Bahaya Sinar Ultraviolet bagi Kehidupan

Bahaya Radiasi Sinar Ultraviolet

HermanAnis.com – Teman-teman semua, pada tulisan kali ini kita akan membahas satu topik dalam sains yakni bahaya sinar ultraviolet bagi kehidupan manusia. Sinar ultraviolet (UV) adalah jenis radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih pendek dari cahaya tampak tetapi lebih panjang dari sinar-X.

Sebelum kita membahas tentang bahaya sinar ultraviolet kita terlebih dahulu akan membahas apasih itu sinar ultraviolet?

Pada group-group beredar informasi tentang fenomena alam dari BMKG, dimana pada hari selasa 11 April 2023, masyrakat diingatkan untuk tetap berada di dalam ruangan antara pukul 10.00 sampai 13.00.

Sinar ultraviolet mulai menggila pada pukup 09.00. Wilayah timur terpantau berstatus ‘extreme’ atau sangat bahaya. Di wilayah tengah hingga barat pun sudah mulai akan intens terkena ultraviolet.

Untuk itu, disarankan untuk tak berada di luar ruangan dalam waktu lama. Selalu siap sedia tabir surya dan memakai pakaian tertutup agar terlindungi dari bahaya matahari. Puncak sinar ultraviolet akan terjadi cukup lama dari pukul 10.00 hingga 13.00. Secara bergantian, wilayan Indoensia bagian tengah, barat, dan timur, akan kebagian paparan sinar ultraviolet dengan status ekstrem.

Menurut pemaparan BMKG, jika berada di luar ruangan tanpa perlindungan, sinar ultraviolet ekstrem akan mengakibatkan kerusakan kulit dan mata. Kulit bisa terbakar dalam hitungan menit. Untuk itu, sebaiknya terus berada di dalam ruangan jika tak mendesak harus ke luar. Sinar UV akan kembali normal pada pukul 16.00 WIB hingga malam hari.

Untuk itu mari kita bahas apa sebenarnya bahaya dari sinar ultraviolet tersebut bagi kehidupan manusia. Namun sebelum itu, kita bahas dulu apa itu sinar ultraviolet.

A. Sinar ultraviolet (UV)

Bumi terus-menerus terkena radiasi matahari, yaitu. energi matahari di perlukan untuk berbagai proses metabolisme, tetapi tidak menghindari efek berbahaya. Matahari memancarkan berbagai jenis cahaya, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Sinar matahari tampak adalah cahaya dengan panjang gelombang lebih besar dari 400 nm, sedangkan sinar matahari tak terlihat memiliki panjang gelombang antara 10 dan 400 nm. Sebagian besar cahaya yang mencapai permukaan bumi adalah inframerah (56%), di ikuti oleh cahaya tampak (39%) dan ultraviolet (UV).

Gas di atmosfer yang menghalangi sinar ultraviolet adalah ozon (O3). Lapisan ozon berada di stratosfer (antara 10 dan 50 km di atas permukaan bumi) dan menyerap sinar ultraviolet B (UVB) dan sebagian sinar ultraviolet C (UVC), yang dapat berbahaya bagi makhluk hidup.

Lapisan ozon yang rusak dapat meningkatkan radiasi UV yang mencapai permukaan bumi, meningkatkan risiko kerusakan kulit, katarak dan melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia, serta dampak buruk bagi hewan dan tumbuhan.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk melindungi lapisan ozon dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dapat merusak lapisan ozon seperti klorofluorokarbon (CFC) dan bahan kimia terkait.

1. Apa itu sinar ultraviolet (UV)?

Sinar ultraviolet (sinar UV) adalah jenis radiasi elektromagnetik, seperti gelombang radio, radiasi inframerah, sinar-X dan sinar gamma. UV, yang berasal dari matahari, tidak terlihat oleh mata manusia. Sinar ultraviolet terdiri dari berbagai panjang gelombang yang di kenal sebagai spektrum elektromagnetik (EM).

UV adalah jenis radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih pendek dari cahaya tampak tetapi lebih panjang dari sinar-X. Sinar UV terdiri dari tiga kategori yaitu UV-A, UV-B dan UV-C yang memiliki panjang gelombang dan intensitas energi yang berbeda.

UV memiliki frekuensi sekitar 8 × 1014 sampai 3 × 1016 siklus per detik, atau hertz (Hz), dan panjang gelombang sekitar 380 nanometer (1,5 × 10-5 inci) sampai sekitar 10 nm (4 × 10-7 inci). Sinar UV umumnya di bagi menjadi tiga sub-pita: UV A, atau dekat UV (315-400 nm); UV B, atau UV tengah (280-315 nm); dan UV C, atau UV jauh (180-280 nm).

Radiasi dengan panjang gelombang dari 10 nm ke 180 nm kadang-kadang di sebut sebagai vakum atau UV ekstrim.” Panjang gelombang ini diblokir oleh udara, dan mereka hanya menyebarkan dalam ruang hampa.

2. Dampak sinar ultraviolet (UV)

Sinar ultraviolet (UV) dapat membahayakan makhluk hidup karena merusak DNA dan membran sel, meningkatkan risiko kanker, melemahkan pertahanan tubuh dan merusak lingkungan.

