Fitrah Manusia adalah

Fitrah Manusia

HermanAnis.com – Teman-teman semua, mari lanjutkan belajar filsafat kita. Kali ini kita akan membahas satu topik dalam belajar filsafat yakni Fitrah Manusia adalah sebagai mahluk Intelek, sebagai mahluk Sosial, sebagai mahluk Tuhan, dan sebagai Mahluk Bekerja.

Baca Juga: Era Gemilang Sains yang Terlupakan

Semoga teman-teman masih dianugerahi istikhomah, dianugrahi keterbukaan hati untuk selalu siap belajar, tambah ilmu, tambah wawasan di tengah banyaknya di sekitar kita, atau kita sendiri sekarang ini, orang-orang yang sudah berhenti belajar. Merasa sudah tahu, merasa sudah bisa, merasa sudah mampu, merasa dirinya sudah sampai pada titik yang terbaik. Sehingga tidak mau lagi belajar, inginnya mengajari orang, dan inginnya menilai orang.

Alhamdulillah di tengah situasi yang semacam ini, kita masih siap belajar, kita masih terbuka hati kita untuk menambah wawasan terus-menerus. Pada ngaji filsafat kali ini, yang belajar hanya temen-temen, saya juga belajar.

Jadi terima kasih masih banyak teman-teman yang mengikuti ngaji ini. Itu alamat saya juga di tuntut untuk banyak belajar terus. Makanya forum ngaji kita ini, saya lensebab belajar bersama Hai

Dalam tulisan kali ini kita akan bahas apa saja yang menjadi fitrah manusia? Dengan memahami hal tersbut, teman-teman dapat mengembangkan pemahamannya dalam menjawab pertanyaan, Bagaimana konsep fitrah dalam Islam? atau Apa itu fitrah manusia bertauhid? dan sebagainya.

Baik, kita mulai tema kita kali ini yaitu tentang fitrah manusia. Mulai dari manusia sebagai mahluk intelek, manusia sebagai mahluk sosial, manusia sebagai mahluk yang bekerja, dan manusia sebagai mahluk Tuhan.

Baca Juga: Etika Menurut Socrates

Apa itu Fitrah Manusia?

Fitrah manusia atau identitas kodrati manusia yang banyak di bahas dalam kajian-kajian tentang manusia, atau filsafat manusia. Identitas kodrati manusia dapat di kategorikan dalam empat klaster, yaitu sebagai:

  • Pertama, sebagai mahluk Intelek
  • Kedua, sebagai mahluk Sosial
  • Ketiga, sebagai mahluk Tuhan, dan
  • Keempat, adalah sebagai Mahluk Bekerja

1. Fitrah Manusia adalah sebagai Mahluk Intelek

Fitrah manusia yang pertama adalah manusia itu adalah makhluk yang rasional, animal rasional. Kadang-kadang di sebut sebagai makhluk yang intelek, punya intelegensi. Tidak persis sama dengan makhluk-makhluk yang lain.

Inilah anugrah luar biasa dari Allah SWT pada manusia. Identitas pertama ini, makhluk yang intelek. Pada bagian makhluk intelek ini, manusia sering di sebut,

  • Homo Sapiens (berpikir)
  • Kedua, Homo Mensura (penilai)
  • Homo Raccentis (merasa)
  • Keempat, Homo Volens (berkeinginan)
  • Homo Educandum (dapat dididik)

a. Homo Sapiens (berpikir)

Pada bagian mahluk intelek ini, manusia itu sering di sebut yang pertama yaitu manusia di sebut sebagai homo sapiens. Homo ini dari bahasa Latin, yang artinya manusia, dia merujuk pada satu jenis kera besar.

Homo sapiens adalah manusia yang bisa berfikir, ini yang berbeda dengan makhluk-makhluk. Ini salah satu Fitrah atau kodratnya manusia bahwa dia adalah makhluk yang berpikir.

Baca juga: Apa itu Berpikir Kritis?

Homo sapiens kadang-kadang di terjemahkan sebagai animal rasional. Jadi bukan hanya makhluk, tapi binatang yang berfikir.

b. Kedua, Homo Mensura (penilai)

Hakekat manusia yang kedua dari bagian manusia sebagai makhluk intelek adalah homo mensura. Homo mensura adalah satu konsep yang di kemukakan seorang filosof Yunani, Protagoras.

Homo mensura itu, makna adalah, manusia adalah makhluk yang menilai, makhluk penilai. Maksudnya bukan seperti dosen-dosen atau guru-guru memberi nilai muridnya.

