalui pencitraan visual. Nilai pendidikan metafora ada pembentukan hubungan hal yang sudah di ketahui peserta didik dan yang diajarkan.

d. Sketsa gagasan

Strategi sketsa gagasan ini meminta peserta didik menggambarkan poin kunci, gagasan utama, tema sentral, atau konsep yang di ajarkan, agar cepat dan mudah sketsa tidak harus rapi menyerupai kenyataan.

5. Kecerdasan Kinestetis

Meliputi kemampuan fisik, baik itu kecepatan, kelenturan, kekuatan, dan lain – lain. Karakteristik kecerdasan kinestetik sebagai berikut:

  1. Belajar dengan langsung terlibat
  2. Sensitive dan responsive terhadap lingkungan dan system secara fisik
  3. Mendemostrasikan keseimbangan, ketrampilan, dan ketelitian dalam tugas fisik
  4. Mempunyai kemampuan untuk memperbaiki segala sesuatu dan sempurna secara pementasan fisik.
  5. Mengekspresikan ketertarikan pada karir atlit, penari, ahli bedah, atau pembuat gedung

Pembelajaran di kelas yang dapat mengaktifkan kecerdasan kinestetik adalah;

a. Respon tubuh

Mintalah peserta didik menanggapi pelajaran menggunakan tubuh sebagai media respon misalnya mengangkat tangan, mengangguk, atau tersenyum jika memahami penjelasan guru.

b. Teater kelas

Meminta peserta didik memerankan teks, soal, atau materi lain yang harus di pelajari dengan mendramakan isinya.

c. Konsep kinestetis

Permainan tebak – tebakan yang dil akukan dengan gerakan yang menantang kemampuan peserta didik untuk mengungkapkan pengetahuan dengan cara tidak konvensional.

d. Hands on thinking

Memberi kesempatan peserta didik untuk memanipulasi obyek atau menciptakan sesuatu dari tangan mereka dengan membuat patung, kolase, atau bentuk kerajinan lain.

e. Peta tubuh

Tubuh manusia dapat di gunakan sebagai alat pedagogis yang berguna, missal jari untuk menghitung, dengan menggunakan gerakan fisik akan menginternalisasikan gagasan.

6. Kecerdasan Interpersonal

Kepekaan terhadap ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat serta kemampuan membedakan aneka tanda interpersonal & menanggapinya secara efektif.

Karakteristik kecerdasan interpersonal sebagai berikut:

  1. Terikat dengan orang tua dan berinteraksi dengan orang lain.
  2. Merasakan pikiran, perasaan, motivasi, tingkah laku orang lain.
  3. Mempengaruhi pendapatan dan perbuatan orang lain
  4. Menyesuaiakan diri terhadap lingkungan dan grup yang berbeda
  5. Tertarik pada karir seperti mengajar, pekerjaan social, konseling, manajemen, dan politik.

Pembelajaran di kelas yang mengaktifkan kecerdasan interpersonal adalah;

a. Berbagi rasa dengan teman sekelas

Mengajari teman sebaya kepada teman lain, berbagi pengalaman dengan teman yang berbeda-beda.

b. Kerja kelompok

Kelompok akan efektif jika terdiri atas tiga sampai delapan orang untuk mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda-beda dengan diskusi, menganalisis video, menyusun laporan dan lain sebagainya.

c. Simulasi

Simulasi melibatkan sekelompok orang yang bias bersifat spontan atau improvisasi memainkan skenario yang di buat guru.

7. Kecerdasan Intrapersonal

Merupakan kecerdasan untuk memahami diri sendiri & bertindak sesuai pemahaman tersebut, termasuk juga kecerdasan untuk menghargai diri sendiri.

Karakteristik kecerdasan interpersonal adalah sebagai berikut:

  1. Sadar akan wilayah emosinya
  2. Membangun hidup dengan suatu system nilai etik (agama)
  3. Bekerja madiri
  4. Berusaha untuk mengaktualisasikan diri
  5. Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperuangkan tujuannya.

Pembelajaran di kelas yang dapat mengembangkan kecerdasan intrapersonal adalah:

a. Sesi refleksi satu menit

Sesi ini memberikan waktu pada peserta didik untuk mencerna informasi yang mereka terima, atau menghubungkan informasi dengan peristiwa dalam kehidupan mereka.

b. Moment mengekspresikan perasaan

Selama proses pembelajarn peserta didik harus bias menciptakan momen di mana peserta didik untuk tertwa, merasa marah, mengungkapkan pendapat dengan membuat peserta didik merasa nyaman mengekspresikan emosi di kelas.

c. Sesi perumusan tujuan

Sesi perumusan tujuan yang realistis pada peserta didik baik tujuan jangka pendek atau panjang dengan bimbingan guru.

8. Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan mengenali benda-benda fisik & fenomena alam. Biasanya kecerdasan naturalis ini dimiliki oleh ahli biologi, pecinta alam, aktivis lingkungan, pendaki gunung, dan lainnya.

Karakteristik kecerdasan naturalis sebagai berikut:

  1. Suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan.
  2. Sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka
  3. Suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang.
  4. Menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam.
  5. Suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya.
  6. Berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.