Paparan tumbuhan terhadap sinar UV dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi kloroplas sel tumbuhan, sehingga dapat mengganggu proses fotosintesis dan menyebabkan kematian tumbuhan. Paparan sinar UV yang berlebihan juga dapat meningkatkan kadar ozon di udara, yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan manusia dan hewan.

Pada hewan, sinar UV dapat merusak kulit dan mata, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan meningkatkan risiko kanker. Kura-kura dan reptil lainnya dapat menderita paparan sinar UV yang berlebihan, seperti UV-B. penurunan fungsi kekebalan tubuh, kerusakan mata dan kulit serta masalah kesehatan lainnya.

Oleh karena itu, penting untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi makhluk hidup dari radiasi UV yang berlebihan, seperti B. Menempatkan tempat berlindung di sekitar tanaman, menyediakan lingkungan yang sesuai untuk hewan yang membutuhkan paparan sinar UV, dan membatasi paparan sinar matahari langsung kepada manusia dan hewan.

3. Apa bahaya dari sinar ultraviolet bagi kehidupan manusia?

Sinar ultraviolet (UV) dapat menimbulkan berbagai bahaya bagi bagi kehidupan atau kesehatan manusia, terutama bila terpapar dalam waktu yang lama. Beberapa bahaya sinar UV adalah:

a. Kulit Terbakar

Sinar UV-B dapat menyebabkan kulit terbakar dan nyeri, terutama pada kulit sensitif. Paparan sinar UVB secara terus-menerus dapat merusak kulit dan meningkatkan risiko kanker kulit.

b. Penuaan dini

Sinar UV-A dapat merusak kolagen dan elastin kulit, menyebabkan kulit kendur dan membentuk kerutan. Paparan sinar UV-A dalam jangka panjang dapat menyebabkan penuaan kulit dini.

c. Kanker kulit

Paparan sinar UV dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit, terutama kanker kulit melanoma.

d. Penyakit mata

Sinar UV dapat merusak kornea dan lensa mata serta meningkatkan risiko katarak dan degenerasi makula.

e. Menurunkan sistem kekebalan tubuh

Radiasi UV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi.

Oleh karena itu, sangat penting untuk melindungi diri Anda dari sinar UV-B dengan menggunakan tabir surya, pakaian pelindung dan menghindari sinar matahari langsung selama waktu terpanas. 

4. Kenapa sinar Ultraviolet (UV) bahaya untuk kulit?

Apa dampak buruk sinar ultraviolet bagi manusia? Sinar ultraviolet (UV) dapat merusak kulit karena dapat menembus epidermis dan mencapai dermis, lapisan kulit yang lebih dalam. Paparan sinar UV dapat menyebabkan berbagai perubahan kulit, seperti:

1. Kerusakan pada DNA sel kulit

Sinar UV dapat merusak DNA sel kulit, yang dapat merusak sel kulit secara permanen dan meningkatkan risiko kanker kulit.

2. Memicu peradangan

Sinar UV dapat merangsang produksi molekul peradangan pada kulit, yang dapat menyebabkan peradangan, kemerahan, dan iritasi.

3. Merusak kolagen dan elastin

Sinar UV dapat merusak kolagen dan serat elastis kulit, yang menjaga kekencangan dan elastisitas kulit. Akibatnya, kulit bisa menjadi kendor, berkerut, dan menua lebih cepat.

4. Meningkatkan produksi melanin

Sinar UV dapat merangsang produksi melanin, pigmen yang memberi warna pada kulit. Paparan sinar UV yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan melanin berlebih di kulit, yang dapat menyebabkan bintik hitam dan hiperpigmentasi.

5. Meningkatkan risiko infeksi

Paparan sinar UV dalam jangka panjang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh pada kulit dan meningkatkan risiko infeksi seperti jamur dan virus.

Itulah mengapa sangat penting untuk melindungi kulit dari sinar UV, misalnya dengan menggunakan tabir surya, pakaian pelindung, dan menghindari sinar matahari langsung pada saat-saat terik. 

5. Manfaat sinar ultraviolet (UV)

Sinar ultraviolet (UV) memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, tetapi juga berbahaya jika terpapar secara berlebihan. Berikut adalah beberapa manfaat dari sinar ultraviolet:

  1. Membantu sintesis vitamin D: Sinar UVB (Ultraviolet B) diperlukan oleh tubuh manusia untuk membantu sintesis vitamin D, yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang dan sistem kekebalan tubuh.
  2. Menyembuhkan beberapa kondisi kulit: Sinar UV dapat membantu menyembuhkan beberapa kondisi kulit seperti psoriasis, vitiligo, dan eksim. Terapi sinar UV ini seringkali dilakukan di bawah pengawasan dokter atau ahli terapi.
  3. Menghilangkan bakteri dan virus: Sinar UV dapat membunuh bakteri dan virus yang menempel pada permukaan. Hal ini membuat sinar UV sering digunakan dalam proses sterilisasi pada industri makanan dan minuman, rumah sakit, dan laboratorium.

Namun, paparan sinar UV yang berlebihan dapat berbahaya bagi kesehatan Anda. Sinar UV dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti penuaan dini, kanker kulit dan penyakit mata. Inilah mengapa sangat penting untuk menghindari paparan sinar UV yang berlebihan dan selalu memakai pelindung saat berada di bawah sinar matahari atau saat menggunakan peralatan sinar UV. 