Maksudnya, manusia itu adalah yang menetapkan semua standar-standar nilai dalam hidup ini. Manusia itu dalam hidupnya selalu memberi nilai, apakah itu kebenaran, keadilan, hukum, dan lain sebagainya.

Sumber nilai mungkin bisa dari mana-mana, tapi yang memutuskan dan menetapkan nilai itu adalah manusia. Jadi kitakan, selalu ketika melihat sesuatu, kita tidak pernah berhenti menilai. Ini namanya Homo Mensurah.

Ohh, itu baik, kalau ini tidak masuk akal. Ohh, kalau yang itu masuk akal sih, tapi tidak pantes begitu. Kita tiap hari yang dalam hidup ini serba menilai.

Tidak pernah atau jarang berhenti, hanya pada data dari panca indera, kita seringkali menilai. Makanpun kita menilai, ini enak ini, ini tidak enak. Kita selalu menilai, itulah hakekat manusia sebagai makhluk intelek yang kedua.

c. Homo Raccentis (merasa)

Hakekat manusia yang ketika dari bagian manusia sebagai makhluk intelek adalah Homo Raccentis. Homo Raccentis ini, memandang manusia sebagai makhluk yang merasa, punya perasaan. Jadi di antara khasnya manusia itu, dia punya kepekaan rasa, ini namanya homo Raccentis.

d. Keempat, Homo Volens (berkeinginan)

Hakekat manusia yang keempat dari bagian manusia sebagai makhluk intelek adalah Homo volens. Homo volens ini manusia itu makhluk yang berkeinginan. Jadi manusia itu tidak pernah puas di satu titik, dia ingin yang baru, menciptakan lagi, berkeinginan lagi, itu manusia sebagai homo volens.

e. Homo Educandum (dapat dididik)

Hakekat manusia yang keempat dari bagian manusia sebagai makhluk intelek adalah homo educandum. Homo educandum adalah manusia itu adalah makhluk yang dapat dididik.

Seperti apa karakter seseorang, seperti apa kepribadian, keterampilan dan lain sebagainya. Itu bisa di tanamkan pada manusia dan bisa sukses, karena manusia itu punya karakter bisa dididik. Kita hidup bisa di latih apa saja, sesuai ideal-ideal atau cita-cita yang kita inginkan.

Kita ingin menjadi orang ini, atau menjadi orang seperti itu, atau membentuk karakter kita begini, atau begitu. Itu pasti bisa, asal kita terbuka untuk di latih, untuk melatih diri, atau untuk dididik. Karena memang pencirinya manusia itu homo educandum.

Tidak ada manusia yang paket jadi. Jadi manusia itu perlu di sosialisasikan, dididik, di bentuk, dan lain sebagainya. Ini bagian dari manusia yang sebagai makhluk yang berpikir.

Fitrah Manusia adalah - Manusia sebagai Mahluk Intelek, Mahluk Sosial, Mahluk Bekerja dan Mahluk Tuhan

Baca Juga: 15 Prinsip Dasar Kepemimpinan menurut Aristoteles

2. Sebagai Mahluk Sosial

Hakekat atau fitrah manusia yang kedua adalah sebagai mahluk sosial. Kalau ini teman-teman pasti sering dengar. Pada bagian dari manusia sebagai makhluk sosial, ada,

  • homo socius (bergaul),
  • Kedua homo economicus (memenuhi kebutuhan), dan
  • homo concord (beradaptasi)

Yang pertama homo socius, homo socius itu sebagai makhluk yang membutuhkan yang lain. Perlu bergaul, berinteraksi dengan yang lain. Disadari atau tidak sadari.

Yang kedua homo economicus, homo economicus itu manusia sebagai makhluk yang senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Manusia itu makhluk yang berkebutuhan, baik kebutuhan yang sifatnya asali maupun kebutuhan yang memang di ciptakan sendiri, sesuai keinginan-keinginan tadi.

Manusia itu terkadang ingin ini, ingin itu, dan itu bisa bertambah terus. Ini berbeda dengan hewan, kalau hewan hanya insting saja. Sudah makan, sudah kenyang, ya sudah.

Kalau manusia, tidak cukup hanya itu. Dia bisa menetapkan sendiri, “saya butuh ini, butuh itu”, karena manusia homo economicus.

Kemudian homo concord, manusia itu makhluk yang mampu beradaptasi. Jadi, kalau teman-temen mencermati, betapa beragamnya hidup ini. Misalnya, ada yang sangat kaya, ada yang sangat miskin, ada yang begitu gembira hidupnya, ada yang mendapat ujian sangat berat.

