Berpikir Kreatif: Pengertian, Indikator, Ciri ciri, dan Cara Berpikir Kreatif

Berpikir Kreatif: Pengertian, Indikator, Ciri ciri, dan bagaimana cara berpikir kreatif?

HermanAnis.com – Teman-teman semua, dalam tulisan kali ini kita akan membahas satu topik dalam keterampilan berpikir yakni, berpikir kreatif: Pengertian, Indikator, Ciri ciri, dan Cara Berpikir Kreatif. Pembahasan akan di fokuskan untuk menjelaskan pengertian, indikator, ciri ciri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dan cara untuk berpikir kreatif.

Baca Juga: Peluang dan Tantangan Guru di Era Digital: Mendukung Kecakapan Hidup Abad 21 Peserta Didik

Berpikir merupakan suatu aspek dari eksistensi manusia. Kemampuan untuk mewujudkan eksistensinya itu ialah dengan jalan proses berpikir. Proses berpikir itu dapat berwujud di dalam dua bentuk, yaitu proses berpikir tingkat rendah dan proses berpikir tingkat tinggi.

Berpikir Kreatif adalah sebuah proses yang mengembangkan ide-ide yang tidak biasa dan menghasilkan pemikiran yang barubyang memiliki ruang lingkup yang luas. Berpikir kreatif dapat menghasilkan pemikiran yang bermutu, proses kreatif tersebut tentunya tidak dapat di laksanakan tanpa adanya pengetahuan yang di dapat dengan pengembangan pemikiran dengan baik.

Baca Juga: Perbedaan Kreativitas, Penemuan dan Inovasi

Penjelasan selengkapnya sebagai berikut!

A. Pengertian Berpikir menurut Ahli

Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21 di perlukan sumber daya manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai budaya, kemampuan komunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life long leaning) (Trilling and Hood, 1999).

Galbreath (1999) mengemukakan bahwa pada abad pengetahuan, modal intelektual khususnya kecakapan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) merupakan kebutuhan sebagai tenaga kerja yang handal.

Sejalan dengan itu Rindel (1999) mengemukakan, siswa perlu melek terhadap sains, mampu memahami materi pelajaran, mampu memanfaatkan informasi, dan mampu berkreativitas diperlukan kecakapan berpikir. Olehnya itu dalam proses pembelajaran, siswa perlu di latih tentang kecakapan berpikir.

Kecakapan atau keterampilan berpikir selalu berkembang dan dapat dipelajari. Keterampilan berpikir ini dapat di bedakan menjadi keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks.

Proses berpikir dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung sekumpulan proses mental dari yang sederhana menuju yang kompleks. Aktivitas berpikir yang terdapat dalam berpikir rasional diantaranya adalah aktivitas menghafal, membayangkan, mengelompokkan, menggeneralisasikan, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis, mensintesis, mendeduksi, dan menyimpulkan.

Sedangkan aktivitas dalam berpikir kompleks di antaranya yakni; menemukan hubungan, menghubungkan sebab dan akibat, mentransformasi, mengklasifikasi, dan memberikan kualifikasi.

Lebih lanjut, Maxwell (2004) mengemukakan bahwa berpikir dapat di definisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Berpikir merupakan suatu kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang telah di peroleh melalui indra dan di tujukan untuk mencapai kebenaran.

Selain itu, berpikir sebagai segala aktivitas mental yang membantu merumuskan atau memecahkan masalah, membuat keputusan, atau memenuhi keinginan untuk memahami; berpikir adalah sebuah pencarian jawaban, sebuah pencapaian makna.

Sementara berpikir menurut Solso adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang di mulai dengan adanya masalah. Menurutnya, berpikir adalah sebuah proses di mana representasi mental baru di bentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan pemecahan masalah.

Baca Juga: Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Pembelajaran

B. 3 Pandangan dasar tentang berpikir

Pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang berpikir, yaitu: (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam pikiran tetapi dapat di perkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem kognitif, dan (3) berpikir di arahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan masalah atau di arahkan pada solusi.