B. Jenis-jenis sinar ultraviolet (UV)

Sinar ultraviolet (UV) adalah jenis radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang lebih pendek dari cahaya tampak tetapi lebih panjang dari sinar-X. Sinar UV terdiri dari tiga kategori yaitu UV-A, UV-B dan UV-C yang memiliki panjang gelombang dan intensitas energi yang berbeda.

UV-A memiliki panjang gelombang 320-400 nanometer (nm) dan merupakan sinar UV yang paling banyak mencapai permukaan bumi. UV-A memiliki energi yang lebih sedikit di bandingkan UV-B dan UV-C, namun dapat merusak kulit dan mempercepat penuaan kulit.

UV-B memiliki panjang gelombang 280-320 nm dan dapat merusak kulit lebih dari UV-A. Sinar UV-B adalah penyebab utama kulit terbakar dan dapat meningkatkan risiko kanker kulit.

UV-C memiliki panjang gelombang 100-280 nm dan memiliki energi tertinggi dari ketiga jenis sinar UV. Sinar UV-C tidak mencapai permukaan bumi karena tetap berada di lapisan ozon atmosfer, tetapi dapat di gunakan untuk mendisinfeksi dan mengolah air. 

Berikut penjelasan ketiga jenis atau komponen sinar ultaviolet tersebut.

1. Sinar ultraviolet A (UV-A)

Sinar UVA mempunyai panjang gelombang 315-400 nm dan dapat di bagi lagi menjadi sinar UV A-1 dengan panjang gelombang 340-400 nm dan UVA-2 dengan panjang gelombang 315–340 nm. UV-A ini memiliki energi yang rendah dan sejumlah 95% dapat mencapai permukaan bumi, menembus melalui awan, kaca, dan tidak di hambat oleh lapisan ozon.

Oleh karena itu UVA-1 akan tetap ada meskipun tertutup oleh awan maupun penghalang lainnya. Selain itu sinar ini dapat menginduksi produksi reactive oxygen species (ROS), yang dapat merusak pembuluh darah, serat kolagen, serat elastis, dan menimbulkan penuaan kulit.

2. Sinar ultraviolet B (UV-B)

Sinar UVB dengan panjang gelombang 290-315 nm sekitar 5-10% dapat mencapai permukaan bumi, memiliki energi yang tinggi, dan menyebabkan kulit kemerahan. UV-B sebagian di emisikan ke bumi (terutama yang panjang gelombangnya mendekati UVA).

3. Sinar ultraviolet C (UV-C)

Sinar UVC dengan panjang gelombang 200-290 nm tidak dapat di emisikan ke bumi karena di serap lapisan ozon di atmosfir bumi.

Radiasi rltraviolet memiliki pengaruh yang menguntungkan seperti produksi vitamin D dan juga bisa pengaruh yang merugikan terhadap tubuh manusia, seperti reaksi terbakar surya (sunburn), imunosupresi, penuaan kulit dini, karsinogenesis, dan lain-lain (Runger, 2019).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi sinar ultraviolet (sinar UV)

Energi surya yang sampai di bumi di pengaruhi letak geografis terhadap matahari dan kualitas atmosfir. Terdapat berbagai faktor alamiah yang mempengaruhi energi pajanan sinar ultraviolet UV pada manusia, antara lain:

  1. Ketinggian permukaan dan garis lintang zona/ daerah
  2. Musim, waktu, dan cuaca/kondisi awan
  3. Aerosol
  4. Ozon
  5. Tipe Kulit
  6. Ultraviolet Index (UVI)

Berikut penjelasannya setiap faktor tersebut

1. Ketinggian permukaan dan garis lintang zona/ daerah

Tingkat radiasi UV secara bertahap menurun dengan meningkatnya garis lintang. Daerah di khatulistiwa memiliki tingkat radiasi UV yang lebih tinggi di bandingkan daerah di garis lintang iklim sedang. Radiasi UV dengan paparan kumulatif tahunan pada daerah di garis lintang iklim sedang sekitar 2/3 dari daerah khatulistiwa.

Tingkat radiasi UV meningkat dengan meningkatnya ketinggian karena pengurangan jumlah aerosol, molekul udara, dan ozon di atmosfer. Di perkirakan bahwa tingkat radiasi UV meningkat sepuluh persen dengan setiap peningkatan ketinggian 1000 meter. (Lim, 2017)

Sebagai contoh kami sajikan tabel intensitas UVB bulan September 2016-Maret 2017 di provinsi Jawa Barat, yang di ambil dari LAPAN yang berlokasi di Bandung.

2. Musim, waktu, dan cuaca/kondisi awan

Baik kualitas dan kuantitas radiasi UV di permukaan bumi berubah dengan musim, waktu, dan hari dalam setahun, UVR berubah karena perubahan sudut zenit matahari (solar zenith angle). Sudut zenit matahari adalah sudut objek antara zenit atau vertikal lokal dan arah matahari.

Alasannya adalah bahwa ada sedikit penyerapan dan hamburan UV sebelum mencapai permukaan bumi karena jalurnya yang lebih pendek melalui atmosfer. Kisaran minimum untuk lokasi tertentu terjadi pada siang hari.