Pembelajaran di kelas yang mengembangkan kecerdasan naturalis adalah;

a. Jalan – jalan di alam terbuka

Cara ini untuk menguatkan materi yang akan di pelajari untuk semua mata pelajaran, misalnya untuk napak tilas perjuangan pahlawan, mempelajari pertumbuhan dan cuaca.

b. Melihat keluar jendela

Untuk mengurangi kebosanan peserta didik di kelas, metode ini dapat di lakukan oleh guru dengan observasi di luar kelas, melakukan pengamatan, dan mencatatat hasilnya.

c. Ekostudi

Strategi ini mengintegrasikan kepedulian peserta didik pada kelangsungan bumi untuk semua mata pelajaran.

G. Kaitan Gaya Belajar Peserta Didik dengan Motivasi

Bapak ibu pernahkah menjumpai ada peserta didik yang kehilangan semangat dalam pembelajaran, tidak fokus pada yang guru sampaikan? Salah satu pedekatan yang membantu memahami motivasi peserta didik adalah model ARCS dari Keller.

Empat aspek mendasar dari motivasi yang bisa di pertimbangkan para guru ketika merancang mata pelajaran:

  1. Perhatian (attention). Mengembangkan mata pelajaran yang para peserta didik anggap menarik dan berharga untuk di perhatikan.
  2. Relevansi (relevance). Memastikan bahwa pengajaran bermakna dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar peserta didik.
  3. Percaya diri (confidence). Merancang mata pelajaran yang membangun ekspektasi peserta didik untuk sukses berdasarkan usaha mereka sendiri.
  4. Kepuasan (satisfaction). Menyertakan ganjaran instrinsik dan ekstrinsik yang peserta didik terima dari pembelajaran.

H. Kaitan Gaya Belajar Peserta Didikdengan faktor–faktor Fisiologis

Bapak ibu guru, faktor – faktor yang terkait dengan perbedaan gender, kesehatan, dan kondisi lingkungan juga mempengaruhi pembelajaran. Peserta didik lelaki dan perempuan cenderung merespon secara berbeda terhadap berbagai pengalaman sekolah.

Misalnya peserta didik lelaki cenderung agresif dan kompetitif daripada peserta didik perempuan dan akibatnaya respon lebih baik terhadap permainan kompetitif, sementara peserta didik perempuan cenderung lebih menyukai aktivitas belajar diskusi dan berbagi gagasan.

Hal lain yang harus di pertimbangkan adalah hirarki kebutuhan dari Maslow saat menganalisis kebutuhan peserta didik. Jika kebutuhan dasar peserta didik seperti rasa lapar, suhu, kebisingan, cahaya, dan waktu dalam sehari tidak di perhatikan, secara mental kurang mendapat aktivitas belajar yang bermakna.

Anda akan dapati bahwa para peserta didik anda memiliki preferensi dan toleransi yang berbeda terkait dengan faktor – faktor tersebut. Lingkungan menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat mendukung agar suasana pembelajaran menjadi kondusif.

Baca Juga: Cara Mengetahui Gaya Belajar Siswa

Berikut ini adalah teknik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang baik;

1. Gunakan Lingkungan sekeliling sebagai alat pembelajaran

Lingkungan kelas berpengaruh pada kemampuan peserta didik untuk berfokus dan menyerap informasi. Peningkatan seperti poster ikon dapat menampilkan isi pelajaran secara visual. Sementara poster afirmasi menguatkan dialog internal peserta didik karena isi dari poster afirmasi mengandung suatu motivasi dalam belajar. Penggunaan warna dapat membantu dalam penguatan pembelajaran, karena otak berpikir dalam warna.

2. Gunakan Alat bantu Pembelajaran

Alat bantu merupakan benda yang dapat mewakili suatu gagasan, misalnya:

  1. Boneka: mewakili tokoh dalam karya sastra.
  2. Bola lampu: menandakan di mulainya brainstorming , atau menyoroti ide cemerlang
  3. Panah: secara visual menunjukan “poin” yang di maksud.
  4. Kacamata besar: menunjukan pengambilan perspektif yang berbeda.
  5. Topi Sherlock Holmes: menandakan pemikiran deduktif.

3. Pengaturan Bangku tempat duduk Peserta didik

Di sebagian besar ruangan kelas, bangku peserta didik dapat di susun untuk mendukung tujuan belajar bagi pelajaran apapun. Adapun beberapa pilihan dalam mengatur bangku kelas:

  • Setengah lingkaran: untuk diskusi kelompok besar yang di pimpin seorang fasilitator, yang menulis gagasan pada media yang di sediakan.
  • Merapatkan bangku ke dinding jika member tugas individu dan mengosongkan pusat ruangan untuk member petunjuk kepada kelompok kecil ataumengadakan diskusi kelompok besar sambil duduk di lantai.
  • Menggunakan kursi lipat agar lebih fleksibel.

Sumber Tulisan : Modul PPG dalam Jabatan Tahun 2019.

Baca Juga: Teori-teori Belajar

Demikian, semoga bermanfaat.
Salam Sehat.
Ditulis di My Coffee Makassar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index