Atau, secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Aktivitas berpikir merupakan aktivitas penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang di simpan dalam long term memory.

Proses berpikir merupakan salah satu rangkaian dalam mekanisme penafsiran terhadap stimuli. Dalam berpikir semua proses kognitif di libatkan, mulai dari sensasi, persepsi dan memori.

Pengertian Berpikir Kreatif, Indikator Berpikir Kreatif, Ciri ciri Berpikir Kreatif, bagaimana cara berpikir kreatif, dan faktor yang mempengaruhi Berpikir Kreatif:

Secara garis besar, terdapat dua macam cara berpikir, yaitu cara berpikir autistik dan cara berpikir realistik.

1. Berpikir autistik

Berpikir autistik seringkali di sebut sebagai mengkhayal, melamun atau berfantasi. Dengan berpikir autistik orang melarikan diri dari kenyataan, melihat hidup sebagai gambar-gambar yang fantastik.

2. Berpikir realistik

Sebaliknya, berpikir realistik di sebut sebagai nalar (reasoning), yaitu berpikir secara logis, berdasarkan fakta-fakta yang ada dan menyesuaikan dengan dunia nyata, beserta semua dalil/hukumhukumnya. Nah, berpikir realistik dapat di lakukan dengan tiga cara, yaitu :

a. Berpikir deduktif

Berpikir deduktif adaiah proses berpikir yang rnenerapkan kenyataan-kenyataan yang berlaku umum kepada hal-hai yang bersifat khusus. Kesimpulan yang di hasilkan dalam berpikir deduktif di mulai dari hal-hal umum menuju hal-hal khusus.

b. Berpikir induktif

Berpikir induktif justru sebaliknya, di mulai dari hal-hal khusus kemudian di tarik kesimpulan secara umum. Kesimpulan yang di hasilkan dalam berpikir induktif merupakan generalisasi dari halhal khusus.

c. Berpikir evaluatif.

Berpikir evaluatif adalah dengan menilai baik-buruknya atau tepat-tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, seseorang tidak menambah atau mengurangi gagasan, tetapi menilainya berdasarkan kriteria tertentu.

Untuk melatih kemampuan berpikir siswa, seorang pendidik dapat melatih siswanya dengan cara menunjukkan cara berpikir melalui semua mata pelajaran. Memberikan contoh-contoh kasus cara berpikir yang baik, memberikan masalah yang menuntut siswa berpikir, dan menerapkan keterampilan untuk mengambil keputusan.

C. Tujuan Berpikir

Paling tidak ada tiga tujuan yang Ingin di capai melalui berpikir, yaitu:

1. Untuk mengambil keputusan (Decision Making)

Decision making memiliki tiga ciri, yaitu : (1) Keputusannya adalah hasil dari suatu usaha intelektual, (2) Keputusannya melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, (3) Melibatkan tindakan nyata.

2.Untuk memecahkan pesoalan (Problem Solving)

Problem solving di lakukan melalui enam tahap, yaitu:

  1. Identifikasi masalah menggaliingatan memahami situasi.
  2. Mencari jawaban dan kesimpulan.
  3. Mencoba dengan penyelesaian mekanis (trial & error).
  4. Menemukan pemecahan masalah (insight solution).

Problem solving juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor personal, faktor situasional (mudah sulitnya masalah, masalahnya baru sekali di hadapi/sudah terbiasa, pentingnya masalah, kompleks sederhananya masalah) dan faktor sosio-psikoiogis (motivasi, kebiasaan, emosi, sikap, dsb).

3. Untuk menciptakan gagasan baru (Create Ideas)

Berpikir kreatif memiliki paling tidak dua sifat, yaitu: melibatkan/menghasilkan respons atau gagasan baru bersifat orisinal. Salah satu ciri berpikir kreatif adalah di gunakannya pola berpikir divergen, yaitu dengan menghasilkan sejumlah kemungkinan (alternatif). Pola berpikir divergen dapat di ukur dari ciri-cirInya, yaitu: Fluency, Flexibility, Originality.