Sebagai contoh, permukaan bumi menerima sekitar 20% dari total radiasi harian dari pukul 11:00-13:00, namun akan menerima sekitar 75% antara pukul 9:00-15:00. (Lim, 2017)

3. Aerosol

Aerosol adalah partikel padat atau cair berukuran mikro yang tersuspensi di udara, misalnya kabut sulfat, jelaga, debu, dan aerosol garam laut. Para ahli membagi aerosol menjadi dua jenis, yaitu: partikel aerosol penghambur (pemantul) sinar UV dan partikel aerosol penyerap sinar UV seperti debu mineral dan jelaga, sehingga dapat mengurangi tingkat radiasi UV hingga 20%. (Lim, 2017)

4. Ozon

Ozon di produksi di lapisan stratosfer (pada ketinggian di atas 20 km) sebagai hasil dari reaksi fotokimia di atmosfer. Sinar UV memecah O2 untuk menghasilkan atom oksigen bebas; atom oksigen ini kemudian bereaksi dengan O2 dan molekul mediator untuk menghasilkan O3. Distribusi global ozon menunjukkan peningkatan dari daerah tropis ke daerah kutub.

Sekitar 90% dari semua ozon di atmosfer ditemukan di stratosfer. Ini di kenal sebagai lapisan ozon dan secara efektif menghalangi sejumlah besar radiasi UV B yang masuk. Troposfer mengandung sekitar 10% dari ozon atmosfer. Efek dari penipisan O3 akan meningkatkan intensitas UV yang mencapai permukaan bumi.

Penurunan 1% pada kolom O3 di harapkan akan meningkatkan paparan permukaan UV B sebesar 2%, sebaliknya pengurangan 10% pada ozon dapat menyebabkan peningkatan paparan UV sebesar 15-20% tergantung pada proses biologis yang terjadi. Konsentrasi tinggi ozon troposferik di kaitkan dengan berbagai dampak lingkungan termasuk kerusakan pada vegetasi atau bahan bangunan dan efek kesehatan termasuk penyakit pernapasan. (Lim, 2017)

5. Tipe kulit

Tanda eritema menunjukkan kekuatan kulit terhadap energi surya, di pakai dalam berbagai penentuan dosis yang di butuhkan kulit untuk kepentingan biologis manusia. Dalam penentuan dosis/energi awal terapi beberapa kelainan kulit dengan alat fototerapi sinar UVB, tanda eritema ini di tera untuk di jadikan patokan yang di kenal dengan sebutan minimal erythemal dose (MED).

UVA dan UVB dapat memicu roduksi melanin (pigmen kulit) dan melanin ini bersifat menyerap ultraviolet. Sel kulit (keratinosit) akan mengalami proliferasi (perbanyak diri) sel bila terpajan ultraviolet, sehingga timbul penebalan kulit (hiperkeratosis).

Produksi melanin berlebihan, hiperkeratosis ini dan masih di tambah dengan mekanisme kimiawi kulit (kulit mampu membentuk tabir surya alami) merupakan efek proteksi kulit yang terbangun bila terpajan sinar matahari dalam usahanya melindungi struktur kulit agar tidak terbakar atau bahkan terjadi penyimpangan genetik yang dapat mengarah kerusakan sel sampai timbulnya keganasan kulit.

Fitzpatrick membagi kulit manusia menjadi 6 tipe berdasarkan ketahanannya terhadap pajanan surya. Sebagian besar kulit orang Indonesia memiliki tipe kulit IV atau V. (Lihat tabel).

Tabel 2. Tipe Kulit

Sumber: Tzut, dkk

6. Ultraviolet Index (UVI)

World Health Organization (WHO) mendefinisikan Ultraviolet Index (UVI) sebagai perhitungan kekuatan radiasi ultraviolet (UV) yang menembus lapisan ozon hingga mempunyai dampak ke tubuh kita berupa terbakar surya (sunburn) pada tempat dan waktu tertentu.

Dengan demikian ukuran UVI ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kewaspadaan seseorang terhadap pajanan sinar matahari yang dapat merusak tubuh di sesuaikan dengan lokasi geografis yang bersangkutan setiap harinya. (Yogianti, 2020).

Bahaya Sinar Ultraviolet - Klasifikasi UVI berdasarkan WHO terkait dampaknya terhadap kulit. (WHO, 2002)
Gambar 1. Klasifikasi UVI berdasarkan WHO terkait dampaknya terhadap kulit. (WHO, 2002)

Daerah tropis seperti Indonesia yang terletak di daerah katulistiwa dengan letak lintang rendah mempunyai UVI yang tinggi, dan bisa mencapai nilai UVI 10-11+ pada siang hari sehingga perlu di waspadai bahaya terhadap efek samping pajanan matahari terutama pada siang hari.

D. Efek sinar ultraviolet terhadap kesehatan

Sinar matahari adalah sumber utama kehidupan dan energi di planet ini, tetapi paparan energi matahari yang berlebihan berbahaya bagi sistem biologis. Keseimbangan yang tepat dari paparan sinar UV di perlukan untuk menjaga kesehatan. Paparan ini bervariasi sesuai dengan fenotip kulit, fotosensitifitas patologis, dan faktor genetik.