Dulu kita sempet di jajah 350 tahun oleh Belanda. Itupun ternyata tidak kiamat, kita tetap bisa beradaptasi. Karena memang di antara kekhususan fitrah manusia itu adalah kemampuannya beradaptasi mnghadapi situasi apapun, kemampuannya untuk Survive.

3. Sebagai Mahluk Bekerja

Fitrah manusia yang terakhir adalah manusia itu makhluk yang bekerja. Identitas manusia sebagai mahluk yang bekerja terdiri dari tiga yaitu,

  • homo mekanikus (bergerak teratur),
  • kedua, homo faber (bekerja/berkarya), dan
  • Homo ludens (bermain).

a. Homo mekanikus (bergerak teratur)

Manusia sebagai mahluk yang bekerja yang pertama adalah homo mekanikus. Manusia itu mahluk beraktivitas, yang cirinya adalah homo mekanikus. Gerakan manusia itu teratur, adanya polanya. Sehingga bisa di prediksi, tidak acak. Ini namanya homo mekanikus. Teman-teman boleh memahami ritme mekanika hidupnya masing-masing.

b. Homo faber (bekerja/berkarya)

Manusia sebagai mahluk yang bekerja yang pertama adalah homo mekanikus. Istilah homo faber itu dari bahasa latin. Homo dari bahasa Latin yang artinya manusia. Faber itu artinya menghasilkan sesuatu, menciptakan sesuatu, membuat sesuatu. Jadi manusia itu makhluk yang menciptakan sesuatu, membuat sesuatu, menghasilkan sesuatu.

Makanya homo faber ini sering di terjemahkan sebagai makhluk yang bekerja. Setidaknya ada 7 makna manusia sebagai homo faber:

  • Homo Faber merupakan sebuah konsep yang menggambarkan manusia sebagai pekerja,
  • Kemampuan manusia di ukur berdasarkan prestasi kerjanya, maupun apa yang di hasilkan oleh mannusia tersebut,
  • Manusia mampu mengenal dirinya melalui apa yang mereka kerjakan,
  • Nilai-nilai kehidupan manusia di temukan melalui apa yang mereka kerjakan,
  • Manusia tidak mempunyai arti untuk hidup, jika ia tidak mengejakan apapun,
  • Perkembangan maupun perubahan yang terjadi dalam diri manusiapun di nilai dari produktivitas atau hasil akhir dari pekerjaan yang di lakukan oleh manusia tersebut, dan
  • Dunia atau alam semesta akhirnya pun bisa di ukur karena perkembangan teknologi yang merupakan bagian dari pekerjaan manusia.

c. Homo Ludens (bermain)

Manusia sebagai mahluk yang bekerja yang ketiga adalah homo ludens. Manusia adalah mahluk yang bermain.

Fitrah Manusia adalah - Manusia sebagai Mahluk Intelek, Mahluk Sosial, Mahluk Bekerja dan Mahluk Tuhan

Baca Juga: Kata kata Bijak Lao Tzu

4. Fitrah Manusia adalah sebagai Mahluk Tuhan

Hakekat atau fitrah manusia yang ketiga adalah sebagai mahluk tuhan. Manusia itu sebagai makhluk tuhan, ciptaan tuhan. Kalau di filsafat ada dua homo yang pertama homo viator (mencari jati diri) dan homo religius (mengabdi pada tuhan).

Fitrah manusia sebagai mahluk tuhan yang pertama adalah homo viator. Homo viator ini menganggap manusia itu adalah makhluk yang senantiasa mencari jati diri. Siapa aku, hakekat hidupku ini apa, apa makna kehadiranku di muka bumi ini?

Apa yang teman-teman lakukan sekarang ini, membaca artikel ini, itu hakekatnya dorongan Fitrah kita sebagai manusia yang berciri homo viator. Makhluk yang mencari jati diri.

Yang kedua homo religius. Ini mungkin sering kita dengar, bahwa dalam manusia itu ada dorongan fitrah dalam dirinya untuk beragama atau bertuhan. Oleh, karena dia punya penciri homo religius.

Dari sini, mungkin teman-teman sudah punya gambaran untuk lebih jauh memahami tentang fitrah manusia dalam islam, atau fitrah manusia dalam pendidikan islam, atau fitrah manusia menurut Al- Qur’an. Silahkan teman-teman kembangkan! Jika ada yang perlu di diskusikan, silahkan tulis di kotak komentar.

Terima kasih telah membaca artikel ini,
Semoga bermanfaat.

Sumber: Ngaji Filsafat Bersama Ustad Fahruddin Faiz.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index