Dalam berpikir, selalu di gunakan simbol. Simbol tersebut adalah sesuatu yang dapat mewakili segala hal dalam alam pikiran. Misalnya perkataan buku adalah simbol uang mewakili benda yang terdiri dari lembaranlembaran kertas yang dijilid dan tertulis huruf-huruf.

Di samping kata-kata, bentuk-bentuk simbol antara lain angka-angka dan simbol matematika, simbol yang di pergunakan dalam peraturan lalu lintas, not musik, mata uang, dan sebagainya.

Untuk mengarahkan jalan pikiran kepada pemecahan persoalan, maka terlebih dahulu di perlukan penyusunan strategi. Ada dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan:

  1. Strategi menyeluruh yaitu di sini persoalan di pandang sebagai suatu keseluruhan dan di pecahkan untuk keseluruhan itu.
  2. Strategi detailistis merupakan strategi di mana persoalan di bagi-bagi dalam bagian-bagian dan di pecahkan bagian demi bagian.

4. Kesulitas dalam memecahkan masalah

Kesulitan dalam memecahkan persoalan dapat ditimbulkan oleh:

  1. Pemecahan persoalan yang biasanya berhasil cenderung di pertahankan pada persoalan-persoalan yang berikutnya. Padahal belum tentu persoalan berikut itu dapat di pecahkan dengan cara yang sama. Dalam hal ini akan timbul kesulitan-kesulitan terutama kalau orang yang bersangkutan tidak mau mengubah dirinya.
  2. Sempitnya pandangan. Sering dalam memecahkan persoalan, seseorang hanya melihat satu kemungkinan jalan keluar. Meskipun ternyata kemungkinan yang satu ini tidak benar, orang tersebut akan mencobanya terus, karena ia tidak melihat jalan keluar yang lain. Tentu saja ia akan mengalami kegagalan. Kesulitan seperti ini disebabkan oleh sempitnya padangan orang tersebut. Sehingga tidak dapat melihat adanya beberapa kemungkinan jalan keluar.

Melalui penggambaran ini, terlihat bahwa, berpikir pada dasarnya adalah proses psikologis kemampuan berpikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda.

Jika demikian, yang perlu di upayakan dalam proses pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek didik untuk berpikir.

Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.

Tujuan berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering di kemukakan bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.

Berpikir Kreatif: Pengertian, Indikator, Ciri ciri, dan Cara Berpikir Kreatif

D. Pengertian kreatif dan kreativitas

Kata “Kreatif” merupakan kata yang berasal dari bahasa Inggris To Create, yang searti dengan:

  • Combine (menggabungkan)–penggabungan suatu hal dengan hal lain
  • Reverse (membalik)–membalikan beberapa bagian atau proses
  • Eliminate (menghilangkan)–menghilangkan beberapa bagian
  • Alternatif (kemungkinan)–menggunakan cara, dengan yang lain.
  • Twist (memutar)–memutarkan sesuatu dengan ikatan
  • Elaborate (memerinci)–memerinci atau menambah sesuatu

Menurut Sternbergam, seseorang yang kreatif adalah seorang yang dapat berpikir secara sintesis, dapat melihat hubungan-hubungan, menganalisis ide-idenya sendiri serta mengevaluasi nilai ataupun kualitas karya pribadinya, mampu menterjemahkan teori dan hal-hal yang abstrak ke dalam ide-ide praktis, sehingga individu mampu meyakinkan orang lain mengenai ide-ide yang akan di kerjakannya.

Kreatif seringkali juga dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi kreatif. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, walaupun memang dalam kenyataannya terlihat bahwa orang-orang tertentu memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide baru dengan cepat dan beragam.

Sementara itu, dalam Munandar (1999), kreativitas didefinisikan sebagai sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.