Bagi orang normal dan sehat, sinar matahari di perlukan untuk menambah kenyamanan dan suplai energi untuk sintesis vitamin D. Di sisi lain, sinar matahari yang berlebihan menyebabkan photoaging, immune suppression dan photocarcinogenesis (pembentukan tumor ganas yang di picu oleh proses paparan sinar matahari yang kompleks, terutama sinar UV). 

1. Manfaat pajanan sinar matahari pada sintesis Vitamin D

Manfaat sinar matahari yang paling utama adalah membantu sintesis vitamin D pada tubuh. Kebanyakan kasus kekurangan vitamin D di sebabkan oleh kurangnya pajanan sinar matahari di luar ruangan.

Vitamin D dapat di produksi di kulit melalui reaksi fotosintesis yang dipicu oleh pajanan radiasi UVB. Efisiensi produksi tergantung pada jumlah foton UVB yang menembus kulit, suatu proses yang dapat di batasi oleh pakaian, kelebihan lemak tubuh, tabir surya, dan melanin pigmen kulit.

Bagi kebanyakan orang kulit putih, setengah jam di bawah sinar matahari musim panas dalam pakaian renang dapat memulai pelepasan 50.000 IU (1,25 mg) vitamin D ke dalam sirkulasi dalam waktu 24 jam setelah pajanan; jumlah pajanan yang sama ini menghasilkan 20.000-30.000 IU pada individu berkulit terang dan 8.000-10.000 IU pada orang berkulit gelap.

Tanpa vitamin D yang cukup, tulang tidak akan terbentuk dengan baik. Pada anak-anak, ini menyebabkan rakhitis, penyakit yang di tandai oleh retardasi pertumbuhan dan berbagai kelainan bentuk tulang, termasuk ciri khas kaki yang bengkok. Kadar vitamin D yang rendah akan memicu dan memperburuk osteoporosis pada pria dan wanita.

Vitamin D adalah antioksidan yang cukup tersedia di kulit, berperan penting dalam metabolisme kalsium. Banyak bukti menunjukkan berkurangnya berbagai jenis kanker setelah asupan suplemen vitamin D. Ultraviolet B dari paparan sinar matahari selama 25 menit, 3 kali seminggu selama 6 minggu meningkatkan status vitamin D, (Septiati dkk, 2007).

Bahaya Sinar Ultraviolet - Proses sintesis vitamin D
Gambar 2. Proses sintesis vitamin D. Pro-vitamin D3 atau (7-dehydrocholesterol) adalah chromophore pada kulit yang menyerap sinar UVB akan mengaktifkan jalur produksi vitamin D. Pro-vitamin D3 yang telah diaktfikan akan menghasilkan pre-vitamin D3 dan kemudian diisomerisasi menjadi vitamin D3 (Runger, 2019)

Rentang waktu untuk memperoleh sinar UV harian menghasilkan vitamin D di kategorikan sebagai ‘UVI fungsional’. Dimana pada UVI tingkat 5, area pajanan yang bervariasi (sesuai kurva) berkisar 4-40 menit. Lebih dari waktu ini di kategorikan sebagai pajanan sinar memerah.

2. Faktor yang mempengaruhi energi sinar UV-B dalam pembentukan vitamin D

Kurang dari waktu tersebut dikategorikan sebagaian pajanan UV yang tidak menghasilkan vitamin D yang cukup untuk tubuh. Dengan demikian pajanan UV yang dibutuhkan untuk pembentukan vitamin D tidak mudah ditetapkan secara pasti dan tidak sama untuk setiap individu tergatung tipe kulit, lokasi, waktu dan pengaruh cuaca.

Faktor lain yang harus diperhitungkan adalah kondisi sensitivitas kulit seseorang terhadap sinar matahari (sinar ultraviolet). Beberapa penyakit misalnya; lupus (systemic lupus erythematosus dan discoid lupus erythematosus), eksema, polymorphous light eruption (PMLE), porfiria, urtikaria solaris, dermatitis aktinik, dll. Tidak bisa mengikuti program berjemur matahari.

Beberapa macam obat dan makanan mampu bersifat sensitizer yang membuat kulit menjadi sensitif terhadap pajanan surya. Oleh karena negeri kita terletak di daerah katulistiwa dengan indeks UV yang bervariasi tinggi, diperlukan kewaspadaan untuk mencegah kulit terpajan energi surya berlebihan. Edukasi masyarakat mengenai pajanan sinar UV yang tepat dan aman sangat penting.

Dengan kajian berbagai faktor yang mempengaruhi energi sinar UVB dalam pembentukan vitamin D untuk orang Indonesia dewasa maka perlu diketahui beberapa hal terkait pajanan UV, yaitu :

  1. Berjemur membentuk vitamin D, vitamin D juga diperoleh dari makanan bergizi. Sebanyak 10 % kebutuhan vitamin D diperoleh dari makanan bergizi seperti keju, susu, telur, ikan salmon, sayuran hijau tua, dan sebagainya.
  2. Vitamin D meningkatkan imunitas tubuh. Imunitas (kekebalan) tubuh yang baik mampu menangkal infeksi.
  3. Berjemurlah sekitar pukul 09.00, 5 (lima) menit dahulu, kemudian naikkan secara bertahap maksimum 15 menit (2-3 kali seminggu). Di larang berjemur jika sensitif matahari (sinar ultraviolet). Hentikan berjemur jika kulit mulai merah muda.
  4. Jemur kedua lengan dan tungkai, lindungi anggota tubuh lainnya. Hindari area kepala dan leher (gunakan topi dan tabir surya).
  5. Berjemur pada pukul 10.00-14.00 berisiko kulit terbakar surya serta penurunan imunitas. Rata-rata kota di Indonesia mempunyai puncak indeks UV pada rentang waktu tersebut. Konsultasikan kepada dokter Spesialis Kulit dan Kelamin/Dermatologi dan Venereologi anda untuk informasi lebih lanjut.

