Asesmen dalam Kurikulum Merdeka

Asesmen dalam Kurikulum Merdeka

HermanAnis.com. Teman-teman semua, bahasan kita kali ini masih terkait dengan Implementasi Kurikulum Merdeka, yakni, Asesmen dalam Kurikulum Merdeka. Fokus bahasan kita akan mengkaji tentang Konsep Asesmen Formatif dan Sumatif.

Baca Juga: Persamaan dan Perbedaan antara Tes, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi

Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran maupun modul ajar, rencana asesmen perlu di sertakan dalam perencanaan pembelajaran. Modul ajar, rencana asesmen ini harus di lengkapi dengan instrumen serta cara melakukan penilaiannya.

Asesmen dalam Kurikulum Merdeka

Baca juga: Penyusunan LKPD dan Instrumen Penilaian

Dalam dunia pedagogi dan asesmen, terdapat banyak teori dan pendekatan asesmen. Bagian ini menjelaskan konsep asesmen yang di anjurkan dalam Kurikulum Merdeka. Sebagaimana di nyatakan dalam Prinsip Pembelajaran dan Asesmen di mana, asesmen adalah aktivitas yang menjadi kesatuan dalam proses pembelajaran.

Pendidik adalah sosok yang paling memahami kemajuan belajar peserta didik sehingga pendidik perlu memiliki kompetensi dan keleluasaan untuk melakukan asesmen agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-masing.

Keleluasaan tersebut mencakup perancangan asesmen, waktu pelaksanaan, penggunaan teknik dan instrumen asesmen, penentuan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, dan pengolahan hasil asesmen.

Termasuk dalam keleluasaan ini adalah keputusan tentang penilaian tengah semester. Pendidik dan satuan pendidikan berwenang untuk memutuskan perlu atau tidaknya melakukan penilaian tersebut.

Pendidik perlu memahami prinsip-prinsip asesmen yang di sampaikan, di mana salah satu prinsipnya mendorong penggunaan berbagai bentuk asesmen, bukan hanya tes tertulis, agar pembelajaran bisa lebih terfokus pada kegiatan yang bermakna serta informasi atau umpan balik dari asesmen tentang kemampuan peserta didik juga menjadi lebih kaya dan bermanfaat dalam proses perancangan pembelajaran berikutnya.

Untuk dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran dan asesmen sesuai arah kebijakan Kurikulum Merdeka, berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang asesmen formatif dan asesmen sumatif sebagai acuan.

Baca Juga: Contoh Angket Motivasi Belajar

A. Konsep Asesmen dalam Kurikulum Merdeka

Asesmen di lakukan untuk mencari bukti ataupun dasar pertimbangan tentang ketercapaian tujuan pembelajaran. Maka dari itu, pendidik di anjurkan untuk melakukan asesmen-asesmen berikut ini:

  1. Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar.
    • Asesmen di awal pembelajaran yang di lakukan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk mempelajari materi ajar dan mencapai tujuan pembelajaran yang di rencanakan.
      Asesmen ini termasuk dalam kategori asesmen formatif karena di tujukan untuk kebutuhan guru dalam merancang pembelajaran, tidak untuk keperluan penilaian hasil belajar peserta didik yang di laporkan dalam rapor.
    • Asesmen di dalam proses pembelajaran yang di lakukan selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan peserta didik dan sekaligus pemberian umpan balik yang cepat. Biasanya asesmen ini di lakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga di lakukan di akhir langkah pembelajaran. Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif.
  2. Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang di lakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran.
    Asesmen ini di lakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga di lakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan. Berbeda dengan asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi bagian dari perhitungan penilaian di akhir semester, akhir tahun ajaran, dan/atau akhir jenjang.

Kedua jenis asesmen ini tidak harus di gunakan dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran atau modul ajar, tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran.

B. Asesmen Formatif dalam Kurikulum Merdeka

Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini di lakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan informasi perkembangan peserta didik.

Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga pendidik.

1. Bagi peserta didik

asesmen formatif berguna untuk berefleksi, dengan memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta langkahlangkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2. Bagi pendidik

asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang di gunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar individu peserta didik yang di ajarnya.

Agar asesmen memberikan manfaat tersebut kepada peserta didik dan pendidik, maka beberapa hal yang perlu di perhatikan pendidik dalam merancang asesmen formatif, antara lain sebagai berikut:

  1. Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif di rancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya di gunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.
  2. Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu asesmen di kategorikan sebagai asesmen formatif apabila tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar.
  3. Asesmen formatif di laksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
  4. Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen tersebut dapat di peroleh dengan cepat.
  5. Asesmen formatif yang di lakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada pendidik tentang kesiapan belajar peserta didik. Berdasarkan asesmen ini, pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
  6. Instrumen asesmen yang di gunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal yang masih perlu di tingkatkan oleh peserta didik dan mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya atau performa yang di beri umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka.

3. Contoh Pelaksanaan Asesmen Formatif dalam Kurikulum Merdeka

Contoh-contoh pelaksanaan asesmen formatif dalam kurikulum merdeka dapat di jabarkan dalam kegiatan sebagai berikut:

  1. Pendidik memulai kegiatan tatap muka dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan konsep atau topik yang telah di pelajari pada pertemuan sebelumnya.
  2. Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran di kelas dengan meminta peserta didik untuk menuliskan 3 hal tentang konsep yang baru mereka pelajari, 2 hal yang ingin mereka pelajari lebih mendalam, dan 1 hal yang mereka belum pahami.
  3. Kegiatan percobaan di lanjutkan dengan diskusi terkait proses dan hasil percobaan, kemudian pendidik memberikan umpan balik terhadap pemahaman peserta didik.
  4. Pendidik memberikan pertanyaan tertulis, kemudian setelah selesai menjawab pertanyaan, peserta didik di berikan kunci jawabannya sebagai acuan melakukan penilaian diri.
  5. Penilaian diri, penilaian antarteman, pemberian umpan balik antar teman dan refleksi. Sebagai contoh, peserta didik di minta untuk menjelaskan secara lisan atau tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman) tentang konsep yang baru di pelajari.
  6. Pada PAUD, pelaksanaan asesmen formatif dapat di lakukan dengan melakukan observasi terhadap perkembangan anak saat melakukan kegiatan bermain-belajar.
  7. Pada pendidikan khusus, pelaksanaan asesmen diagnostik di lakukan untuk menentukan fase pada peserta didik sehingga pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, misalnya: salah satu peserta didik pada kelas X SMALB (Fase E) berdasarkan hasil asesmen diagnostik berada pada Fase C sehingga pembelajaran peserta didik tersebut tetap mengikuti hasil asesmen diagnostik yaitu Fase C.

C. Asesmen Sumatif dalam Kurikulum Merdeka

Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP peserta didik. Ini sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan.

Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik di lakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini, asesmen sumatif di gunakan untuk mengetahui capaian perkembangan peserta didik. Ini bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau kelulusan.

Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi untuk:

  1. alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu;
  2. mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk di bandingkan dengan kriteria capaian yang telah di tetapkan; dan
  3. menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang berikutnya.

Asesmen sumatif dapat di lakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran). Pada akhir semester dan pada akhir fase; khusus asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan.

Jika pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan asesmen pada akhir semester. Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data hasil asesmen yang di peroleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester.

Hal yang perlu di tekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes. Namun, dapat menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, dan membuat portofolio).

Sumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

close
Index