Menurut Drevdahl kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya. Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman.

Kreativitas harus mempunyai maksud tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun merupakan hasil yang sempurna dan lengkap yang dapat berbentuk produk seni, kesusasteraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural atau metodologis.

Berdasarkan uraian tersebut, maka maka dapat disimpulkan bahwa, kreatif adalah suatu kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang belum pernah ada sebelumnya.

Sementara kreativitas adalah proses seseorang untuk menghasilkan inovasi. Dengan kata lain bahwa, kreativitas adalah hasil dari proses kreatif yang menghasilkan inonvasi.

E. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif dapat dianggap sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat di terapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

Berpikir kreatif merupakan ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif inilah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut.

Atau, berpikir kreatif adalah kemampuan individu untuk memikirkan apa yang telah di pikirkan semua orang, sehingga individu tersebut mampu mengerjakan apa yang belum pernah di kerjakan oleh semua orang. Produk berpikir kreatif kadang terletak pada inovasi yang membantu diri sendiri untuk mengerjakan hal-hal lama dengan cara yang baru.

Maxwell (2004) berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah suatu kemampuan seseorang untuk menciptakan ide atau gagasan baru sehingga membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagi tujuan dalam hidupnya. Proses berpikir kompleks di kenal sebagai proses berpikir tingkat tinggi. Proses berpikir kompleks (berpikir tingkat tinggi) ini di bedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental seperti dalam memecahkan masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making), analisis asumsi (analyzing asumtion), dan inkuiri sains (scientific inquiry).

Johnson (2002); Krulik & Rudnick (1996) mengemukakan berpikir kreatif, menggunakan dasar proses berpikir untuk mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.

Berpikir kreatif (yang menjadi bahasan pada bahasan ini) adalah aktivitas mental untuk mengembangkan atau menemukan ide-ide asli (orisinil), estetis, konstruktif yang berhubungan dengan pandangan konsep, dan menekankan pada aspek berpikir intuitif dan rasional.

Menurut Parkin (1995), berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Sementara menurut Gagne (1980), berpikir adalah kegiatan mental dalam memecahkan masalah. Lebih lanjut kemudian, Liliasari (2000) membedakan kemampuan berpikir dasar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Buzan (2005) mengemukakan bahwa kreativitas begitu penting agar menjadi yang terbaik, baik di sekolah, kampus, perusahaan, masyarakat, dan di tempat lain. Mengapa orang di seluruh dunia mengeluh bahwa pikiran mereka menjadi kosong ketika di minta mengemukakan gagasan orisinal atau jawaban yang inovatif?

Penjelasan sederhananya bahwa orang tidak menggunakan seluruh kekuatan otaknya. Umumnya, rata-rata orang menggunakan kurang dari satu persen otak mereka dalam bidang-bidang kreativitas, ingatan, dan pembelajaran.

Bila orang dapat menggunakan kekuatan otaknya mencapai 20 persen, 40 persen atau bahkan 100 persen ini akan memberikan hasil kreativitas yang luar biasa. Untuk mengoptimalkan potensi otak dalam menghasilkan suatu yang kreatif, mind map memberikan latihan untuk itu. Berpikir kreatif memberikan dukungan kepada peserta didik sehingga peserta didik lebih terpacu untuk lebih kreatif.

Sani (2014) mengemukakan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan mengembangkan ide yang tidak biasa, berkualitas, dan sesuai tugas. Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir kreatif dapat mengembangkan daya pikir yang mencangkup wawasan dengan unsur-unsur yang luas. Salah satu proses berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kreatif.

Pada hakikatnya, pengertian berpikir kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada. Secara tradisional kreativitas di batasi sebagai mewujudkan sesuatu yang baru dalam kenyataan.

Sesuatu yang baru itu mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku, suatu bangunan misalnya gedung, dan hasil lainnya. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap satu masalah yang penekananya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

Kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, di tandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.