E. Bahaya radiasi sinar ultraviolet (UV) bagi kehidupan manusia

Dalam beberapa hal sinar ultra violet bermanfaat untuk manusia yaitu di antaranya untuk mensintesa Vitamin D dan juga berfungsi untuk membunuh bakteri. Namun di samping manfaat tersebut di atas sinar ultra violet dapat merugikan manusia apabila terpapar pada kulit manusia terlalu lama.

Sinar ultra violet (UV) dapat di golongkan menjadi UV A dengan panjang gelombang di antara 320 – 400 nm, UV B dengan panjang gelombang 290 – 320 nm dan UV C dengan panjang gelombang 10 – 290 nm.

Semua Sinar UV A di emisikan ke bumi, sedangkan sinar UV B sebagian di emisikan ke bumi (terutama yang panjang gelombangnya mendekati UV A).

Sinar UV B dengan panjang gelombang lebih pendek dan sinar UV C tidak dapat diemisikan ke bumi karena di serap lapisan ozon di atmosfir bumi. Dengan demikian apabila lapisan ozon yang ada di atmosfir rusak, sinar UV B yang masuk ke bumi akan semakin banyak, (BPOM, 2009).

Dari ketiga jenis sinar ultraviolet yang sudah di bahas, masing – masing memiliki ciri- ciri dan tingkat keparahan efek radiasi yang berbeda- beda. Namun pada umumnya, sinar ultraviolet yang terpapar masuk ke bumi, baik itu sinar UV A, UV B, maupun UV C, dapat memberikan dampak sebagai berikut, (Ana, 2014):

1. Kemerahan pada kulit,

Bahaya sinar ultraviolet yang pertama adalah memberikan efek kemerahan pada kulit. Secara umum, sinar ultraviolet, terutama sinar UV B dapat menimbulkan gejala kemerahan pada kulit.

Hal ini merupakan suatu bentuk iritasi kulit yang terpapar sinar ultraviolet. Biasanya gejala ini juga disertai rasa gatal pada bagian kulit yang memerah.

Bahaya Radiasi Sinar Ultraviolet
Gambar 3. UVA dan UVB

b. Kulit terasa seperti terbakar,

Sinar ultraviolet juga dapat membuat kulit memilikii gejala seperti terbakar. Hal ini biasanya di sebabkan oleh paparan sinar UV – B.

c. Dapat menimbulkan eritema,

Eritema merupakan kondisi di mana kulit kaki mengalami kemerahan dan bengkak. Hal ini di sebabkan oleh paparan sinar UV – B.

d. Menimbulkan penyakit katarak,

Katarak merupakan kondisi mata yang tertutupi atau terhalang selaput-selaput tertentu sehingga membuat penglihatan menjadi berkabut dan cukup jelas. Selain factor usia, paparan sinar UV juga menjadi salah satu pemicu timbulnya katarak.

e. Dapat memicu pertumbuhan sel kanker,

Paparan sinar UV dapat menimbulkan terjadinya kerusakan fotokimia pada DNA dari sel-sel yang berada di dalam tubuh. Hal ini akan memicu terbentuknya kanker, terutama kanker kulit pada manusia.

f. Radiasi sinar UV A yang menembus dermis dapat merusak sel kulit,

g. Kulit dapat kehilangan elastisitas,

Paparan sinar UV A yang dapat menembus bagian demis kulit dapat merusak sel-sel yang berada pada dermis. Hal ini membuat elastisitas kulit menjadi berkurang.

h. Kerut pada bagian kulit,

Kerutan pada kulit merupakan salah satu efek samping dari hilangnya dan berkurangnya elastisitas kulit.

i. Kanker kulit

Beberapa jenis kanker kulit di sebabkan oleh sinar UV. Sinar matahari di siang dan sore hari sangat riskan untuk merusak kulit. Sel-sel kulit dapat memburuk akibat terkena sinar matahari.

Tabir surya (sunblock) adalah suatu zat atau material yang dapat melindungi kulit terhadap radiasi sinar UV. Sediaan kosmetik tabir surya terdapat dalam bermacam-macam bentuk misalnya losion untuk di oleskan pada kulit, krim, salep, gel atau spray yang di aplikasikan pada kulit. Sediaan kosmetik yang mengandung tabir surya biasanya dinyatakan dalam label dengan kekuatan SPF (Sun Protecting Factor) tertentu.

Nilai SPF terletak di antara kisaran 2—60, angka ini menunjukkan seberapa lama produk tersebut mampu melindungi atau memblok sinar UV yang menyebabkan kulit terbakar. Seorang pemakai dapat menentukan durasi dari keefektifan produk secara sederhana dengan mengalikan angka SPF dengan lamanya waktu yang di perlukan untuk membuat kulitnya terbakar bila tidak memakai tabir surya.

Oleh karena itu, perlu adanya pengetahuan tentang pentingnya melindungi kulit dari sinar UV dan bagaimana cara membuat sunblock yang terjangkau masyarakat pedesaan dan dapat melindungi kulit warga.

F. Pengaruh sinar ultraviolet terhadap kesehatan/kehidupan manusia

Pengaruh atau bahaya dari pajanan sinar ultravilet dapat di bagi menjadi tiga kategori yakni,

  1. Pengaruh penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi)
  2. Pengaruh akut dari pajanan sinar ultraviolet
  3. Pengaruh kronis dari pajanan sinar ultraviolet

1. Pengaruh penurunan kekebalan tubuh (imunosupresi)

Di samping peranannya terhadap sintesis vitamin D dan kontribusinya terhadap efek memodulasi sistem imunitas, pajanan sinar ultraviolet di sisi lain dapat menyebabkan penurunan kekekebalan (imunitas) tubuh atau imunosupresi. Oleh karena itu, kegiatan normal sehari-hari di luar ruangan selama bulan-bulan musim semi dan musim panas cenderung menyebabkan beberapa tingkat penekanan kekebalan tubuh pada sebagian besar manusia.

Baik UV-B maupun UV-A berkontribusi terhadap imunosupresi yang di induksi oleh sinar ultraviolet, meskipun interaksi di antara keduanya membuat sinar matahari (sinar ultraviolet) lebih supresif di bandingkan dengan masing-masing gelombang saja. Karena itu penting untuk melindungi kulit dari UVB dan UVA.

Sinar UV menekan kekebalan terhadap antigen pada kulit yang di iradiasi dan juga pada antigen yang di oleskan ke lokasi kulit yang jauh dari radiasi UV yang menunjukkan bahwa faktor sistemik dapat di lepaskan dari kulit yang di radiasi, mengganggu kekebalan di tempat yang jauh. Radiasi UV menekan aktivasi primer, dan reaktivasi imunitas sel-sel memori.

Peran urocanic acid (UCA) di ketahui sebagai chromophore dalam epidermis yang terlibat dalam imunosupresi yang di induksi sinar UV. Produk metabolisme dari asam amino esensial histidin, terakumulasi dalam epidermis karena keratinosit kekurangan enzim yang di butuhkan untuk katabolisasi.

Terdapat dua bentuk tautomerik UCA, trans (E) – dan cis (Z), dan UV mengkonversi trans ke cis-UCA. Selain itu, penambahan antibody cis-UCA mengurangi insidensi risiko kanker kulit pada hewan coba yang di induksi oleh UV fotokarsinogenesis. (Jia, 2010)

Namun demikian terdapat rangkaian molekuler dan seluler yang berbeda terlibat dalam proses supresi imun. Mekanisme molekuler yang bertanggung jawab atas gangguan imunitas seluler diawali oleh kerusakan DNA, trans isomerisasi UCA, dan peroksidasi lipid.

Ini mengubah faktor-faktor yang di hasilkan oleh keratinosit yang mengatur imunitas, menghasilkan kaskade interaksi berbagai sitokin dengan produksi platelet-activating factor (PAF) yang mengarah ke prostaglandine 2 (PGE2), interleukin (IL)-4,IL-6, IL-10, dan pelepasan histamin dari sel mast.

2. Bahaya atau pengaruh akut dari pajanan sinar ultraviolet

Bari berbagai sumber, berikut bahaya atau pengaruh akut dari pajanan sinar ultraviolet yakni,

  1. Sunburn dapat terjadi 6 – 24 jam setelah pajanan sinar UV. ( Runger, 2019)
  2. Tanning.
  3. Kerusakan mata berupa fotokeratitis yang di tandai dengan mata merah, myeri kepala,
    mata berair dan pandangan kabur, hal ini terjadi karena radiasi UVB dan UVC, terjadi 6
    jam setelah pajanan UV. (Izzadi, 2018).
  4. Fotosensitivitas
    Adalah reaksi abnormal terhadap pajanan surya, kulit menjadi merah, gatal, bengkak,
    atau timbul ruam. Seseorang yang mengalami fotosensitivitas tidak di perbolehkan atau
    harus meminta pertimbangan dokter untuk berjemur. Pengidap fotosensitivitas antara
    lain seserorang dengan dermatitis/eksema, beberapa penyakit kulit autoimun, genetik,
    dan keganasan kulit. Sejumlah jenis obat juga dapat menimbulkan kulit seseorang
    menjadi sensitif surya antara lain: hidroksiklorokuin, obat jantung, hipertensi, diabetes,
    antibiotik, antijamur, anti radang, antidepresan, beberapa pil KB, vitamin dan herbal.