Sabandar menyatakan bahwa berpikir kreatif adalah suatu kemampuan berpikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang di hadapi, bahwa situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin harus di selesaikan.

Sejalan dengan itu, Papu mengemukakan bahwa kreativitas memuat empat proses utama yaitu: eksplorasi, menemukan, memilih, dan menerapkan. Berpikir kreatif dapat menghasilkan pemikiran yang bermutu.

Sementara menurut Susanto (2013) berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran, fleksibelitas, dan elaborasi.

Lebih lanjut kemudian, Suryadi dan Herman (2008) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu proses berpikir untuk mengungkapkan hubungan-hubungan baru, melihat sesuatu dari sudut pandang baru, dan membentuk kombinasi baru dari dua konsep atau lebih yang sudah di kuasai sebelumnya.

Kemampuan berpikir kreatif membantu peserta didik menciptakan ide-ide baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menyelesaikan permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.

Manusia yang kreatif selalu berusaha untuk memberi makna pada proses belajarnya. Salah satu hal yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam dirinya dan keinginan untuk maju.

Kemampuan Berpikir kreatif merupakan salah satu ciri kognitif dari kreativitas. Selain memiliki pikiran yang terbuka, pemikir kreatif membangun hubungan di antara hal-hal yang berbeda. Membangun hubungan adalah hal yang alami bagi manusia.

Berpikir kreatif membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:

  1. Mengajukan pertanyaan.
  2. Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka.
  3. Membangun keterkaitan, khususnya di antara hal-hal yang berbeda.
  4. Menghubung-hubungkan berbagai hal dengan bebas.
  5. Mendengarkan intuisi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang di latih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan, dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.

F. Indikator Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Baer (1993) mengemukakan indikator berpikir kreatif terdiri dari:

  1. lancar, adalah kemampuan menghasilkan banyak ide,
  2. luwes, adalah kemampuan menghasilkan ide-ide yang bervariasi,
  3. orisinal, adalah kemampuan menghasilkan ide baru atau ide yang sebelumnya tidak ada, dan
  4. memerinci, adalah kemampuan mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga di hasilkan ide yang rinci atau detail.

Baer (1993) mengemukakan kreativitas seseorang di tunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap, pembawaan atau kepribadian, atau kecakapan dalam memecahkan masalah. Menurutnya berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen.

Sementara, Marzano, et al. (1988) mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif sebagai berikut.

  1. Kreativitas berkaitan erat antara keinginan dan usaha. Untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif memerlukan usaha.
  2. Kreativitas menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada. Orang yang kreatif berusaha mencari sesuatu yang baru dan memberikan alternatif terhadap sesuatu yang telah ada. Pemikir kreatif tidak pernah puas terhadap apa yang telah di temukan. Mereka selalu ingin menemukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien.
  3. Kreativitas lebih memerlukan evaluasi internal di bandingkan eksternal. Pemikir kreatif harus percaya pada standar yang telah di tentukan sendiri.
  4. Kreativitas meliputi ide yang tidak di batasi. Pemikir kreatif harus bisa melihat suatu masalah dari berbagai aspek (sudut pandang) dan menghasilkan solusi yang baru dan tepat, dan
  5. Kreativitas sering muncul pada saat sedang melakukan sesuatu. Seperti Mendeleyev menemukan susunan berkala unsur-unsur pada saat mimpi. Archimedes menemukan hukumnya saat sedang mandi.

G. Ciri ciri Berpikir Kreatif

Sund berpendapat bahwa individu dengan potensi kreatif dapat di kenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Hasrat keingintahuan yang cukup besar.
  2. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru.
  3. Panjang / banyak akal.
  4. Keingintahuan untuk menemukan dan meneliti.
  5. Cenderung menyukai tugas yang berat dan sulit
  6. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan.
  7. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas.
  8. Berpikir fleksibel
  9. Menanggapi pertanyaan yang di ajukan serta cenderung memberi jawaban lebih banyak.
  10. Kemampuan membuat analisis dan sintesis.
  11. Memiliki semangat bertanya serta meneliti.
  12. Mempunyai daya abstraksi yang cukup baik.
  13. Memiliki latar belakang membaca yang cukup luas.

Manusia yang kreatif selalu berusaha untuk memberi makna pada proses belajarnya. Salah satu yang mendorong manusia untuk belajar adalah adanya sifat kreatif dalam dirinya dan keinginan untuk maju.

Dalam Munandar (1999), ciri-ciri berpikir kreatif pada siswa:

  1. Keterampilan Berpikir Lancar. Perilaku mengajukan banyak pertanyaan, menjawab jika ada pertanyaan, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya.
  2. Keterampilan Berpikir Luwes (Fleksibel). Perilaku anak yang memberikan aneka ragam penggunaan yang tidak lazim terhadap suatu objek, memberikan macam-macam penafsiran (interpretasi) terhadap suatu gambar; cerita; atau masalah, memberi pertimbangan terhadap siuasi; yang berbeda dari yang di berikan orang lain.
  3. Keterampilan Berpikir Orisinal. Perilaku anak memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain.
  4. Keterampilan Memperinci (Mengelaborasi). Perilaku anak mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain.
  5. Ketrampilan Menilai (Mengevaluasi). Perilaku anak menentukan pendapat sendiri mengenai suatu hal.
  6. Memiliki Rasa Ingin Tahu. Dilihat dari bagaimana perilaku anak mempertanyakan segala sesuatu.
  7. Bersifat Imajinatif. Perilaku anak membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah di kunjungi atau tentang kejadian-kejadian yang belum pernah di alami.
  8. Merasa Tertantang Oleh Kemajemukan. Perilaku anak mencari penyelesaian suatu masalah tanpa bantuan orang lain.
  9. Memiliki Sifat Berani Mengambil Resiko.
  10. Memiliki Sifat Menghargai.

H. Cara Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif mempunyai beberapa mekanisme atau proses yang harus di lalui. Menurut para psikolog, ada lima tahap berpikir kreatif, di antaranya:

  1. Orientasi; masalah di rumuskan, dan aspek-aspek masalah di identifikasi.
  2. Preparasi; berusaha mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan dengan masalah.
  3. Inkubasi; proses pemberhentian sementara ketika berbagai masalah berhadapan dengan jalan buntu. Tetapi mekipun begitu, proses berpikir berlangsung terus dalam jiwa bawah sadar.
  4. Iluminasi; ketika masa inkubasi berakhir dengan di temukannya solusi untuk memecahkan masalah.
  5. Verifikasi; tahap untuk menguji dan secara kritis menilai pemecahan masalah yang di ajukan pada tahap keempat.

Sesungguhnya kemampuan berpikir kreatif pada dasarnya di miliki semua orang. Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan orisinil. Bahkan pada orang yang merasa tidak mampu menciptakan ide baru pun sebenarnya bisa berpikir secara kreatif, asalkan di latih. Untuk itu, perlu di ketahui terlebih dahulu mengenai cara berpikir dan cara berpikir kreatif.

Adapun tahap-tahap dalam proses berpikir kreatif adalah sebagai berikut:

  1. Tahap persiapan (Preparation)
    • Memberi stimulus
    • Berpikir menjelajah (Exploration)
    • Menyusun perencanaan
    • Melakukan aktivitas
    • Mereview gagasan
  2. Tahap Inkubasi (Incubation)
  3. Langkah Iluminasi (Illumination)
  4. Tahap Verifikasi.

I. Faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kreatif

Pengertian Berpikir Kreatif, Indikator Berpikir Kreatif, Ciri ciri Berpikir Kreatif, bagaimana cara berpikir kreatif, dan faktor yang mempengaruhi Berpikir Kreatif:

Berpikir kreatif tumbuh subur bila di tunjang oleh faktor internal dan situasional. Orang-orang kreatif memiliki temperamen yang beraneka ragam. Wagner sombong dan sok ngatur; Tchaikovsky pemalu, pendiam, dan pasif; Bryon hyperseksual; Newton tidak toleran dan pemarah; Einstein rendah hati dan sederhana.