3. Bahaya atau pengaruh kronis dari pajanan sinar ultraviolet

Bari berbagai sumber, berikut bahaya atau pengaruh kronis dari pajanan sinar ultraviolet yakni,

  1. Meningkatnya risiko kanker kulit (melanoma, karsinoma sel basal, dan karsinoma sel
    skuamosa (Cleaver, 2016)
  2. Penyakit okular berupa katarak, pterygium serta karsinoma sel basal dan karsinoma sel
    skuamosa pada kelopak mata. (Izzadi, 2018)
  3. UVA juga merusak DNA dengan cara menginduksi spesies oksigen reaktif yang
    menyebabkan oksidasi basa DNA dan mengaktivasi jalur yang bergantung pada protein
    kinase yang di aktifkan mitogen. (Fleury, 2016)
  4. Pajanan yang berulang dikaitkan dengan berkurangnya kejadian kanker payudara, prostat,
    usus besar / rektum dan limfoma non-Hodgkin secara signifikan. (Hiller, 2020)
  5. Penurunan perkembangan dan / atau keparahan penyakit yang di sebabkan oleh penyakit
    autoimun seperti radang sendi, multiple sclerosis, dan kondisi alergi seperti sebagai
    asma. (Hart, 2019).
    Sebuah penelitian, pajanan sinar UV dosis rendah (yang di temukan
    di bawah sinar matahari) terus-menerus dapat mengurangi kenaikan berat badan atau
    obesitas dan berkurangnya risiko penyakit kardiovaskular. (Cleaver, 2016; Fleury, 2016)

G. Kesimpulan bahaya sinar ultraviolet (UV) bagi kehidupan manusia

Sinar ultra violet bermanfaat untuk manusia yaitu di antaranya untuk mensintesa Vitamin D dan juga berfungsi untuk membunuh bakteri. Namun di samping manfaat tersebut, sinar ultra violet dapat merugikan manusia apabila terpapar pada kulit manusia terlalu lama. Berikut bahaya sinar Ultraviolet;

  1. Kemerahan pada kulit,
  2. Kulit terasa seperti terbakar,
  3. Dapat menimbulkan eritema,
  4. Menimbulkan penyakit katarak,
  5. Dapat memicu pertumbuhan sel kanker,
  6. Radiasi sinar UV A yang menembus dermis dapat merusak sel kulit,
  7. Kulit dapat kehilangan elastisitas,
  8. Kerut pada bagian kulit,
  9. Kanker kulit

Di perlukan peran dokter Spesialis Kulit dan Kelamin/Spesialis Dermatologi dan Venereologi untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang memadai kepada masyarakat tentang manfaat dan risiko sinar ultraviolet bagi kesehatan.

Baca Juga: Mengapa Matahari Disebut Sebagai Sumber Energi Terbesar Di Bumi?

Sumber Rujukan

  • Ana. 2014. 9 Bahaya Sinar Ultraviolet Bagi Kesehatan dan Manusia. http://halosehat.com/
  • Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2009. Naturakos Edisi 11 2009. Vol. IV/No.11, SEPTEMBER 2009 ISSN 1907-6606.
  • Cleaver JE, Ortiz‐Urda S, Gulhar R, dkk. Ultraviolet radiation carcinogenesis. 2016. Dalam: Holland‐Frei Cancer Medicine, pp.1-8
  • Fleury N, Geldenhuys S, Gorman S. Sun exposure and its effects on human health: mechanisms through which sun exposure could reduce the risk of developing obesity and cardiometabolic dysfunction. Int J Environ Res Public Health 2016;13(10):999
  • Hart PH, Norval M, Byrne SN, Rhodes LE. Exposure to ultraviolet radiation in the modulation of human diseases. Annu Rev Pathol-Mech 2019;14:55-81
  • Hiller TW, O’Sullivan DE, Brenner DR, Peters CE, King WD. Solar Ultraviolet Radiation and Breast Cancer Risk: A Systematic Review and Meta-Analysis. Environ Health Perspect 2020;128(1):016002
  • Izadi M, Jonaidi-Jafari N, Pourazizi M, Alemzadeh-Ansari MH, Hoseinpourfard MJ.
  • Photokeratitis induced by ultraviolet radiation in travelers: A major health problem. J
  • Postgrad Med 2018;64(1):40
  • Jia K, 2010. Workers’ UV exposure and the subsequent impact on skin (Doctoral dissertation, Queensland University of Technology)
  • Lim HW, 2017. Photodermatology. Editor: Honigsmam, Hawk. Informa Healthcare. USA
  • Runger TM. 2019. Cutaneus Photobiology. Dalam: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-9. Editor: Kang S, Amagai M, Bruckner AL, Alexander H, Margolis DJ, McMichael AJ, Orringer JS. New York: McGraw-Hill;
  • Setiati S, Oemardi M, Sutrisna B, Supartondo. The role of ultraviolet-B from sun exposure on vitamin D3 and parathyroid hormone level in elderly women in Indonesia. Asian J Gerontol Geriatr 2007;2(3):126-32
  • Tzut Nurul AJ, dkk. 2020. Pengaruh Sinar Ultraviolet terhadap Kesehatan, kajian terhadap berjemur (Sun Exposures). Satgas COVID-19 PP PERDOSKI 2017-2020.
  • World Health Organization and International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection, 2002. Global solar Indeks UV: a practical guide (No. WHO/SDE/OEH/02.2). WHOorld Health Organization.
  • Yogianti F. Sinar Ultraviolet dan Kesehatan Manusia. Universitas Gadjah Mada, 2020.

Demikian semoga bermanfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index