Walaupun demikian, ada tiga aspek yang secara umum menandai orang-orang kreatif menurut Munandar (1999: 96):

  1. Kemampuan kognitif: termasuk di sini kecerdasan di atas rata-rata, kemampuan melahirkan gagasan-gagasan baru, gagasan-gagasan yang berlainan, dan fleksibilitas kognitif.
  2. Sikap yang terbuka: orang kreatif mempersiapkan dirinya menerima stimuli internal maupun eksternal.
  3. Sikap yang bebas, otonom, dan percaya pada diri sendiri: orang kreatif ingin menampilkan dirinya semampu dan semaunya, ia tidak terikat oleh konvensi-kovensi

Hal ini menyebabkan orang kreatif sering di anggap “nyentrik” atau gila. Selain faktor lingkungan psikososial, beberapa peneliti menunjukan adanya faktor situasional lainnya. Maltzman menyatakan adanya faktor peneguhan dari lingkungan.

Dutton menyebutkan tersedianya hal-hal istimewa bagi manusia kreatif, dan Silvano Arieti menekankan faktor isolasi dalam menumbuhkan kreativitas. Butir nomor 3 membawa kita pada faktor-faktor situasional yang menyuburkan kreativitas.

Para ahli sejarah mencatat bahwa ada saatsaat kreativitas tumbuh subur; misalnya, Islam pada zaman Abasiyah, Itali pada waktu Renaissance. Sudah di ketahui juga, di negara-negara totaliter kreativitas dalam dunia sains di hidupkan, tetapi kreativitas dalam dunia sastra atau ilmu-ilmu sosial di hambat.

Berpikir kreatif hanya berkembang pada masyarakat terbuka, toleran terhadap ide-ide “gila”, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk mengembangkan dirinya. Masyarakat yang menuntut kepatuhan membuat otoritas, meminta keseragaman dalam berprilaku, menghargai kesetiaan primordial, tetapi membunuh prestasi yang menonjol, sukar untuk melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif.

Sumber Rujukan

  • Tilaar. Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship, Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2012.
  • Daryanto. Panduan Proses Pembelajaran, Publisher, Jakarta, 2009.
  • Yeni Rachmawati. Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta, Kencana, 2010.
  • Sabandar, J. Berpikir reflektif. Makalah tidak dipublikasikan. Prodi Pendidikan Matematika SPS. UPI, 2008.
  • Sumarmo, U. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkan pada Peserta Didik, Makalah tidak diterbitkan. FMIPA UPI. 2010
  • Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta, 2003.
  • Redza Dwi Putra, dkk. eningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas XI MIA 1 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 2528-5742), Vol 13(1) 2016: 330-334.
  • Syarifan Nurjan. Pengembangan Berpikir Kreatif. Al-Asasiyya: Journal Basic Of Education, Vol.03, No.01, Juli-Desember 2018. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Terima kasih telah membaca artikel ini
semoga ada manfaat.

2 Replies to “Berpikir Kreatif: Pengertian, Indikator, Ciri ciri, dan Cara Berpikir…”

  1. Selamat Pagi Bpk Hermananis.. Salam sehat ya pak.. Terima kasih banyak pak, ilmu yang sangat menginspirasi ini untuk saya. Saya selalu berbagi dan mengimplementasikan ilmu baru ini kepada rekan-rekan guru yang ada di sekolah saya, karena sangat bermanfaat untuk kemajuan dan prestasi belajar bagi peserta didik saya. Banyak perubahan yang saya terapkan dalam metode dengan pembahasan materi yang bapak bagikan kepada saya. Terima kasih banyak Bpk untuk kebaikan hati Bpk yang telah membagikan materi ini untuk saya dan para pendidik…🙏🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index